Fenomena Cuaca Buruk, Imbau Masyarakat Perbukitan Waspada

- Senin, 29 Mei 2023 | 14:06 WIB

Adanya fenomena cuaca buruk yang belakangan ini terjadi dalam beberapa minggu terakhir seperti hujan intensitas tinggi disertai petir. Menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor di kota Tarakan. Sehingga kondisi ini menjadi perhatian khusus bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tarakan.

Kepala BPBD Tarakan, Yonsep menerangkan, sejauh ini musibah banjir dan tanah longsor masih menjadi persoalan khusus di Kota Tarakan. Menurutnya, hal itu disebabkan pertumbuhan penduduk yang belum maksimal dan peremajaan infrastruktur drainase merata serta banyaknya masyarakat yang bermukim di lereng gunung. Sehingga, kondisi itu membuat dua musibah ini kerap terjadi.

“Saat ini kan pemerintah sedang memaksimalkan saluran drainase di beberapa titik termasuk melebarkan sungai meski saat ini masih pengerjaan. Tidak dipungkiri persoalan banjir ini menjadi momok di setiap kota berkembang termasuk Tarakan. Sehingga masalah ini menjadi perhatian khusus pemerintah namun memerlukan waktu,” ujarnya, Minggu (28/5).

“Untuk kawasan rawan banjir, di sebagian daerah Sebengkok, Karang Anyar, Kampung satu, Karang Balik Markoni, sebagian Jalan Mulawarman dan beberapa kawasan perumahan. Kalau untuk longsor Karang Anyar, Kampung Satu, Sebengkok, Karang Balik, Gunung Lingkas, Karang Harapan, Pamusian,” sambungnya.

Dikatakannya, laporan terkahir pada cuaca buruk beberapa hari lalu, pihaknya menerima 13 titik yang mengalami bencana tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat. Lanjutnya, berdasarkan laporan yang diterima cuaca buruk masih terjadi hingga beberapa hari ke depan. Sehingga ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati.

“Untuk masyarakat yang tinggal daerah atau titik-titik yang rawan dalam beberapa hari ke depan bisa mengungsi ke tempat keluarga atau tetangga yang tinggal di daerah aman ketika terjadi curah hujan tinggi. Untuk masyarakat tetap berhati-hati dengan surat-surat atau harta berharga, kami himbau masyarakat untuk menyediakan tempat aman untuk menyimpan benda-benda tersebut,” ungkapnya.

Ditegaskannya, pihaknya tetap terus siaga dalam mengantisipasi kejadian buruk. Diungkapkannya, pada umumnya lereng bukit bukanlah lokasi ideal membangun rumah. Kendati begitu, saat ini cukup banyak masyarakat yang tinggal di lereng bukit sejak dulu. Alhasil pemerintah sulit melakukan relokasi lantaran memiliki kemampuan terbatas.

“Untuk daerah yang Rawan longsor Karang Anyar, kampung bugis, Karang Balik daerah Sebengkok sebagian dan Mamburungan maupun juata, dan titik longsor itu perlu diketahui apabila pernah terjadi longsor maka tahun-tahun berikutnya memiliki potensi longsor kembali. ini pernah terjadi di Juata dan juga Karang Anyar,” tukasnya.

Dijelaskannya, rawannya lokasi tersebut tidak terlepas dari konstruksi tanah, pembangunan siring dan kajian teknis bangunan saat didirikan. Sehingga menurutnya, pentingnya melihat keamanan lokasi saat membangun tempat tinggal. “Tetapi pemukiman itu tidak dilakukan suatu kajian teknis maupun dengan teknik-teknik sipil untuk membangun suatu rumah, pada umumnya kondisi perbukitan di Kota Tarakan ialah lihat berpasir ketika lahan itu dibuka kemudian kena air hujan yang cukup deras tanah itu gampang Jadi longsor,” tukasnya.

“Titik longsor ini sudah kita tanggani tapi masyarakat membuka lahan tanpa adanya suatu cara teknik sipil yang memadai,” lanjutnya. Menurutnya tidak jarang adanya pembangunan yang dilakukan tanpa diverifikasi oleh ketua RT dan lurah. Sehingga hal ini menyebabkan terbentuknya pemukiman di wilayah yang dianggap berbahaya. “Sebetulnya aturan yg berlaku apabila kemiringan lebih dari 30 derajat, tidak boleh membangun dan memang itu tidak diketahui RT atau lurahnya,” tambahnya.

BPBD Kalimantan Utara (Kaltara) juga meningkatkan kesiapsiagaan untuk menghadapi dampak dari potensi cuaca esktrem. Kesiapsiagaan ini terkait potensi datangnya hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir serta angin kencang dalam beberapa hari ke depan. Terutama untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, pohon tumbang, angin kencang, hingga tanah longsor.

Analis Kebencanaan Ahli Muda, Zainuddin memastikan sejumlah langkah telah disiapkan untuk mencegah sekaligus menanggulangi dampak dari cuaca ekstrem tersebut. “Kita melaksanakan koordinasi secara rutin dan berkala dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) untul mengetahui secara dini informasi perubahan cuaca di Kaltara,” katanya.

Bukan hanya BMKG, termasuk dengan organisasi perangkat daerah (OPD) dan instansi vertikal terkait untuk mengantisipasi pencegahan dampak dari cuaca ekstrem. Sekaligus mengkomando dan mengkoordinasikan apabila terjadi kejadian bencana. “Jadi peringatan dini dari BMKG melalui Dasarian (satuan waktu meteorologi, Red) terkait potensi cuaca ekstrem itu, kita informasikan ke OPD terkait agar bisa mengambil langkah cepat,” ucapnya.

Lebih Lanjut, Zainuddin mengatakan upaya yang dilakukan BPBD Kaltara terkait kebencanaan tidak mungkin bisa sempurna tanpa keterlibatan semua elemen dan masyarakat. “Jadi terkait bencana tidak bisa hanya BPBD saja, karena bencana itu urusan bersama,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X