Warga Diminta Terapkan 3 Perilaku Perubahan untuk Cegah Stunting

- Jumat, 16 September 2022 | 12:04 WIB

MALINAU - Saat ini satu dari tiga anak di Indonesia mengalami stunting atau kerdil. Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, ada 4 dari 10 anak tidak datang ke Posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Sehingga bila dihitung secara keseluruhan terdapat sekitar 8 juta anak Indonesia yang mengalami pertumbuhan tidak maksimal. 

Salah satu masalah krusial di Bumi Intimung ialah meminimalisir stunting. Bahkan pada 2021 lalu, 17 desa yang ada di 3 kecamatan di Kabupaten Malinau, ditetapkan sebagai lokus stunting. 

Diketahui, dari 180 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, pemerintah pusat menetapkan Kabupaten Malinau sebagai salah satu daerah khusus intervensi stunting. Sehingga Kabupaten Malinau merupakan salah satu daerah yang menjadi perhatian serius oleh pemerintah pusat. 

Ketua Bidang Empat Pokja TP PKK Malinau, Siti Maria Ulva mengatakan meski demikian, tugas belum usai. Sebab, Presiden Jokowi menargetkan prevalensi stunting sebesar 14 persen untuk setiap kabupaten/kota pada akhir tahun 2024 mendatang. 

Siti Maria menambahkan stunting masih menjadi prioritas permasalahan kesehatan bagi masyarakat di Malinau. Oleh karena itu, terdapat tiga komponen perubahan perilaku dalam upaya pencegahan stunting. Tiga poin tersebut yakni pola asuh anak, pola makan dan pola hidup bersih sehat (PHBS). 

"Upaya pemenuhan gizi dan kesehatan ibu hamil serta ibu menyusui perlu juga mendapat perhatian khusus. Edukasi atau pemberian pendidikan tentang gizi dan nutrisi seimbang perlu terus digalakkan. Kita juga perlu memastikan ketersediaan dan akses air minum yang bersih serta jamban yang sehat ditengah masyarakat kita,” kata Siti Maria. 

Oleh karena itu, komunikasi antar pribadi (KAP) merupakan suatu proses peningkatan pemberdayaan masyarakat yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku. Strategi KAP dalam percepatan penurunan stunting sangat penting diperlukan. Yakni bagaimana cara dan tehnik melakukan komunikasi khususnya perubahan perilaku dari yang kurang baik menjadi baik dan lebih baik lagi.

 “Dengan terjadinya perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik, akan bermuara pada penurunan prevalensi stunting di setiap daerah dan tingkat nasional secara umum,” tambahnya. 

Oleh sebab itu, sebagai seorang tenaga kesehatan, pengurus PKK maupun kader dan relawan, diharapkan mampu memiliki kemampuan dalam mendeteksi stunting sedini mungkin dengan cara memantau pertumbuhan balita. 

"Melalui penimbangan dan pengukuran serta bagaimana pengisian KMS (kartu menuju sehat) atau buku kesehatan ibu dan anak (KIA), pemberian vitamin A, praktek pemberian makan bayi dan anak (PMBA), pendidikan gizi pada ibu balita dan keluarga. “Termasuk juga minum tablet tambah darah bersama mengatasi anemia bagi remaja putri, serta penyuluhan pada pelaksanaan kelas ibu hamil,” tutupnya (*/hai/har)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X