Diyakini Membawa Kebaikan dan Rezeki

- Kamis, 7 Oktober 2021 | 15:04 WIB
BEJIU SAFAR: Sejumlah warga suku Tidung melakukan ritual tolak bala atau buang sial dengan bejui Safar di depan Baloy Adat Tidung Binusan, Rabu (6/10). /RIKO ADITYA/RADAR TARAKAN
BEJIU SAFAR: Sejumlah warga suku Tidung melakukan ritual tolak bala atau buang sial dengan bejui Safar di depan Baloy Adat Tidung Binusan, Rabu (6/10). /RIKO ADITYA/RADAR TARAKAN

NUNUKAN - Pelaksanaan ritual tolak bala atau buang sial dengan bejiu safar atau mandi safar, dilakukan masyarakat suku Tidung di Baloy Adat Tidung Desa Binusan, Rabu (6/10). Pelaksanaan ini ternyata salah satu rangkaian kegiatan dari Iraw Borneo Bersatu II.

Diungkapkan Ketua Panitia Iraw Borneo Bersatu II, H. Surai kepada sejumlah awak media bejiu safar yang dilakukan di Baloy Adat Tidung Binusan tersebut, sebagian dari rangkaian agenda dalam pelaksanaan Iraw Borneo Bersatu II pada November mendatang.

“Ya, ini sebenarnya salah satu rangkaian kegiatan Iraw Borneo Bersatu II. Artinya, inilah kegiatan perdananya sebelum acara puncaknya November mendatang,” ungkap H. Surai kepada sejumlah awak media seraya memastikan, Iraw Borneo Bersatu II akan digelar tanggal 25 sampai 30 November 2021 mendatang.

Dalam pelaksanaan bejiu safar, ia menjelaskan, sejatinya untuk menghilangkan bentuk segala bala dan bencana di bulan Safar. Kemudian, juga untuk memberi kecerdasan kepada anak-anak yang telah dimandikan dengan membaca ayat-ayat suci Alquran, serta menjadikan anak tersebut terlindung dari bencana dan mendapatkan rezeki yang berkah dalam menempuh hidupnya.

“Kami tidak mewajibkan tradisi ini, tetapi sebaiknya ada punya kesadaran sendiri, karena pertama filosofinya tadi untuk menghilangkan bala bencana dan mendatangkan kecerdasan untuk anak-anak dan rejeki,” tambahnya.

Tak kalah penting tujuannya menurut adalah, silaturahmi yang mengeluarkan zakat dari hartanya dengan memberikan makan kepada orang lain. Hal itu yang tidak bisa dipungkiri, dengan begitu dia berharap dengan sendirinya orang itu sadar menjalankan tradisi meski dengan berdoa di rumah masing-masing.

Di tempat yang sama, Wakil Bupati  Nunukan, H. Hanafiah mengatakan, pemerintah sangat mendukung kegiatan yang diselenggarakan, karena ada sisi positif seperti membangun rasa persatuan dan persaudaraan masyarakat Tidung. Dengan kegiatan tersebut, tidak menutup kemungkinan warga lain juga bisa bergabung untuk sekadar membangun silaturahmi bersama etnik suku lainnya.

Tradisi ini diharapkan Hanafiah perlu dijunjung tinggi. Harus dijaga, dipelihara kelestariannya, serta dibela karena menunjukkan suatu identitas suatu daerah. “Ini juga bisa menjadi agenda tahunan kita di Nunukan, sebagai potensi pariwisata kita, karena tidak banyak orang melakukannya. Dari kegiatan ini, semoga kita semua terlindungi dari segala bala,” harapnya. (raw/lim)

 

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X