Minim Akses, Jenazah Warga Krayan Timur Ini Harus Digotong Sejauh 20 Kilometer

- Kamis, 21 Juli 2022 | 12:00 WIB
DIGOTONG: Jasad warga Krayan Timur harus digotong sejauh 20 kilometer untuk kembali ke desanya. (ISTIMEWA)
DIGOTONG: Jasad warga Krayan Timur harus digotong sejauh 20 kilometer untuk kembali ke desanya. (ISTIMEWA)

Jenazah seorang pria bernama Amos Udah (70) warga Desa Wa’Yagung, Krayan Timur, digotong masyarakat dengan tandu sejauh 20 kilometer (km) untuk sampai desanya kembali di Desa Wa’Yagung.

Mendiang Amos , meninggal dunia di RSUD Malinau karena sakit komplikasi. Karena itu, dirinya diterbangkan kembali ke Krayan dari Malinau. Dari Krayan, jasad dibawa ke Kecamatan Krayan Timur. Sesampainya di Krayan Timur, mendiang pun harus dipulangkan kembali ke desanya dengan cara digotong.

Salah seorang tokoh masyarakat Krayan Timur, Kornelius mengatakan, warga harus secara bergantian memikul jenazah dengan berjalan kaki menembus hutan hingga malam hari. Itu harus dilakukan mereka, karena desanya memang susah terakses. 

“Mau sampai kapan masalah ini terbiar? Ini sebenarnya sering terjadi dan di mana hati nurani kita kalau melihat peristiwa ini,” ujar Kornelius kepada wartawan ketika diwawancarai. 

Dirinya pun mempertanyakan terkait pembangunan jalan yang seharusnya sudah dilakukan sejak bertahun tahun lamanya. Sampai saat ini, belum sepenuhnya terealisasi. Padahal di daerah lain pembangunan jalan besar-besaran terjadi.

Hal ini diminta Kornelius menjadi perhatian serius. Dirinya ingin pembangunan juga dipusatkan di desanya Wa’Yagung.

“Jangan sampai hal ini berulang-ulang kali saja terjadi tapi tidak ada solusi, mau sampai kapan. Tolonglah diperhatikan daerah kami yang terisolir ini, kalau ada anggaran, pembangunan fokuskanlah ke sini, utamanya jalan menuju Desa Wa’Yagung itu,” harap Kornelius.

Sementara itu, Camat Krayan Timur, Liantoni sendiri juga mengakui, jika akses jalan desa Wa’yagun bahkan juga ada desa lain, seperti Desa Bungayan sangat sulit diakses. Sebab, jalan yang warga lewati penuh dengan lumpur. 

“Memang dikenal dengan jalan kerbau, karena menjadi kubangan kerbau warga sekitar. Kadang-Kadang kerbau mereka yang digunakan menggotong barang-barang dan sebagainya,” ungkap Liantoni.

Padahal, dirinya mengaku, proses pembuatan akses jalan di dua desa tersebut, sudah berlangsung sejak tahun 2017 lalu. Namun memang, tidak pernah selesai.

“Ada kendala jembatan gantung itu, di atas sungai yang memiliki lebar sekitar seratusan meter. Setahu kami, tahun ini ada pembangunan jalan lagi. Ya, kita berharap pembangunan ini benar-benar jalan. Kita sekarang bisa lihat kondisinya seperti apa kan,” pungkas Liantoni. (*)

 
 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X