TARAKAN - Adanya tenaga kesehatan (nakes) yang gugur untuk pertama kalinya di Kaltara, menimbulkan duka yang mendalam dari sanak keluarga. Sehingga, dalam kesempatan ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltara kembali angkat suara.
Saat dikonfirmasi, Ketua IDI Kaltara sekaligus Ketua Bidang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltimtara dr Frangky Sientoro mengaku bahwa IDI hingga saat ini masih merasakan kekhawatiran terjadinya ledakan penularan Covid-19 jauh lebih besar. Hal itu timbul lantaran mulai kembali diaktifkannya rutinitas belajar-mengajar yang dikhawatirkan menjadi lahirnya kluster.
"Kami masih bersikap sama mengusulkan agar PTM kembali ditunda (dihentikan sementara) karena serangan gelombang kedua ini lebih ganas yah, lebih banyak korban yang usia produktif. Dulu kan rata-rata lansia yang kena sekarang kebanyakan usia muda," ujarnya, (24/7).
Diketahui, sebelumnya, IDI telah mengusulkan jika pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) ditunda. Namun usulan tersebut tak diindahkan. Sehingga kalau pun harus dilaksanakan maka pihaknya menyarankan agar durasi waktu pertemuan dapat diminimalisir sesingkat mungkin.
"Oleh karena itu dari IDI pusat dan daerah sebelumnya mengusulkan agar menunda PTM, dan sampai hari ini sikap kami masih sama. Apalagi hari ini sudah ada nakes pertama yang gugur untuk pertama kalinya di Kaltara," terangnya.
"Bukan dari IDI saja yang mengusulkan penundaan tapi dari seluruh nakes. Kalau memang tidak bisa dihentikan dulu, paling tidak durasi belajarnya diminimalisir setelah itu jemput langsung bawa pulang," sambungnya. (*/zac/fly)
Selengkapnya Baca Radar Tarakan Edisi Minggu (25/7) Besok.
