Meski harga udang telah disepakati naik, namun hingga saat ini persoalan komisi harga udang di Kota Tarakan masih menjadi polemik. Hal itu lantaran adanya perbedaan versi klaim oleh petambak bersama suplier (pos pembelian) dan Pabrik. Bahkan petambak bersama Suplier dan Pabrik saling tuding.
Saat dikonfirmasi, Ketua Apindo Kaltara Peter Setiawan mengakui jika adanya penurunan komisi udang pasca disepakati kenaikan harga udang.
Namun, ia meluruskan jika penurunan komisi tersebut hanya berlaku kepada suplier, tidak kepada petambak yang menjual langsung ke pabrik.
“Yang turun itu bukan ke petambaknya, yang turun itu ke supliernya. Karena suplier ini ” nakal” juga, dia banyak campur udang, ada airnya. Yang (hadir) di pertemuan kemarin kan petambak semua bukan suplier. Kemarin kan kita sepakat harganya ditambah Rp 15 ribu, tapi adanya penurunan komisi itu untuk pos bukan petambak,”ujarnya, Rabu (28/9).
Sementara itu, Henri salah satu petambak di Kota Tarakan membantah keterangan tersebut.
Ditegaskannya petambak tetap mengalami dampak penurunan komisi.
Bahkan dijelaskannya, saat pertemuan tidak ada perjanjian penurunan komisi.
Sehingga ia merasa kebijakan menurunkan komisi melanggar komitmen dalam kesepakatan yang dilakukan beberapa waktu lalu di Pemkot Tarakan.
“Tidak benar, justru komisi malah turun. Justru harga komisi lebih bagus daripada jual ke pabrik. Justru adanya kenaikan harga udang penghasilan petambak malah turun. Itu kan keluar dari komitmen pertemuan kemarin. Bahkan kemarin tidak ada tuh perjanjian komisi diturunkan,”tukasnya. (zac).
