Persoalan tempat pemakaman umum (TPU) telah menjadi persoalan klasik di Kota Tarakan. Hal itu lantaran hampir seluruh TPU di Tarakan telah berstatus overload yang membuat Tarakan krisis ruang pemakaman. Selain persoalan overload sebagian lokasi TPU di Tarakan berada di kawasan perbukitan yang rawan terhadap longsor.
Untuk kesekian kalinya terpantau pada Kamis (28/9) tanah longsor kembali terjadi di salah satu TPU di Tarakan yakni TPU Kristen Juata Laut yang lokasi tidak jaub dari pemakaman khusus Covid-19. Akibat longsor tersebut membuat ratusan malam harus tertimbun longsor.
Yohanes, salah seorang warga yang memiliki keluarga yang dimakamkan di TPU tersebut menerangkan, TPU Juata laut memang cukup rawan terhadap longsor. Lokasi yang berada di sekitar perbukitan serta banyaknya aktivitas pembukaan lahan untuk kebun menjadi salah satu faktor dari longsor tersebut.
“Memang makam ini sangat rawan, ditambah lagi sudah banyak pohon yang ditebang jadi ini yang membuat hilangnya penahan tanah di sekitar bukit. Hampir semua makam di sini terdampak, kalau kerugian belum bisa dipastikan karena masing-masing. Kalau kerugiannya makam warga kami ini kan ada berbentuk rumah, ada yang bangunannya rusak jadi mau tidak mau keluarga memperbaiki kerusakan bangunannya. Itu bisa puluhan juta tergantung tingkat kerusakannya,” ujarnya, Jumat (29/9).
Usai kejadian masih terdapat masyarakat yang membersihkan makam keluarganya. Beberapa masyarakat harus kembali membongkar peti guna membersihkan jenazah dari lumpur. Pihaknya berharap hal ini dapat menjadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan. Mengingat di sekitar lokasi juga terdapat aktivitas pertambangan galian C yang diduga menjadi salah satu faktor terjadinya longsor.
“Kuburan orang tua saya hampir tenggelam karena pasir dan lumpur. Kami hanya khawatir ini kembali terjadi saat hujan lebat. Karena percuma kan kita perbaiki kuburannya kalau nanti longsor lagi. Bisa rusak kembali kuburannya,” tukasnya.
Anggota Komisi II DPRD Tarakan, Akbar Mahmud Ola menerangkan, persoalan seputar TPU menjadi permasalahan klasik di Kota Tarakan. Sehingga melihat persoalan sengketa yang terjadi pada sebagian lahan TPU, membuat hal ini tidak terlepas dengan kondisi sesaknya makam. Sehingga hal itu harus membuat lahan di sekitar makam turut digunakan untuk keperluan TPU.
Beberapa tahun lalu pihaknya memprioritaskan pembangunan TPU baru di beberapa wilayah. Hal ini karena pihaknya menyadari sesaknya makam di hampir semua TPU di Kota Tarakan. Lantaran kondisi itu membuat hal ini dikhawatirkan menjadi masalah serius di kemudian hari.
“Kami memprioritaskan pengusulan pembukaan makam baru, karena jangan sampai ini kita sepelekan, tapi di kemudian hari kita repot. Bahwa setiap TPU di Tarakan memiliki persoalannya masing-masing. Terdapat TPU yang lokasi yang tepat lantaran berada di sekitar aktivitas pertambangan galian,” tuturnya.
Anggota Fraksi Gerindra tersebut, juga mengharapkan peran untuk lahan pemakaman ini tidak dilimpahkan ke DPRD saja. Namun harus menjadi perhatian bersama. Ia menegaskan siapa pun persoalan TPU bukan hanya menyoal overload, namun juga risiko bencana alam dalam penentuan lokasinya.
“Saat kondisi Tarakan semakin pada penduduk. persoalan sengketa lahan TPU dan warga bukan persoalan baru. Ketika ada warga yang ingin membebaskan lahannya itu juga sebenarnya peluang pemerintah dalam melakukan pembangunan TPU baru. Tapi infonya nanti Pak Wali (dr. Khairul, M.Kes) akan meninjau TPU di sana (Juata Laut),” imbuhnya. (zac/lim)