Para sopir angkutan yang melayani wilayah perbatasan merasa malu barang yang dijual lebih mahal dikarenakan biaya transportasi yang mahal. Mahalnya biayanya angkut tersebut karena jalan dari Long Bagun, Kalimantan Timur (Kaltim) ke Apau Kayan, Kalimantan Utara (Kaltara) rusak parah. Martinus, salah seorang supir angkutan perbatasan mengaku kalau cuaca bagus, makan perjalanan dari Long Bagun ke Apau Kayan bisa tiga hari sampai seminggu. Namun jika cuaca hujan, maka bisa berminggu-minggu.
“Karena cuacanya bagus tiga hari. Kalau cuacanya hujan bisa satu minggu lebih kita,” ujar Martinus saat ditanya berapa lama waktu tempuh dari Long Bagun ke Apau Kayan, Kamis (14/4) lalu. Dijelaskannya, dulu, sewaktu masih bagus jalan yang dilewati melalui trase jalan PT. Sumalindo Jaya Lestari, itu kurang dari 24 jam, hanya belasan jam saja. Namun sekarang karena jalan sudah tidak dirawat lagi, waktu tempuh bisa berhari-hari. “Kalau bagus jalannya kita tembak dari Long Nawang pukul 9 atau 10 pagi, kita sampai di Long Bagun itu bisa pukul 4 subuh. Itu dulu kalau kering. Tapi sekarang tidak bisa,” ungkapnya.
Dengan rusaknya jalan tersebut, juga menambah mahal biaya angkutan. Satu rit, kata dia, mencapai Rp 10 juta dan muatannya pun terbatas karena menggunakan mobil dobel kabin 4×4 yang hanya berani mereka mati 1,5-1,8 ton saja.
“Kita hitung ritasi. Sekarang kalau mobil dobel kabin 4×4 begini atau singel kabin Rp 10 juta. Untuk satu kali tempuh, baik dari Long Bagun ke Long Nawang atau Long Nawang ke Long Bagun. Dulu Rp. 8 juta dan ada informasi mau naik lagi,” benernya sambil mengatakan tidak berani banyak muatan karena jalan rusak parah.
Jalan dari Long Bagun, khususnya dari Km 0 PT Sumalindo Jaya Lestari mencapai 200 km lebih. “Dari Long Bagun sampai muara jalan PU itu 147 km. Nah kalau dari Mahak Baru sampai di muara Bandara Long Ampung itu 98 km kurang lebih. 120 km sampai ke Long Nawang, jadi ada 200 km lebih sampai ke Long Nawang,” terangnya.
Karena itu, kebetulan ada Wagub Kaltara melakukan kunjungan dan beriringan kendaraan bersama mereka, Martinus menyampaikan agar pemerintah pusat tolong bantu kepala daerahnya. Karena mereka paham bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga terbatas dalam memperjuangkan masyarakat perbatasan.
“Kalau bisa berusahalah perjuangkan kami, apalagi sekarang ini kendalanya jalan ini, jadi kami itu malu juga dengan harga barang kami yang tinggi. Sebenarnya barang itu tidak mahal, murah. Tapi biaya angkutnya yang mahal. Nah itu kami minta kerja samanya baik pemerintah pusat dan kepada Bapak Wakil Gubernur tolong kerja samanya yang baik untuk memperjuangkan kami di perbatasan,” pintanya sambil mengucap syukur bisa bertemu Wagub dan menyampaikan secara langsung harapan-harapan masyarakat perbatasan.
“Terima kasih Martinus ya, kami tahu bahwa kalian memang luar biasa tantangan hidup di perbatasan ini. Pemerintah provinsi tidak diam. Salah satu arahan Pak Gubernur kepada saya menyuruh datang melihat ini supaya kami bisa bicara untuk mewakili masyarakat Kaltara, khususnya perbatasan,” sambung Wagub Yansen TP di hadapan Martinus secara langsung.
Sebagai Wagub, ia mengharapkan para sopir yang bekerja mengangkut kebutuhan masyarakat perbatasan untuk tetap semangat walaupun tantangan yang dijalani luar biasa. Dia yakin kondisi seperti tidak akan lama. Ia memastikan kalau untuk pemeliharaan jalan tahun ini bisa dilakukan.
“Kami bersama satker jalan sudah melihat jalan dalam waktu dekat akan diperbaiki. Tapi kalau kualitas sampai tingkat yang fungsional benar-benar maksimal, kita butuh waktu. Jadi kita harapkan kalian sabar. Tetap sabar, semua kita perjuangkan,” ucap Yansen memberikan semangat.
Kenapa sampai lima hari, bebernya, karena jalannya hancur dan harus saling tarik menarik dengan kendaraan lainnya saat kendaraan amblas. Perjalanan menuju Apau Kayan dari Long Bagun mereka mengaku tak berani jika tak berombongan. Minimal haru dua kendaraan.
Banyak jalan yang putus dan mereka terpaksa menebang kayu untuk dijadikan jembatan darurat. “Kami harus menginap sampai air surut jika hujan, karena ada lintasan sungai yang tidak ada jembatannya. Kaya di Agung itu kami pernah kemarin lima hari menginap di situ KM 7,” kisahnya.
Untuk bahan bakar kendaraan, tergantung lama perjalanan dan kondisi jalan. Biasanya, kata Mili, untuk pulang pergi dari Long Bagun ke Apau Kayan menghabiskan kurang lebih 200 liter minyak. “Kalau bahan bakar PP satu drum lebih untuk mobil. Kalau di Long Bagun harganya Rp 12 ribu. Kalau di atas sini (Apau Kayan) Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu perliter. Karena jalan itu rusak,” jelasnya sambil menyampaikan permohonan kepada pemerintah agar memperhatikan jalan di perbatasan “Kasihan bah orang di atas (perbatasan) juga kekurangan sembako,” katanya. (ags/lim)