Sempat Ditentang Ortu Masuk Tentara, Pernah Jadi Tukang Angkut Pasir ke Pelabuhan

- Rabu, 21 Juli 2021 | 15:47 WIB
MENGABDI: Dandim 0903/Bulungan Kolonel Inf. Akatoto melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan di Kodim 0903/Bulungan./RACHMAD RHOMAHDHANI/RADAR KALTARA
MENGABDI: Dandim 0903/Bulungan Kolonel Inf. Akatoto melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan di Kodim 0903/Bulungan./RACHMAD RHOMAHDHANI/RADAR KALTARA

Tongkat pimpinan Komandan Distrik Militer (Dandim) 0903/Bulungan saat ini dinakhodai Kolonel Inf. Akatoto. Sosoknya menggantikan Kolonel Inf. Sapta Marwindu Ibraly. Lalu seperti apa kehidupan dan perjalanan karier Kolonel Inf. Akatoto? berikut ulasannya.

RACHMAD RHOMADHANI

“SAYA orang sini juga. Tidak usah terlalu formal,’’ ucap Kolonel Inf. Akatoto mengawali perjumpaannya kepada media tatkala ditemui di Makodim 0903/Bulungan belum lama ini.

Alhasil, berawal dari ucapan bahasa santun dan sambutan hangatnya saat itu, perbincangan mengenai kehidupannya dan perjalanan kariernya sangat “cair”. “Ya, saya orang sini. Tetapi bukan di Kaltara (Kalimantan Utara). Melainkan saya dari Kalimantan Tengah (Kalteng),’’ jelasnya, seraya meminta media ini menikmati jamuan yang ada.

Orang tuanya Akatoto berasal dari Barito Timur. Sementara dirinya lahir dan dibesarkan di Kuala Kapuas. Baik pendidikan SD dan SMP juga di Kuala Kapuas. Sementara saat pendidikan tingkat SMA di Palangka Raya dan menyelesaikannya di Kuala Kapuas. “Bapak saya juga tentara. Pangkat terakhir beliau adalah Sersan I. Artinya saya bukan anak jenderal,’’ jelasnya.

Tetapi, tambahnya, sekalipun anak seorang tentara, kehidupan Akatoto tetap penuh lika-liku. Saat di tingkat SMP, ia sembari bekerja sebagai tukang angkut pasir ke pelabuhan. “Itu tentunya untuk cari makan. Zaman dulu tentara tak punya apa-apa. Sekali lagi berbeda saat sekrang dengan adanya tunjangan dan lain-lainnya,’’ ungkapnya. “Sehingga kalau di zaman sekarang masih ditemui yang aneh-aneh. Artinya, itu tidak pandai bersyukur dari apa yang didapatkannya,’’ lanjutnya.

Pasca lulus SMA, Akatoto ingin melanjutkan kuliah, dengan bercita-cita sebagai arsitektur ataupun dokter. “Saya itu paling hobi melukis atau menggambar dan menghitung. Tetapi, memang nasib saat itu berkata lain,’’ ungkapnya.

Namun seiring waktu, niat menjadi tentara pun muncul. Ayahnya sempat melarang dengan dalih jika mengikuti jejak ayahnya kehidupannya akan sangat susah. Sehingga ayahnya menyarankan hal lainnya. “Bapak awalnya tidak mau saya masuk tentara. Tetapi, jika tidak menjadi tentara dan harus kuliah perlu biaya tinggi. Akhirnya bapak memperbolehkan (masuk tentara),’’ tuturnya.

Di sisi lain, Akatoto bersyukur dengan perjalanan lika-likunya saat masih kecil, ia masih bisa masuk peringkat tinggi di sekolahnya. Alhasil saat memulai mendaftar sebagai seorang tentara dari Kalteng, dengan lima kabupaten saat itu, mengikuti tes sebanyak 32 orang ke Palangkaraya dan tersisa lima orang. Lalu, diseleksi kembali dan tersisa satu orang yang berhak berangkat ke Magelang. “Satu orang itu adalah saya,’’ ucapnya. (***/bersambung)

 

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Karhutla di Tarakan Jadi Kajian Pusat

Selasa, 30 April 2024 | 17:10 WIB

Setahun, Jumlah Penduduk Tarakan Bertambah 5.100

Minggu, 28 April 2024 | 13:15 WIB

Pertamina Buka Peluang Bangun SPBU Nelayan di KTT

Minggu, 28 April 2024 | 10:50 WIB

Tahun Ini, KTT Tak Dapat Alokasi PTSL

Minggu, 28 April 2024 | 09:40 WIB

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB
X