Maraknya kasus gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di berbagai daerah, menjadi persoalan baru pemerintah yang harus dihadapi. Pasalnya kasus tersebut terus bertambah setiap harinya.
Diketahui, dalam dua bulan terakhir, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) telah mencatat 189 kasus hingga Selasa (18/10). Berdasarkan data tersebut, kasus paling banyak didominasi anak usia 1-5 tahun.
Kasus gagal ginjal akut juga mengalami peningakatan di Kaltara sejak adanya korban yang meninggal dunia pada Rabu (19/10). Terdapat penambahan kasus yang dicurigai dialami salah satu anak perempuan berusia 2 tahun di Kota Tarakan. Diketahui anak tersebut mengalami gagal ginjal akut, sehingga hal tersebut menjadi perhatian serius RSUD Jusuf SK Kota Tarakan.
“Hari Rabu kemarin, ada seorang pasien anak-anak yang datang kondisi lemas, kondisi anak mengalami dehidrasi, akhirnya kami loading cairan, ternyata anak ini tidak BAK (buang air kecil), setelah kami gali lebih dalam ternyata BAK-nya sudah tidak keluar sejak 3 hari. Dari situ kami mulai curiga, ternyata terjadi peningkatan serum kreatinin sudah di tahap fealer sudah dapat dikatakan akut,” ujar dr. Emma Ratna Furi, Sp.A, dokter Spesialis Anak RSUD dr Jusuf SK Kota Tarakan, Kamis (20/10).
Setelah menjalani proses perawatan, RSUD Jusuf SK berencana merujuk pasien tersebut ke Makassar untuk menjalani perawatan lebih lanjut. Hal tersebut lantaran RSUD dr Jusuf SK belum memiliki dokter spesialis yang khusus menangani kasus tersebut. Selain itu alat kesehatan untuk penanganan kasus tertentu masih terbatas.
“Penanganan lanjutannya kan memang cuci darah, cuma kendalanya memang di tempat kami HD-nya hanya bisa memeriksa yang lebih dari 15 kilogram. Sementara pasiennya ini anak perempuan dengan berat 11 kilogram. Gejalanya tidak bisa BAK, lalu serum kreatinin menunjukan adanya gangguan ginjal dan meningkatnya fungsi liver,” terangnya. (*)