Kalbar Gencarkan Deteksi via Rapid Test Antigen di Wilayah Perbatasan

- Senin, 27 September 2021 | 10:28 WIB

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengirimkan rapid test antigen ke kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Pengiriman rapid antigen itu untuk melakukan test terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang pulang dari Malaysia. Meski demikian rapid test itu hanya bisa mendeteksi CT value di bawah angka 25. “CT 25 ke atas kemungkinan besar tidak terdeteksi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat Harrison, di Pontianak, kemarin.

Harrison menjelaskan pihaknya terus berupaya menutup jalan virus corona masuk ke Kalimantan Barat. Satu di antaranya dengan melakukan tes PCR terhadap PMI yang akan pulang ke Indonesia (Kalbar.red). Ia melanjutkan PMI yang masuk ke Kalbar harus dipastikan benar-benar negatif. Tahap selanjutnya dengan melakukan karantina selama delapan hari. Setelah itu berlanjut ke pemeriksaan tes PCR.  “Jika hasilnya negatif baru kemudian dipulangkan ke kediamannya masing-masing,” kata Harrison.

Harrison menyebutkan Menteri Perhubungan sudah melihat dua kawasan perbatasan di Kalimantan Barat. Aruk, Kabupaten Sambas dan Entikong, Kabupaten Sanggau. Menhub melihat upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memfilterisasi masuknya PMI dari negara tetangga.  “Menteri Perhubungan melihat Kalbar sudah melakukan SOP dalam pemulangan PMI. Mulai dari pemeriksaan PCR pada PMI dan melakukan karantina,” jelas Harrison. Ia melanjutkan Pemprov sudah meminta ke pemerintah pusat untuk memperkuat lab PCR di perbatasan. Aruk (Sambas), Entikong (Sanggau), Jagoi Babang (Bengkayang), serta Badau (Kapuas Hulu).

“Diharapkan di semua lintas batas, untuk PMI benar-benar di tes PCR di perbatasan sehingga yang masuk ke Kalimantan Barat sudah negatif,” jelas Harrison. Menurut Harrison, ke depan sebaiknya melakukan karantina di daerah perbatasan sehingga tidak lagi ke Pontianak. “Sepanjang belum mempunyai atau pemerintah pusat belum membangun tempat-tempat karantina dengan kapasitas besar atau daya tampung 1000 tempat tidur di perbatasan, maka PMI lintas batas ini akan dibawa ke Pontianak,” sambung Harrison.

Ia melanjutkan kawasan perbatasan belum memiliki tempat dengan kapasitas besar untuk melakukan karantina. Tempat yang ada tidak memadai sementara jumlah PMI yang harus dikarantina banyak. Belum lagi dengan fasilitas MCK yang masih terbatas.  “Sehingga gubernur meminta agar karantina di Pontianak. PMI berangkat, dikawal mobil khusus oleh Kodam, dengan tempat setara hotel bintang tiga. Seperti di Upelkes, BPSDM dan LPMP,” pungkasnya. (mse)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X