Isu Mafia soal Harga Udang di Kaltara, Pengamat Bilang Begini

- Senin, 19 September 2022 | 11:47 WIB

Merosotnya harga udang di Kaltara menuai polemik di masyarakat. Pasalnya persoalan itu dianggap sangat memukul perekonomian petani tambak di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sehingga tidak sedikit masyarakat yang menganggap hal tersebut merupakan permainan kelompok dalam mendapatkan keuntungan maksimal. 

Pengamat sekaligus Akademisi Ekonomi Universitas Borneo Tarakan (UBT), Dr Margiyono S.E, M.Si menilai sejauh ini dugaan tidak selayaknya langsung dikaitkan dengan adanya mafia atau kejahatan dalam bisnis. Menurutnya, dalam melihat hal ini, dirinya lebih memandang melalui perspektif teori ekonomi. 

“Kalau saya melihat lebih kepada pendekatan hukum ekonomi dalam melihat persoalan ini.
Jadi memang faktor kenaikan dan penurunan harga komoditas ekspor cukup banyak, tetapi kalau kita berbicara perspektif nasional, hal itu bisa saja dipengaruhi faktor yang lain. Misalnya daging sapi, kepiting atau udang. Faktor ini bisa jadi karena faktor musiman. Yang memengaruhi harga bisa disebabkan komoditas yang melimpah atau langka,”ujarnya, Minggu (18/9).

“Setiap kali mendengar persoalan harga udang, saya selalu mendengar opininya bahwa ketidakstabilan harga ini disebabkan antara adanya monopoli dan mafia. Menurut saya sejauh ini masih sebatas opini karena belum ada bukti konkret yang menunjukan dugaan itu,” sambungnya.

Menurutnya, ketidakstabilan harga dipengaruhi dua faktor, permintaan yang berkurang atau penawaran yang berlebih. Sehingga menurutnya, perkembangan peradaban dapat menimbulkan fenomena baru dalam bisnis. Kata dia, bisa saja sebuah komoditas tidak lagi eksklusif yang hanya bisa diproduksi dan bergantung oleh satu negara tertentu.

“Saya belum melihat kondisinya di lapangan seperti apa, saya hanya menganalisis pada sudut pandang umum dalam bisnis. Bisa jadi dalam beberapa tahun terjadi peningkatan produksi di berbagai negara sehingga menyebabkan adanya persaingan dagang antar negara. Persaingan itu menyebabkan banyaknya penawaran ke negara buyer sehingga negara pengimpor memiliki banyak pilihan mendapat mendapat komoditas yang harganya lebih terjangkau,” tukasnya. (*).

 
 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X