TANJUNG SELOR – Stasiun Pengisian bahan Bakar Umum (SPBU) di Kaupaten Bulungan hanya ada satu. Jam beroperasinya pun terbatas. Sementara SPBU tersebut harus mengakaver kebutuhan BBM 10 kecamatan.
Dulu, SPBU di Jalan Katamso melayani pembelian hingga pukul 21.00 Wita. Kini, hanya sampai jam 5 sore. Sementara aktivitas warga Bulungan seolah tak mengenal waktu. Pemerintah daerah dilematis. Penjual bensin botolan (bentol) pun pelan-pelan mulai ramai ‘menawarkan’ produknya.
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bulungan, Gerlyawansyah mengatakan, jika pihak SPBU sanggup buka selama 24 jam, maka pihaknya akan membasmi perdagangan bentol tersebut.
“Kami bukannya melegalkan penjualan bentol itu, tapi ada juga beberapa pihak yang mendukung bentol ini dengan alasan kearifan lokal. Ditambah lagi SPBU hanya ada satu dan bukanya juga hanya sampai sore, jika bentol ini kami basmi, bagaimana dengan warga yang ada kebutuhan mendadak,” ujar pria yang akrab disapa Pak Iwan itu kepada Radar Kaltara saat ditemui diruangan kerjanya belum lama ini.
“Memang bentol tersebut juga sangat membantu saat ada kebutuhan mendadak yang tidak mungkin ikut antrean di SPBU dengan pertimbangan berapa waktu yang terbuang,” sambung dia.
Selain itu, kata Gerlyawansyah, manajemen SPBU juga membiarkan itu. Seandainya di SPBU itu pengamanannya ketat kemungkinan pengetap juga tidak ada. Dan jika perlu pihak SPBU ‘korban’ sedikit untuk ketertiban dengan membayar satpam atau polisi untuk berjaga selama SPBU buka.
“Paling tidak pihak SPBU juga diharapkan ada kerja samanya lah, sehingga pengetap itu bisa diantisipasi. Jika hanya berharap dengan pekerjanya itu pasti tidak akan optimal, apalagi bercermin dari yang sudah lewat yang katanya mereka pernah diancam,” jelas dia.
“Karena dia tidak memiliki kekuatan, maka dia tidak pilihan selain memberikan,” sambungnya. Sempat juga terbit kebijakan membolehkan penjual bentol menjual dengan catatan berjarak 2 kilometer dari SPBU. “Itu juga sudah dilanggar,” sebut Gerlyawansyah.
Faktanya, dekat SPBU yang jaraknya hanya berkisar 100 meter saja, sudah telihat warga yang menjual bentol. Tapi, kata Gerlyawansyah, permasalahannya itu di antaranya karena adanya kearipan lokal yang didukung beberapa pihak dengan alasan bentol juga sangat membantu. (iwk/asm)