Kejadian tebing longsor terjadi di wilayah Desa Wa Yagung, Kecamatan Krayan Timur berdampak terhadap masyarakat. Persawahan milik warga yang berada di bawah area tebing menjadi rusak. Setidaknya hampir 1 hektare lahan warga terdampak longsor tersebut.
Itu diungkapkan Kasubid Rehabilitasi dan Rekonstruksi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Mulyadi. Dirinya mengaku, longsor sejatinya sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Namun kembali terjadi pada Oktober tahun 2021 lalu.
Tak sampai disitu, ternyata longsor susulan terjadi pada awal Januari lalu, kemudian terjadi lagi di beberapa minggu terakhir ini. Akibatnya, ada 0,83 hektare lahan warga yang berada di bawah tebing terdampak longsor. “Tidak hanya lahan yang rusak, air bersih terdampak akibat longsor, listrik dari tenaga air juga menjadi rusak akibat longsor,” ungkap Mulyadi ketika diwawancarai, Selasa (15/3).
Mulyadi menerangkan, di desa Wa Yagung, dihuni oleh kurang lebih 300 Kepala Keluarga (KK). Masyarakat memang berada di daerah terjauh dari pusat kecamatan Krayan induk. Daerah tersebut terbilang terisolir, sebab jaraknya dari kecamatan induk ke darah tersebut butuh waktu 6 jam. “Ya, jadi tebingnya itu memang tinggi, jaraknya dari kecamatan induk ke daerah tersebut butuh waktu 6 jam, sementara naik bukitnya itu bisa selama 4 jam,” tamba Mulyadi.
Kerusakan tersebut pun meliputi sektor Infrastruktur (sub sektor transportasi, Subsektor Energi & Subsektor Sumber daya air) dan sektor ekonomi (subsektor pertanian). Sementara untuk sektor infrastruktur, penilaian kerusakannya mencapai 94,23 % atau sebesar Rp. 13.178.100.000,00 atau Rp 13 miliar lebih.
Hal itu, dikarenakan jalan Desa Long Umum menuju Desa Wa Yagung, kemudian infrastruktur energi desa Wa Yagung, dan juga infrastruktur sumber daya air (jaringan irigasi) kemudian infrastruktur Air dan Sanitasi (Air Bersih) yang semuanya kategori lainnya, dinilai rusak berat.
Di sisi ekonomi, penilaian Kerusakan dan kerugian yang terjadi mencapai angka 5,77 % atau sebesar Rp 806.350.000,00. Ini dikarenakan ada 13 lahan sawah dengan total luasan sebesar 8.300 M2 dari total luasan sawah Desa sebesar 13,46 hektar rusak akibat tertimbun longsor bebatuan.
Saat ini saja, para warga bersama unsur di desa tersebut termasuk personil BPBD, masih melakukan proses pembersihan dengan cara manual.
Proses pembersihan, sangat sulit dilakukan, karena untuk melakukannya, sejatinya dibutuhkan alat berat, sayangnya untuk mendatangkan alat berat seperti excavator saja, sangat tidak mungkin dilakukan karena kondisi jalan sudah benar-benar rusak.
“Banyak sebenarnya yang terdampak, seperti mempengaruhi aliran listrik yang ada di rumah-rumah warga, karena sumber listrik hanya menggunakan kincir air di pinggiran sungai yang juga ikut rusak, saat ini mereka hanya mengandalkan pelita atau genset. Sementara air bersih yang juga terdampak, bisa ditangani dengan sejumlah sumber air lain yang berada di pegunungan,” beber Mulyadi. (raw/har)