Mendongkrak Hasil Tambak Kaltara

- Selasa, 5 Juli 2022 | 20:43 WIB
SEKTOR PERIKANAN: Diskusi antara Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan (UBT) Rukisah (paling kiri) dengan Suheriyatna (paling kanan), Senin (4/7).
SEKTOR PERIKANAN: Diskusi antara Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan (UBT) Rukisah (paling kiri) dengan Suheriyatna (paling kanan), Senin (4/7).

TANJUNG SELOR - Pengelolaan tambak secara intensif di Kalimantan Utara (Kaltara), menjadi bahasan serius. Dalam diskusi antara Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan (UBT) Rukisah dengan Suheriyatna, Senin (4/7). 

Pembahasan ini muncul atas pertimbangan, masih minimnya produksi perikanan dari tambak-tambak yang ada di Kaltara. Dimana, menurut Suheriyatna maupun Rukisah, tidak sebanding dengan luasan tambak yang ada. 

Disebutkan, produksi udang di Kaltara selama ini rata-rata hanya 4 ton dari luasan tambak sekitar 40 hektare. Dibandingkan dengan tambak intensif yang ada di daerah Jawa sangat jauh. Dicontohkan di daerah Serang, Banten, dari 4 hektare tambak bisa menghasilkan 40 ton udang. 

“Nah, dari kondisi ini, mematik bahasan kita kala bertemu dengan Pak Rukisah. Bagaimana upaya kita bisa meningkatkan produksi perikanan, dari pertambakan di Kaltara. Melihat potensi yang ada, itu (peningkatan produksi) sangat memungkinkan bisa,” tutur Suheriyatna. 

Berdasar analisa yang selama ini, menurut Rukisah, ada tiga hal yang belum dilakukan dengan optimal oleh para petambak di Kaltara. Yaitu, pembibitan, tata letak tambak yang masih konvensional, serta energi untuk menggerakan mesin-mesin di tambak intensif. 

“Selama ini bibit udang, masih didatangkan dari luar Kalimantan. Dari Jawa misalnya. Itu perlu waktu lama, sehingga berisiko terhadap kualitas bibit. Kemudian tata letak tambak, seharusnya tata letak tambak diatur dan disesuaikan hasil riset dan teknologi yang akan dipakai,” ungkap Rukisah. 

Menurutnya, bibit atau benih yang tersedia di lokasi (bukan dari luar Kalimantan) bisa lebih baik. Karena tidak perlu menyesuaikan link atau kondisi tambak setempat. “Kalau dibuat pembibitan lokal bisa lebih tahan dan unggul,” tegasnya. 

Begitu pun dengan ketersediaan energi listrik. Menurut keduanya, sangat penting. Karena listrik untuk menggerakkan kincir atau alat yang mengatur sirkulasi air dengan baik. Dengan demikian PH akan terjaga. 

“Menurut Pak Prof (Rukisah), karena beliau sebentar lagi akan menjadi profesor perikanan. Kualitas udang atau ikan itu tergantung kualitas airnya. Atau yang disebutnya Aqua Culture atau kejernihan air,” ungkap Suheriyatna. 

Apabila kualitas air terus terjaga dengan baik. Maka, ikan akan tumbuh dengan baik dan produksi akan meningkat. Lebih jauh Suheriyatna mengatakan, pengelolaan tambak di Delta Kayan merupakan salah satu dari 11 program prioritas yang digagasnya saat masih di Pemprov Kaltara. Termasuk pemenuhan energi. 

“Energi untuk kawasan pertambakan itu penting. Nah ini sejalan dengan pembangunan PLTA yang kini sudah mulai progres. Ada PLTA Sebuku di Nunukan, juga PLTA Mentarang di Malinau dan PLTA Kayan di Bulungan. Itu semua sangat memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan energi di Delta Kayan,” bebernya. 

Yang perlu dilakukan sekarang, lanjut dia, bagaimana menata kembali letak-letak tambak, sehingga bisa menjadi baik. Dan selanjutnya dapat dikelola secara intensif. 

“Hal lainnya yang perlu didorong, percepatan pembangunan PLTA. Ini semua perlu dukungan dari pusat. Jadi pemerintah daerah, baik kabupaten/kota maupun provinsi harus bersinergi untuk percepatan ini,” harapnya. 

Yang tak kalah penting, kata Suheriyatna, meningkatkan SDM para petambak. Ini menjadi tugas pemerintah daerah melalui OPD terkait. Untuk intens melakukan penyuluhan maupun pelatihan-pelatihan kepada para petani tambak. 

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X