Waspada Bencana di Balik Banjir Rob

- Selasa, 20 Oktober 2020 | 14:00 WIB
ROB: Salah satu rumah warga di Jalan Gajah Mada, Tarakan Barat yang tergenang air luapan akibat pasang laut yang mencapai 3,6 meter, tadi malam./IFRANSYAH/RADAR TARAKAN
ROB: Salah satu rumah warga di Jalan Gajah Mada, Tarakan Barat yang tergenang air luapan akibat pasang laut yang mencapai 3,6 meter, tadi malam./IFRANSYAH/RADAR TARAKAN

 TARAKAN - Fenomena terjadinya banjir rob (genangan air laut di daratan) kembali dialami masyarakat Kota Tarakan. Banjir rob sudah menjadi langganan setiap tahun di Tarakan. Namun menjadi catatan, agar banjir ini tidak membawa bencana bagi warga.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan, Wiliam Sinaga mengungkapkan, fenomena air laut naik di wilayah Kota Tarakan merupakan puncak maksimum pasang. Hal itu terjadi lantaran dampak dari adanya gravitasi bulan saat fase bulan baru/bulan mati. 

“Jadi saat akan bulan baru atau bulan mati, maka posisi bumi, bulan dan matahari berada di satu garis lurus yang menyebabkan gravitasi bulan menarik air laut ke arah bulan dan matahari, sehingga menyebabkan pasang air laut,” katanya, Senin (19/10). 

Ditambahkannya, air laut naik atau yang biasa disebut pasang air laut merupakan dampak dari interaksi laut, bulan, dan matahari. Saat bulan berada di fase bulan purnama atau bulan baru atau bulan mati, maka saat itu akan terjadi pasang naik yang sangat tinggi dan pasang naik yang sangat rendah.

Kemudian, pihaknya pun melansir dari data pengamatan pasang surut (pasut) oleh Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), fenomena puncak maksimum pasang bisa mencapai 3,6 meter. Kemudian dari tangal 17 Oktober lalu hingga hari ini (20/10), di wilayah perairan Tarakan diprediksi akan terjadi pasang maksimum dengan dua kali pasang naik dan dua kali surut. “Untuk air pasang naik di atas 3 meter diprediksi masih akan terjadi hingga tanggal 22 Oktober 2020,” sebutnya. 

Dengan fenomena seperti itu yang diprediksi akan terus terjadi hingga tanggal 22 Oktober mendatang, tampaknya masyarakat Kota Tarakan harus lebih berhati-hati lagi lantaran terjadinya banjir. Pasalnya, dua hari ke depan diprediksi Kota Tarakan akan diguyur hujan, meskipun dengan potensi ringan di malam dan dini hari. Apalagi saat hujan akan turun dan kondisi air laut pasang, dipastikan sejumlah tempat akan mengalami banjir.  ”Untuk juga ringan pada Rabu nanti (besok), diprediksi akan turun pada malam hingga dini hari,” tutupnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara, Andi Santiaji mengaku jika antisipasi telah dilakukan melalui koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota. Soal banjir rob, sudah masuk dalam potensi bencana yang diantisipasi pihaknya.

“Kami akan tetap melakukan pemantauan. Kabupaten/kota juga melakukan mitigasi mewaspadai banjir ini,” ujar Andi Santiaji.

Mitigasi ini dengan meningkatkan tingkat kewaspadaan, sebelum datangnya pasang, warga diimbau untuk tetap waspada. “Masing-masing kabupaten/kota bersiaga. Menyampaikan imbauan apabila terjadi bencana, termasuk instansi terkait. Mulai dari tingkat desa/kelurahan hingga kecamatan. Apalagi yang rutin. Misalnya Tarakan, dan Nunukan, wilayah Sembakung,” terang Andi Santiaji.

Menurutnya, curah hujan juga patut diwaspadai. Mengingat sebagian wilayah di Kaltara masih berpotensi bencana seperti longsor.

“Kalau mitigasi struktural, dana hibah dari pemerintah, sudah disalurkan sebagian. Oleh dinas PU juga melakukan itu. Misalnya di Tarakan, saat longsor lalu. Tinggal bagaimana kabupaten/kota melakukan mitigasinya juga, menyiapkan apa saja. Kalau BPBD Kaltara juga terlibat dan memfasilitasi. Kalau perlu kami bantu, yah, kami bantu,” jelasnya.

“Kalau memang harus ada dilakukan mitigasi struktural oleh BPBD Kaltara, dari kabupaten/kota mengusulkan,” imbuhnya.

Mengenai banjir rob, kata dia, masyarakat perlu mewaspadai potensi bencana setelah banjir berlalu. Bisa saja membawa penyakit. “Setelah banjir biasa kan membawa penyakit. Maka perlu pencegahan. Setelah itu dilakukan bersih-bersih. Perlu kewaspadaan kita semua. Intinya, pada persoalan bencana ini, masyarakat dan pemerintah harus bergotong royong, berpartisipasi semua,” ulasnya.

Partisipasi masyarakat juga wajib didorong dalam pencegahan bencana. “Wajib membangun kepedulian kita semua,” katanya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X