Waspada Gempa..!! di Tarakan Sesar Lokal Muncul ke Permukaan

- Kamis, 24 November 2022 | 11:04 WIB
POTENSI GEMPA: Prakirawan cuaca BMKG Tarakan, Raina saat menjelaskan tentang potensi gempa di Tarakan, Selasa (22/11).
POTENSI GEMPA: Prakirawan cuaca BMKG Tarakan, Raina saat menjelaskan tentang potensi gempa di Tarakan, Selasa (22/11).

Gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat menjadi cermin bagi Tarakan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam. Pasalnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan melalui Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Yonsep menyatakan bahwa sesar Tarakan telah muncul ke permukaan laut, sehingga Tarakan tak hanya dinyatakan rawan gempa namun juga tsunami.

“Tidak bisa kita pungkiri karena Tarakan punya sesar dan itu sudah muncul di permukaan,” ungkap Yonsep, pada Selasa (22/11).

Dikatakan Yonsep, secara aturan pemerintah seharusnya membentuk forum kewaspadaan bencana. Untuk itu dalam hal ini pihaknya membentuk 5 pentahelix yang terlibat di dalam forum kewaspadaan bencana, seperti dari kalangan pemerintah pengusaha dan media. “Ini terbentuk melalui SK Wali Kota,” ucap Yonsep.

Ia menjelaskan bahwa Tarakan pada dasarnya memiliki perbedaan dengan Cianjur, Jawa Barat. Hal tersebut telihat pada struktur konstruksi bangunan. Tarakan, lanjut Yonsep dalam konsep pembangunan diwajibkan untuk mengantongi izin pembangunan secara tata ruang. Sebab untuk membangun dalam suatu kawasan harus memiliki dasar kajian, termasuk dalam risiko kebencanaan sehingga ini pun masuk ke dalam kajian pemberian izin.

Untuk itu dalam hal kebencanaan, lanjut Yonsep tak hanya menjadi tupoksi pemerintah namun juga menyertakan partisipasi masyarakat. “Kalau analisis terbaru, saya yakin pembangunan di Tarakan selama ini sudah diantisipasi. Saya yakin pembangunan Tarakan sudah memiliki perencanaan seperti itu.  Karena bencana itu tidak bisa kita hindari, tapi itu menjadi urusan kita bersama,” tutur Yonsep.

Yonsep mengingatkan kepada masyarakat akan kejadian gempa yang pernah terjadi di Tarakan dengan kekuatan 5,4 skala richter (SR). Angka tersebut cukup kecil menurut Yonsep, namun bangunan di Tarakan sebagian besar dapat terselamatkan karena terbuat dari kayu dan lapis besi. Hanya saja dalam hal ini menurut Yonsep yang menjadi kekhawatiran pihaknya ialah tsunami. “Tapi masyarakat jangan khawatir, mudah-mudahan ini tidak terjadi,” katanya.

Namun, jika tsunami terjadi beberapa titik jalur evakuasi yang dapat segera ditanggapi masyarakat, yakni masyarakat bagian timur kawasan Pantai Amal dan sekitarnya dapat mengungsi di Universitas Borneo Tarakan (UBT). Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pertengahan kota dapat mengungsi di kawasan Gunung Selatan, untuk kawasan utara dapat mengungsi di Bukit Tengkorak yang terletak di Kelurahan Juata Laut Tarakan, sedang kawasan Mamburungan dan sekitarnya dapat mengungsi di daerah Mamburungan Timur. Titik evakuasi ini berdasarkan hasil kajian BPBD pada 2016 lalu.

“Kami sudah siapkan titik evakuasi jika terjadi tsunami. Karena Tarakan ini memiliki sesar yang tidak bisa dipungkiri sudah muncul di permukaan,” jelasnya.

Dalam hal ini, ia meminta agar masyarakat tidak khawatir. Sebab BPBD telah melakukan simulasi kebencanaan. Hanya saja simulasi bencana langsung ke masyarakat belum dilakukan karena pihaknya memiliki ruang yang terbatas sebab harus mengumpulkan banyak massa. “Tapi lewat media, kami bisa memberikan edukasi ke masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Prakiraan Cuaca BMKG Tarakan, Raina menjelaskan bahwa gempa yang terjadi di wilayah Kalimantan Utara disebabkan oleh adanya sesar lokal. “Biasanya di suatu wilayah itu banyak terdapat sesar lokal. Kalau Tarakan itu ada sesar Tarakan, jadi posisinya itu di sebelah utara hingga timur laut Tarakan. Ini sesar Tarakan yang biasa menyebabkan gempa lokal di Tarakan,” ungkap Raina.

 

Untuk itu, gempa yang terjadi di Tarakan biasanya disebabkan oleh aktivitas sesar lokal. Dikatakan Raina, Kaltara memiliki dua sesar yang dapat memicu terjadinya gempa yakni sesar lokal Tarakan dan sesar mangkalihat yang berada di sebelah tenggara Kaltara.

“Jenisnya itu sesar mendatar, kalau misalnya terjadi gempa karena aktivitas sesar mendatar (horizontal), untuk potensi tsunaminya lebih kecil dari sesar vertikal,” ucapnya.

Namun gempa bumi tidak dapat diprediksi terjadi. Sementara tsunami, jika gempa telah terjadi maka pusat gempa nasional akan melakukan pemodelan terkait potensi tsunami.

“Tsunami bisa diprediksi dari jenis gempa. Kalau sejauh ini memang belum ada potensi tsunami dari gempa yang terjadi, karena yang mengakibatkan gempa adalah aktivitas sesar lokal. Kebetulan apabila pusat gempa tidak di perairan, maka tidak mengakibatkan tsunami,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X