TARAKAN - Menjadi sentral hortikultura, Tarakan merupakan salah satu wilayah yang memenuhi kebutuhan di Kaltara. Salah satunya jenis cabai yang didatangkan dari luar Kaltara, seperti Sulawesi.
Setibanya di Tarakan melalui Pelabuhan Malundung, akan menyebar lagi di kabupaten lain wilayah Kaltara. Harga cabai rawit saat ini mengalami kenaikan, tidak hanya di Tarakan. Tetapi berlaku secara nasional. Musim hujan yang terjadi terus-menerus sejak beberapa bulan terakhir, cukup berpengaruh.
Kepala Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan (Disnaktangan) Tarakan Elang Buana mengakui, memenuhi kebutuhan cabai, sebagian besar dari petani lokal. Namun, ada distributor yang mendatangkan dari luar Tarakan.
“Sebenarnya kita sudah swasembada. Tapi sudah dibawa kemana-mana, di Kaltara. Jadi, kalau untuk Kaltara masih kurang. Apalagi musim hujan ini, mempengaruhi harga cabai,” jelas Elang, Senin (21/3).
Sama halnya dengan kebutuhan tanaman pangan padi-padian, dibandingkan kebutuhan dan ketersediaan pun kurang. Sedangkan sayur-sayuran, dari dataran tinggi seperti kentang, wortel, brokoli maupun kubis harus didatangkan dari luar Kaltara, seperti Surabaya.
Sebenarnya kondisi geografis di Tarakan bisa menanam sayuran dari dataran tinggi. Jika dibandingkan ketersediaan lahan dengan kebutuhan sayuran. Petani di Tarakan lebih mengutamakan menanam tanaman hijau. Termasuk jenis jagung maupun cabai.
“Kebutuhan cabai ini kita masih terbantu dari Sulawesi dan Jawa. Seperti lombok keriting dan lombok besar, bisa juga memenuhi kebutuhan pasar saat panen petani lokal cuma sedikit. Tapi, ada juga pembeli yang maunya membeli cabai lokal,” bebernya.
Salah seorang pedagang cabai rawit di Pasar Gusher, Abdul Hamid mengakui, harga cabai yang dibelinya dari petani juga beragam. Harga bisa berkisar dari Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram. Biasanya harga dibawa Rp 100 ribu karena banyak petani yang panen bersamaan.
“Kalau sekarang ini harganya Rp 120 ribu per kg. Sempat juga Rp 150 ribu (per kg). Karena musim hujan ini, banyak petani yang gagal panen. Petani yang bisa panen sedikit, jadi cabai yang bisa dijual dan sampai ke kami juga terbatas,” ungkapnya. (sas/uno)