Waspada Penyakit Terkontaminasi Tikus

- Selasa, 22 Januari 2019 | 14:13 WIB

TARAKAN – Penyakit leptospirosis sudah masuk di Tarakan. Penyakit yang terbilang langka ini, justru sudah memakan korban dan meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Tarakan, dr. Witoyo mengatakan, dari hasil laboratorium memastikan warga Kelurahan Pamusian tersebut positif terjangkit bakteri leptospira interrogans dan meninggal.

“Penyakit yang terkontaminasi dengan tikus ini, atau leptospirosis sudah ada di Tarakan. Kita dikabarkan dari rumah sakit, pasiennya meninggal,” terangnya dengan didampingi Kepala Dinas Kesehatan Tarakan, Subono.

Lebih lanjut dijelaskan dr. Witoyo, korban yang berusia 65 tahun ini awalnya mengeluh pusing dan mual. Kemudian matanya juga berwarna kuning dan berobat ke rumah sakit pada 13 Januari lalu.

Namun, tak kunjung sembuh, korban pun kembali lagi pada 16 Januari dengan mendapatkan perawatan intensif melalui rawat inap. Dugaan sementara saat itu, korban mengidap hepatitis. Namun hasil laboratorium ternyata negatif.

Justru, suspect leptospirosis ditemukan dari gejalanya. Hingga akhirnya pada 18 Januari, korban meninggal dunia. Dari hasil laboratorium yang keluar pada Senin (21/1) kemarin, positif mengandung bakteri leptospira interrogans.

Tak hanya itu, pihaknya pun mendapatkan laporan lagi bahwa ada satu warga yang dicurigai suspect leptospirosis, dan sementara dalam perawatan di rumah sakit.

Penyakit yang terbilang langka di Tarakan ini pun membuat pihaknya kaget. Lantaran selama ini pihaknya tidak pernah menemukan penderita suspect leptospirosis.

Hanya sebatas menemukan sumber penularan dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa kelurahan sekitar Agustus tahun lalu. Di mana sumbernya bisa ditularkan melalui tikus yang berkeliaran di lingkungan masyarakat. Yang mana penyakit ini terjadi karena terkontaminasi dengan tikus.

“Dan ternyata hampir semua rumah yang di daerah penelitian itu ada tikus. Kemudian ternyata faktornya itu positif. Tapi di orangnya itu belum ada, baru tikusnya,” bebernya.

Dari hasil penelitian tahun lalu, 96 persen rumah di Tarakan dihuni oleh tikus. Baik di daratan maupun wilayah pesisir, termasuk di selokan. Dengan demikian, kemungkinan penularan penyakit leptospirosis cukup rawan di Tarakan.

Dijelaskannya penularan penyakit leptospirosis bisa melalui kontak langsung dengan tikus. Gigitannya yang jika membuat kulit luka, membuka jalan bakteri leptospirosis untuk masuk ke dalam tubuh. Juga melalui kencing tikus, ke air kotor saat banjir. Atau kotoran tikus yang mengenai makanan langsung dan dikonsumsi.

“Kalau di Jakarta kalau sudah banjir, kencing tikusnya itu di air banjir, kemudian kontak langsung lewat luka, atau dari makanan minuman, masuk langsung ke dalam tubuh,” jelasnya.

Disebutkan bahwa gejala leptospirosis umumnya tidak khas. Di antaranya demam tinggi, sakit kepala, pendarahan, nyeri otot atau sendi, menggigil, kelelahan, mata merah dan muntah. Dari gejala-gejala tersebut, hanya pendarahan menjadi gejala yang khas.

Meski langka di Tarakan dan baru terjadi dalam awal 2019 ini, belum dapat disimpulkan kasus ini merupakan kejadian luar biasa (KLB). Mengingat penetapan kasus harus melalui prosedur dan kewenangannya ada pada kepala daerah.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X