TARAKAN-Bulan ini, angka pencari kerja di Tarakan dipastikan akan kembali bertambah. Data terakhir yang diterima Radar Tarakan, ada 1.294 orang yang sedang mencari pekerjaan di kota terkaya ke 17 di Indonesia ini.
Itu baru pencari kerja yang melapor ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Tarakan. Belum termasuk yang tidak melapor ke Dinsosnaker. Tentu angkanya bisa lebih banyak.
Sebenarnya ‘ladang’ pekerjaan apa yang masih menjanjikan di Tarakan? Menurut Kepala dinsosnaker Tarakan, Zaini, kebutuhan pekerjaan yang masih dibutuhkan saat ini berada di sektor industri perkapalan.
“Dari segi kuantitas yang lebih banyak dibutuhkan memang lulusan SMA atau SMK. Seperti kemarin, kami memberikan pelatihan kepada 50 lulusan SMK yang sedang mencari kerja untuk ditempatkan di industri perkapalan,” beber Zaini, Sabtu (24/10).
Namun peluang lapangan pekerjaan tentu tidak tertutup untuk lulusan diploma 3 (D3) dan strata 1 (S1). Biasanya, lulusan jenjang pendidikan ini dibutuhkan untuk tenaga administrasi dan HRD (pengembangan sumber daya manusia).
Tapi sayangnya, jumlah lulusan D3 dan S1 yang dibutuhkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang baru lulus dari bangku perguruan tinggi dan sedang mencari pekerjaan.
“Kalau di pabrik memang lebih banyak yang dibutuhkan sebagai buruh adalah tamatan SMA sederajat. Kalau S1 biasanya HRD dan admin. Itu juga tidak terlalu banyak di sebuah perusahaan,” ungkap Zaini kepada Radar Tarakan.
Kurang seimbangnya antara lowongan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah pencari kerja lulusan D3 dan S1, Zaini mengharapkan agar wisudawan-wisudawan ini dapat berwirausaha dan membuka lapangan pekerjaan baru.
"Jika memang lulusan ini bisa membuka lapangan kerja, itu menjadi baik sekali. Tetapi harus disesuaikan dengan ilmunya masing-masing," pesannya.
Kemarin, STIMIK PPKIA mewisuda 144 mahasiswanya. Selain PPKIA, dalam waktu dekat STIE dan Universitas Borneo Tarakan juga akan mewisuda mahasiswanya.
Apakah lulusan ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru atau justru menambah panjang antrian pencari kerja?
Ketua STIMIK PPKIA, Endyk Novianto, S.Kom mengatakan sebagian besar mahasiswa mereka sudah bekerja. “Kalau dipersentasikan mahasiswa kami yang sudah bekerja sekitar 20 persen dari total mahasiswa. Cukup banyak memang,” ujar Endyk.
Dan menurut bagian pengendalian mutu PPKIA, Supri, mahasiswa PPKIA rata-rata telah bekerja sebelum lulus. “Yang baru lulus periode pertama pada Mei lalu saja 90 persen langsung dapat pekerjaan,” ujar Supri.
Mayoritas, lulusan PPKIA terserap sebagai admin di perusahaan swasta, pegawai bank dan PNS. Namun ada pula yang berwirausaha dibidang jasa IT (informasi teknologi) baik di Tarakan maupun di luar Tarakan.
“Beberapa perusahaan juga ada yang bekerjasama dengan PPKIA,” bebernya.
Meski begitu, Endyk berharap mahasiswanya dapat lebih berkembang di bidang wirausaha dan tidak terlalu fokus mengejar pegawai dan PNS.
“Sudah saya sampaikan kepada mahasiswa. Saya lebih banyak berharap mereka berwirausaha. Dengan menggunakan media social, bisa untuk bisnis dan usaha,” ungkap Endyk. “Terlebih mereka kan anak komputer. Jadi sebenarnya sudah punya bekal untuk bisa menghasilkan uang di rumah. Bisa dengan membuat aplikasi kemudian upload di playstore, dan googleplay. Itu sebenarnya bisa dilakukan, tidak perlu terlalu mengejar pegawai dan PNS,” lanjutnya.
Emi Riska Diana (21), salah satu lulusan terbaik S1 jurusan Sistem Informasi (SI) PPKIA yang baru saja diwisuda mengaku telah mendapatkan pekerjaan sebagai admin di sebuah perusahaan kontraktor di Tarakan setelah yudisium, Maret lalu.
Menurut mahasiswi yang lulus dengan IPK 3.76 itu, sebagian besar kawan-kawannya lebih tertarik untuk mencari pekerjaan sebagai pegawai bank, admin perusahaan dan pegawai kantoran termasuk honorer. Jarang ada yang berinisiatif untuk menjadi seorang entrepreneur.
“Tapi biasanya banyak juga yang punya usaha disamping menjadi pegawai atau karyawan. Saya sendiri juga sedang menjalankan bisnis online shop sembari memanfaatkan jaringan dan media sosial,” tutur Emi.
Bagi Emi, berdasarkan pengalaman dan obrolannya dengan kawan-kawannya, mencari pekerjaan semakin sulit.
“Kalau tidak ada koneksi susah. Zaman sekarang biar nilai bagus tapi kalau saingannya punya kenalan orang dalam atau koneksi pasti kalah,” keluh wanita yang mengaku akan menerima tawaran pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya sekarang itu. (*/ans/ddq)