Sehingga atas temuan ini pihaknya menyerahkan temuan tersebut pada Kamis (25/5) kepada Perpustakaan Daerah dan Arsip untuk dipajang di museum Tarakan. Adapun lokasi temuan yakni berada di Kawasan Gunung Selatan (Defrida) dan Hutan Kampung Satu (Fukukaku). Nama kawasan tersebut merupakan sebutan militer yang terdapat dalam dokumen sejarah militer Australia dan Jepang yang merupakan refrensi informasi Gerakan Satu Bendera.
“Ini ditemukan di titik berbeda ada di kawasan Fukukaku (Hutan Kampung Satu Skip) dan Defrida (Gunung Selatan). Penemuan kami ini yang sudah ke sekian kali, sebelumnya ada beberapa penemuan seperti sangkur (pisau) tentara, pistol. Insyaallah kami akan terus mengeksplorasi dan kami terus menggali dan mengkaji dokumen-dokumen militer yang kami dapatkan. Ini juga sebagai upaya kami memberi edukasi kepada masyarakat Tarakan bahkan Kaltara,” terangnya.
Kabid Kebudayaan pada Disbudporapar Tarakan, Abdul Salam menerangkan penemuan ini merupakan penemuan kesekian kalinya. Ia membeberkan sebelumnya komunitas Gerakan di Bawah Satu Bendera beberapa kali melaporkan temuan mereka dalam mengeksplorasi sejarah Tarakan beberapa tahun terakhir.
“Tentu ini bukan yang pertama kalinya, penemuan benda sejarah perang ini sudah sering ditemukan sejak tahun 80-an. Boleh dikatakan satu pulau Tarakan ini menjadi medan pertempuran antara pasukan Sekutu dan Jepang. Sehingga cukup banyak benda peninggalan perang dunia yang ditemukan dari yang besar sampai yang kecil. Dan kami yakin masih banyak yang belum ditemukan,” terangnya.
“Kalau riset dari Pemerintah Kota sepanjang pengetahuan saya belum pernah, tetapi kalau eksplorasi di titik tertentu, itu sudah pernah. Kebetulan saya sendiri terlibat dalam riset itu. Jadi dulu ada namanya program survei eksplorasi di Mamburungan,” terangnya.
Dikatakannya, Tarakan tidak hanya memiliki sekarang Perang Dunia II, namun juga menyimpan sejarah peradaban. Dicontohkan, tahun lalu pernah ditemukan meriam kuno yang di Kelurahan Juata Laut, Tarakan Utara. Hal tersebut ditemukan pada saat masyarakat melakukan penggarapan lahan untuk berkebun.
“Jadi sebenarnya Tarakan ini potensi sejarahnya cukup besar. Bukan hanya sejarah perang Dunia, tapi juga sejarah peradaban manusia sebelum perang Dunia. Karena Tarakan di masa dulu, masuk dalam jalur perdagangan Pedagang Tionghoa,” tukasnya.
“Kami cukup senang dengan temuan ini, cuma dalam hal bagaimana cara mengumpulkannya dan sebagainya kami perlu hati-hati. Karena di dalam konteks keilmuan, benda-benda seperti ini pertama ditemukan sudah harus direkam. Supaya semua pertimbangan yang memungkinkan untuk didukung menarik suatu asumsi atau interpretasi. Yang dikumpulkan teman-teman sebenarnya sangat mengapresiasi itu sebagai kepedulian dan kecintaan teman-teman terhadap sejarah Tarakan,” pungkasnya. (zac/lim)