Bupati Tana Tidung Ibrahim Ali meminta kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Tana Tidung agar segera memfungsikan pelabuhan Bebatu tahun ini. Upaya ini diyakini akan menjadi solusi perekonomian di Tana Tidung utamanya terkait dengan harga kebutuhan pokok yang cukup tinggi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dishub Tana Tidung Arief Prasetiawan kepada Radar Tarakan, Jumat (20/10). “Bupati konsen terhadap pelabuhan, itu untuk mengungkit menjadi solusi perekonomian di KTT,” kata Arief kala ditemui di ruang kerjanya.
Sebab, jika pelabuhan Bebatu diaktifkan, barang yang selama ini lewat Tanjung Selor, Malinau atau Berau, bisa langsung ke Bebatu.
“Artinya ada pemangkasan akses transportasi. Harapannya ongkos angkut dan buruhnya tidak tinggi lagi, sehingga bisa menekan kemahalan harga kebutuhan pokok dan lainnya di Tana Tidung,” ujar Arief. Pria yang sebelumnya pernah menjabat Kepala Bagian Pemerintahan Setkab Tana Tidung ini menyebutkan, sudah ada beberapa fasilitas yang terbangun di pelabuhan Bebatu hanya saja belum optimal.
Karena itu, di tahun 2024 Pemkab Tana Tidung melalui Dishub akan melengkapi dan memperbaiki fasilitas yang ada di pelabuhan Bebatu seperti jalan, pos jaga, dan gudang. “Nah, kemarin kami sudah berkomunikasi dengan Pemprov Kaltara dan sudah diberi izin pelabuhan Bebatu sebagai pelabuhan lokal,” ungkap Arief.
Artinya, sambung Arief, izin operasional pelabuhan lokal cukup dari Bupati. Karena itu, sesegara mungkin pelabuhan yang berada di Kecamatan Sesayap Hilir ini akan difungsikan. “Jadi intinya kita fungsikan duluan, sambil nanti berproses pembenahan pembenahan pelabuhan,” ucap Arief.
Menurut Arief, pengoperasi pelabuhan Bebatu sebuah terobosan yang besar. Karena akses transportasi komoditas barang dan material selama ini hanya lewat darat dari Tanjung Selor ke KTT.
“Kalau lewat lewat laut juga tidak pernah seinggah di KTT langsung ke Malinau atau lainnya. Kalau ada pelabuhan Bebatu bisa langsung,” ujar Arief. Apalagi sekarang banyak pembangunan yang tentunya butuh material seperti besi, semen dan lainnya didatangkan dari luar.
“Aksesnya bisa langsung masuk ke pelabuhan Bebatu,” kata Arief. Karena ke depannya pelabuhan Bebatu akan dikembangkan menjadi pelabuhan peti kemas dan material. “Di RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) sudah kita kunci pelabuhan Bebatu sebagai pelabuhan material atau peti kemas,” ungkap Arief.
Karena itu, nanti dibentuk badan usaha pelabuhan yang akan mengelola operasional pelabuhan Bebatu sejenis Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang di bawahnya ada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). “Bupati berpesan ke kami untuk TKBM nya fokus pada pemanfaatan sumber daya manusia yang ada di desa Bebatu,” kata Arief.
“Saya dapat info mereka sudah siap, Desa Bebatu dan Badan Bikis sudah membuat semacam koperasi lah ya dan mereka sudah siap membantu operasionalkan pelabuhan,” sambung Arief. Target operasional akan dilakukan secepat mungkin, karane sudah ada dermaga dan bollard tempat ikat kapal, tinggal dipermanenkan tahun depan.
Arief menambahkan, tiga pelabuhan tahun ini sudah ada studi kelayakannya yakni pelabuhan Bebatu, Sebawang dan Tana Lia. “Jadi di KTT ini existing-nya ada lima pelabuhan. Pelabuhan Bebatu peti kemas dan material, Sebawang pelabuhan penyeberangan, Tana Lia penyeberangan dan mungkin pengembangan barang juga ke depannya, kemudian ada pelabuhan Kramat dan Tideng Pale penumpang,” beber Arief.
Tahun ini Pemkab Tana Tidung fokus di tiga pelabuhan yakni, Bebatu, Sebawang dan Tana Lia. Bahkan, tahun depan Bupati telah memploting anggaran untuk dokumen pendukung seperti DED, Amdal dan lainnya. Ada lima dokumen yang disiapkan tahun depan. Kenapa? Karena ke depan fisiknya butuh dokumen tersebut, baik itu menggunakan skema anggaran APBD maupun DAK dari pusat.
“Ini juga menunjukkan komitmen kita, bahwa pemda serius mewujudkan pelabuhan kita, tidak hanya berharap pada dana pusat saja,” jelas Arief. Adapun alasan Bupati memberikan perhatian penuh terhadap pelabuhan, karena posisi Tana Tidung berada di tengah tengah.
“Begitu pelabuhan Bebatu berfungsi itu sampai ke Malinau, Bulungan, sembakung dan lainnya yang akan merasakan dampaknya. Bahkan sudah banyak pemilik kapal yang menghubungi untuk bisa sandar di pelabuhan Bebatu, cuma kan kami belum dapat izin,” kata Arief. Pelabuhan Bebatu memiliki kelebihan dengan daerah lain. Meski surut ke dalam air masih bisa mencapai 9 meter, sehingga kapal besar masih bisa sandar tinggal merekayasa tempat sandar. “Pasang surut tidak ngaruh, kapal besar tetap bisa sandar walaupu surut,” pungkas Arief. (ana)