Situs Sejarah di Tarakan Banyak Kurang Terawat

- Jumat, 9 Juni 2023 | 00:42 WIB
DITEMUKAN: Beberapa benda bersejarah ditemukan komunitas pemerhati sejarah di Tarakan. FOTO: AGUS DIAN ZAKARIA/RADAR TARAKAN
DITEMUKAN: Beberapa benda bersejarah ditemukan komunitas pemerhati sejarah di Tarakan. FOTO: AGUS DIAN ZAKARIA/RADAR TARAKAN

Masih minimnya perhatian, membuat sebagian aset sejarah terlihat kurang terawat, khususnya pada situs sejarah yang berada di dalam hutan lindung yang sulit terjangkau. Sehingga dengan kondisi itu pemerintah terus mengupayakan program agar dapat melibatkan masyarakat dalam menjaga situs sejarah di Kota Tarakan. Salah satunya ialah dengan menerapkan program local champion dengan konsep kolaborasi pemerintah dan masyarakat.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Tarakan Abdul Salam saat ditemui. mengungkapkan, saat ini sedikit terdapat 496 jenis benda dan 322 aset sejarah di Kota Tarakan yang terdata. Meski demikian, ia mengakui dari jumlah hanya 70 persen sudah mendapat perawatan.

“Cagar budaya itu kan segala peninggalan sejarah ada 496 jenis itu besar dan kecil. Tapi kalau untuk objek sejarah jumlahnya 322. Yang terawat saat hanya sekitar 70 persen dari jumlah yang ada, bentuknya macam-macam ada yang berbentuk, bangunan, senjata, tempat pertahanan, sumur minyak, dari semuanya ada yang masih utuh. Tapi memang ada juga yang  rusak karena pembangunan dan keterbatasan pengetahuan masyarakat. Seperti kasus rusaknya loopghraf kemarin (beberapa waktu lalu),” ujarnya, Rabu (7/6).

Ia menjelaskan, dari jumlah aset tersebut tidak semuanya merupakan aset peninggalan perang dunia II melainkan juga merupakan aset sejarah kebudayaan lokal seperti makam muslim maupun makam warga etnis tionghoa. Dikatakannya, di kota Tarakan diperkirakan masih terdapat banyak aset sejarah yang belum diketahui. Mengingat saat itu, pencarian benda bersejarah tidak menyentuh seluruh hutan di kota Tarakan. Sehingga menurutnya, kemungkinan besar masih terdapat adanya peninggalan sejarah yang berada di hutan yang belum dijamah manusia pasca berakhirnya Perang Dunia II.

“Aset ini masuk dalam cagar budaya, jumlah 322 ini adalah cagar budaya yang diketahui pemerintah. Tapi kemungkinan cagar budaya di Tarakan masih banyak yang belum ditemukan. Meski sudah banyak temuan baru yang ditemukan komunitas pemerhati sejarah di sini. Dan diperkirakan masih banyak lagi,” terangnya.

Lanjutnya, beberapa peninggalan sejarah yang tidak tersentuh perawatan pemerintah dikarenakan, adanya beberapa aset yang masuk pada wilayah milik masyarakat. Sehingga dengan kondisi tersebut, membuat pemerintah terkendala dalam melakukan perawatan. Meski demikian, ia menerangkan pihaknya tetap melakukan pemantauan pada aset-aset tersebut.

“Ada juga beberapa aset sejarah yang tidak bisa dijangkau pemerintah dan diurus masyarakat. Karena lahan itu dimiliki oleh masyarakat, contohnya di juata kerikil. Tapi kita juga selalu melakukan pemantauan dan mengimbau kepada warga agar turut menjaga peninggalan sejarah itu,” tukasnya.

 

“Salah satu upaya pemerintah untuk merawat aset sejarah ialah sudah didaftarkan aset sejarah nasional seperti benda-benda yang di Peningki Mamburungan itu, itu sudah terdaftar,” sambungnya.

Ia mengakui, terbatasnya anggaran saat ini membuat pihaknya tidak dapat melakukan perawatan secara maksimal. Sehingga, saat ini pihaknya hanya dapat menempatkan petugas saja untuk menjaga beberapa aset sejarah. Padahal menurutnya, selain karena ulah manusia, banyaknya aset sejarah yang rusak tidak terlepas oleh adanya faktor alam.

“Sebenarnya saat ini kami sudah melakukan perawatan terhadap aset sejarah di Tarakan. Namun minimnya anggaran saat ini membuat kami hanya bisa melakukan perawatan seadanya. Seperti menempatkan petugas juru pelihara (jupel) untuk berjaga untuk mencegah pengrusakan atau pencurian aset sejarah. Sehingga kami mencanangkan local champion agar aset ini bisa mendapatkan perawatan maksimal seperti mungkin pemasangan pagar atau mungkin dipasangi atap agar tidak hujan dan panas untuk meminimalir kerusakan dampak alam yang terpenting memberikan keuntungan kepada masyarakat yang mengelola,” pungkasnya. (zac/lim)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB
X