Keberadaan sepeda motor berikut koper seorang pria berinisial AS di depan Mako Polres Tarakan, memantik kecurigaan kepolisian, sekira pukul 11.30 WITA, Selasa (17/1). Namun kemudian tidak didapati barang berbahaya atau bahan peledak seperti kecurigaan petugas.
Koper dan kardus hanya berisi pakaian dan buah cempedak. Setelah diamankan dan dilakukan penyelidikan, ternyata AS menderita gangguan kejiwaan. Wakapolres Tarakan, Kompol Ariantony Utama Bangalino mengatakan, AS didapati masuk ke Mako Polres Tarakan dengan menggunakan motor Honda Blade, dengan nopol KT 4119 FY. Saat itu pelaku membawa koper dan kardus berwarna coklat. “Dari pelaku sempat berteriak dan memaki petugas. Bahkan sempat meneriakkan kata jihad dan meminta untuk ditembak, serta akan meledakkan Polres Tarakan,” katanya.
Pelaku lantas melarikan diri usai berteriak dan meninggalkan motornya di dekat pintu gerbang Mako Polres Tarakan. Pelaku yang tidak terkejar oleh petugas saat itu, ternyata melarikan diri ke rumahnya yang berada di Kelurahan Selumit Pantai, Tarakan Tengah. Diakui Ariantony, saat itu pihaknya langsung melakukan sterilisasi wilayah Polres Tarakan serta menutup akses lalu lintas di Jalan Yos Sudarso.
Pihaknya kemudian melakukan koordinasi dengan Satbrimob Polda Kaltara, untuk melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan AS, yang berada di atas motor saat itu. “Setelah dilakukan beberapa proses, dari pihak Gegana Satbrimob Polda Kaltara melakukan disposal (penanganan), untuk membuka akses terhadap isi paket yang diduga bom. Setelah dibuka ternyata barang yang didapati, yaitu pakaian dan 2 buah cempedak,” sebut Wakapolres.
Hingga saat ini pihak kepolisian masih terus mendalami apakah AS terhubung dengan jaringan teroris yang ada di Indonesia. Bahkan pihaknya juga akan mendalami mengapa pelaku melakukan aksi teror di kantor polisi. Namun hingga kemarin usai diamankan, pihak kepolisian masih mendapati pelaku belum dapat berkomunikasi dengan baik. “Ngomongnya masih ngawur. Jadi kami belum bisa mendapatkan keterangan dari pelaku. Nanti kami akan dibantu oleh dokter spesialis kejiwaan dalam melakukan pemeriksaan,” tuturnya. (radartarakan)