Begini Dampak Kewajiban RT-PCR bagi Pelaku Perjalanan Udara di Kaltara

- Jumat, 22 Oktober 2021 | 16:32 WIB
Dosen STIE Bulungan-Tarakan, dr. Ana Sriekaningsih. FOTO: BANK DATA/RADAR TARAKAN
Dosen STIE Bulungan-Tarakan, dr. Ana Sriekaningsih. FOTO: BANK DATA/RADAR TARAKAN

TARAKAN - Akademisi ekonomi Kaltara, dr. Ana Sriekaningsih menilai aturan menyangkut kewajiban hasil tes negatif RT-PCR pada pelaku perjalanan udara bagi daerah yang masih menerapkan PPKM level 3 dan 4 memiliki beberapa dampak. Dari kesehatan dan keamanan, tes RT-PCR  memberi keyakinan atau kenyamanan bagi penumpang lain. “Tes RT-PCR sangat memberi kepastian bahwa penumpang di sekitarnya aman, sehingga memberi kenyamanan pada penumpang dan yakin tidak ada penularan di sekitar itu,” ujar wanita yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bulungan-Tarakan ini, Kamis (21/10).

Lanjutnya, jika dikaitkan dengan pergerakan perekonomian, berpengarih pada biaya atau anggaran pelaku perjalanan. “Di luar tarif tiket, sehingga bisa saja akan membatalkan atau menunda keberangkatan. Terlebih lagi tes PCR juga tidak cepat didapat hasilnya. Hal ini juga memengaruhi perputaran ekonomi,” tambahnya.

Jika kebutuhan bepergian tidak mendesak atau sangat penting, orang akan lebih baik menunda keberangkatannya, kecuali urusan mendadak dan sangat perlu, ini jika dari kebutuhan pribadi. “Berbeda dengan pengusaha, bisa saja berangkat tapi akan memilih skala prioritas, urusan mana yg sangat diperlukan kemungkinan baru berangkat. Kalau masih bisa dikomunikasikan by phone, Zoom (aplikasi), atau sistem lainnya, saya rasa akan menunda keberangkatan juga. Begitu juga dengan kantor atau dinas milik BUMN, pemerintah, akan menugaskan pegawai atau karyawannya dengan skala prioritas. Dari hal tersebut, saya rasa sangat memengaruhi pergerakan ekonomi,” jelasnya.

Menurutnya, penundaan akan sangat berdampak pada maskapai, travel, transportasi lainnya, transaksi di tempat tujuan, mobilitas di tempat tujuan. “Ilustrasinya begini, saya atau anak saya jika dari Jogja ke Tarakan atau sebaliknya, baru dalam persiapan dari rumah, keluar rumah, perjalanan menuju bandara, menunggu di ruang tunggu bandara, di pesawat, sampai bandara tujuan, perjalanan menuju ke rumah, aktivitas selama beberapa hari di Tarakan atau di Jogja, itu semua telah terjadi pergerakan ekonomi, terjadi transaksi-transaksi yang berkesinambungan. Jika hal tersebut tidak terjadi atau tidak jadi berangkat ke Tarakan atau sebaliknya, maka perputaran ekonomi itu menjadi lebih lambat atau berkurang. Jika itu terjadi beberapa penumpang, pengaruhnya dari hilir ke hulu dan  akan meluas,” urainya.

“Aktivitas berkurang, penerimaan pajak, transaksi jual beli, jadwal penerbangan dan lain-lain,” tukasnya. (lim)

 

Baca berita lainnya di Radar Tarakan edisi Sabtu 23 Oktober 2021

 

Editor: kalpos123-Azward Kaltara

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X