BBM Malaysia Beredar di Sebatik, Pengusaha BBM Ngadu ke DPRD

- Sabtu, 4 Februari 2023 | 13:29 WIB
MINTA SOLUIS : Pengusaha BBM di Nunukan saat meminta solusi kepada DPRD Nunukan atas persoalan BBM Malaysia yang diperjualbelikan di Sebatik. FOTO : ASRULLAH
MINTA SOLUIS : Pengusaha BBM di Nunukan saat meminta solusi kepada DPRD Nunukan atas persoalan BBM Malaysia yang diperjualbelikan di Sebatik. FOTO : ASRULLAH

BAHAN bakar minyak (BBM) asal Malaysia marak diperjualbelikan di Pulau Sebatik, Nunukan. Kondisi ini membuat pengusaha BBM mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nunukan.

Bagaimana tidak, BBM asal negeri jiran yang diperjualbelikan lebih murah dibandingkan produk BBM tanah air. Hal ini membuat pengusaha mengalami kerugian.

Itu disampaikan Yuliana, pemilik AMPS Soppeng yang beroperasi di Sebatik. Di hadapan anggota DPRD dan organisasi perangkat daerah (OPD) ia bercerita maraknya keberadaan BBM Malaysia. Sehingga, persoalan ini harus segera disikapi. 

Sebab, selain merugikan pelaku usaha BBM juga merugikan negara. “BBM ini dikenakan pajak dan masuk ke kas negara. Dampaknya, pendapatan negara juga berkurang. Kemudian, angkutan BBM ini juga dikenakan pajak,” ucap Yuliana kepada Radar Tarakan, Jumat (3/2).

Dijelaskan, peredaran BBM asal Malaysia di Sebatik membuat omset pengambilan BBM di SPBU menurun drastis. Kondisi ini terjadi sejak November hingga saat ini. Tak tanggung-tanggung penurunan omzet mencapai hingga 70 persen.

Selain itu, armada yang mengangkut BBM dari Tarakan biasanya membawa hingga 300 ton per bulan. Namun, karena situasi ini BBM yang diangkut hanya 120 ton. Bahkan, sejak 31 Desember, terjadi pengurangan kuota BBM.

Semula pengurangan sebanyak 50 ton, selanjutnya 45 ton. Bahkan, pertengahan Januari kembali berkurang hingga 40 ton. Kini hanya menjadi 30 ton. “Pengurangan kuota ini tidak ada pemberitahuan ke kami dari Pertamina. Setelah kami cari tahu, alasannya keputusan langsung dari BPH Migas. Padahal, kami tidak pernah tidak mengambil alokasi ini,” tegasnya.

Selain persoalan itu, program Pertamina tentang pembangunan pertashop di daerah-daerah juga dinilai tidak mampu bersaing. Alasannya, harga kini mencapai Rp 13.500 per liter. Belum lagi BBM asal Malaysia dihargai Rp 10 ribu.

“Kalau dulu jenis pertamax masih Rp 9 ribuan, banyak muncul pengusaha untuk membangun pertashop. Namun, dengan harga sekarang naik menjadi Rp 13.500 per liter. Memang di awal mungkin bisa bersaing, tetapi masuknya BBM Malaysia jelas tidak bisa (bersaing),” katanya. (**)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Awal Tahun Ratusan WNI Bakal Dideportasi ke Nunukan

Selasa, 23 Januari 2024 | 01:30 WIB

Perbaikan Jalan Belum Sampai di Krayan Selatan

Selasa, 23 Januari 2024 | 01:29 WIB

Tarakan Dapat Tambahan Kuota Haji 159 Orang

Selasa, 23 Januari 2024 | 01:28 WIB

BMKG Tarakan Memprediksikan Hujan Sepanjang Januari

Minggu, 21 Januari 2024 | 13:21 WIB

Proyek Tak Tuntas, Gubernur Ancam Blacklist

Minggu, 21 Januari 2024 | 13:03 WIB

Kantor Gubernur Kaltara Akan Segera Ditempati

Minggu, 21 Januari 2024 | 13:01 WIB

Bayi Dibuang Diduga Hasil Hubungan Gelap

Jumat, 19 Januari 2024 | 13:26 WIB

Bus Damri Akhirnya Beroperasi di Sebatik

Jumat, 19 Januari 2024 | 13:17 WIB

Pengurangan Masa Jabatan, Apkasi Gugat ke MK

Rabu, 17 Januari 2024 | 16:08 WIB

Pembentukan Kejati Kaltara Berproses di Kejagung

Rabu, 17 Januari 2024 | 16:07 WIB

Ilegal, 16 PMI Enggan Bungkam Soal Calo

Rabu, 17 Januari 2024 | 16:04 WIB

Kasus Perkelahian Mahasiswa UBT Berakhir Damai

Rabu, 17 Januari 2024 | 14:02 WIB
X