Bercocok Tanam dengan Metode yang Tidak Biasa

- Rabu, 16 Juni 2021 | 16:01 WIB
INOVASI: Babinsa Koramil 0907/02 Tarakan Tengah, Serma Suprianto mengecek tanamannya./AGUS DIAN ZAKARIA/RADAR TARAKAN
INOVASI: Babinsa Koramil 0907/02 Tarakan Tengah, Serma Suprianto mengecek tanamannya./AGUS DIAN ZAKARIA/RADAR TARAKAN

Serma Suprianto dikenal sebagai prajurit TNI yang bertugas sebagai bintara pembina desa (babinsa) di Kelurahan Sebengkok, Tarakan Tengah. Pria yang akrab disapa Pak Supri ini dikenal sebagai sosok yang inovatif.

IA telah memyelamatkan dan memperbaiki perekonomian masyarakat, salah satunya dengan mengajarkan teknik bercocok tanam. Meski awalnya menanam hanya sekadar hobi, namun Suprianto tidak menyangka inisiatifnya memberikan edukasi ke masyarakat mendapat apresiasi cukup besar. Oleh karena peranannya memberikan edukasi bercocok tanam secara door to door, tidak sedikit masyarakat yang sudah menanam   sayur mayur untuk meminimalisir pengeluaran kebutuhan dapur khususnya masyarakat di Kelurahan Sebengkok, tempat Suprianto mengabdi.

Suprianto mengajarkan bercocok tanam memanfaatkan lahan terbatas dan barang bekas sebagai wadahnya.

“Awalnya saya menanam sebagai hobi, tapi selama pandemi Covid-19 saya prihatin mendengar banyak keluhan masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan dapurnya. Sehingga saya berinisiatif mengedukasi masyarakat untuk menanam sayur mayur untuk mengurangi beban ekonomi masyarakat. Akhirnya saya terpikir untuk mengajarkan masyarakat bercocok tanam dengan memanfaatkan apa yang sudah ada,” ujarnya, Selasa (15/6).

Suprianto tak pernah menyangka inisiatif tersebut menghasilkan manfaat besar. Meski sempat kecewa upayanya dalam mengajak masyarakat bercocok tanam kurang diminati, namun lambat laun masyarakat menyadari hal tersebut sangat membantu perekonomian keluarga. Alhasil, atas upayanya melakukan edukasi dari rumah ke rumah tersebut, tidak sedikit masyarakat mulai menanam sayur mayur pada sekitar rumah.

“Saya mengumpulkan warga, mendatangi secara pribadi untuk mengajak warga menanam. Awalnya sangat sedikit yang berminat, tapi setelah melihat hasilnya masyarakat mulai tertarik. Dan akhirnya juga ada beberapa yang datang ke sini (kediaman) minta diajari,” tuturnya.

“Bayangkan jika satu keluarga bisa menanam 5 pohon cabai dan tumbuh subur itu dapat membantu suatu daerah agar tidak bergantung dengan daerah lain. Karena semua warganya memiliki kebutuhan dapur sendiri khususnya sayur mayur,” lanjutnya.

“Saya menginginkan masyarakat bisa mandiri dengan memanfaatkan apa yang ada untuk mengurangi beban ekonomi. Kalau dia bisa menanam sayuran dengan memanfaatkan lahan yang ada maka itu bisa mengurangi pengeluaran keluarga,” bebernya.

Meski bercocok tanam telah menjadi hal biasa di negara agraria seperti Indonesia, namun ide menanam dengan lahan seadanya dan memanfaatkan barang bekas merupakan hal yang tidak biasa dalam metodenya. Selain itu, ia juga mengajarkan teknik merawat, menyuburkan hingga membasmi hama dengan metode versinya tersendiri. Hal itu ditemukan tidak dengan instan, bahkan ia memerlukan waktu lama dalam bereksperimen untuk menemukan hal baru dari ilmu bercocok tanam.

“Saya menemukan metode membasmi hama dengan menggunakan salah satu jenis sabun cuci piring. Awalnya saya mencoba obat nyamuk dan abu gosok. Tapi dikasih obat nyamuk malah mati, setelah saya mencari dengan eksperimen akhirnya berhasil dengan sabun cuci tangan. Tapi ada teknik penyemprotan khusus serta waktu penyiramannya. Kalau tanah yang bagus dari tanah di bawah pohon bambu. Saya tidak kandungannya tapi pohon bambu biasanya tumbuh di tanah yang lengket, tanahnya itu bagus dipakai menanam cabai dan tomat. Semua berbagai jenis tanah saya sudah coba dan tanah ini yang paling pas,” tuturnya.

Ia menceritakan, hobi menanamnya sudah ada kecil. Meski bukan seorang yang berasal dari keluarga petani, namun ketertarikannya pada bidang pertanian membuatnya senang menanam berbagai jenis tumbuhan. Meski begitu, ia memilih menanam sayur-mayur karena hasilnya dapat dimanfaatkan.

“Jadi awalnya saya sejak kecil memang senang menanam jenis tanaman pertanian. Terutama lombok, terong, kangkung dan sayur lainnya. Dulu saya sering gagal dalam menanam, tapi saya tidak putus asa. Saya terus mencoba dan akhirnya saya mulai berhasil. Satu per satu jenis tanaman yang saya tanam mulai tumbuh subur. Akhirnya saya terus mengembangkan kemampuan sampai berani bereksperimen mencari hal baru dalam bercocok tanam hingga sampai sekarang,” jelasnya.

“Kenapa saya banyak menanam cabai, karena di Tarakan ini harga cabai cukup mahal apalagi di saat momentum tertentu. Kalau kita bisa menanam maka ini sangat membantu suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan dapurnya,” sambungnya.
Hingga saat ini ia terus aktif memberikan edukasi ke masyarakat. Dengan menciptakan berbagai bibit tanaman seperti cabai, tomat, terong, selada, strawberry dan lain-lain. Ia membagikan bibit tersebut kepada masyarakat yang ingin bercocok tanam secara gratis.

“Karena ini tidak memerlukan modal, cukup memanfaatkan lahan terbatas, kaleng atau botol bekas itu sudah bisa. Saya bersedia mengajari siapa pun sampai bisa asalkan ada kemauan. Kalau bibit saya bisa memberikannya,” imbuhnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB

Ada Puluhan Koperasi di Bulungan Tak Sehat

Sabtu, 6 April 2024 | 12:00 WIB
X