Tak Berizin, SB Ryan Kerap Over Kapasitas

- Rabu, 9 Juni 2021 | 14:29 WIB

TARAKAN - Kecelakaan Speedboat (SB) Ryan yang menelan 6 korban jiwa memantik kekhawatiran pengguna jalur transportasi laut dan sungai. Kejadian itu juga diharapkan menjadi yang terakhir kalinya.

Berbagai dugaan menyeruak terkait operasional SB Ryan, dari perizinan hingga dugaan kelalaian akan standar keselamatan.

Kepala Operasional Surya Sebatik Indonesia, Hasbullah terang-terangan mengakui jika SB Ryan belum berizin. Alasannya, karena perizinan butuh biaya besar dan proses yang panjang. “Kami bukannya tidak mengurus izin, pemerintah memberikan arahan, para pelaku usaha mengeluh kalau hadap depan semua yang bisa muat 20 lebih, bisa-bisa cuma 10 orang. Karena speed-nya kecil, kalau pelaku usaha ada 12. Kalau dulu waktu normal, jadwalnya enam jadwal pagi dan enam jadwal siang, cuma sekarang bergilir,” keluhnya, Selasa (8/6).

“Sementara untuk mengurus izin trayek tidak semudah yang dibayangkan. Banyak aturan birokrasi yang harus dipenuhi. Kalau izin tidak ada yang mengkatrol. Kalau dikatrol mesinnya otomatis akan dilakukan pengukuran ulang. Kapal kecil bisa jadi kapal besar. Ibarat tadi GT 4 menjadi GT 10. Otomatis diambil alih KSOP, diukur dengan KSOP keluar surat ukurnya, keluar surat pas keselamatannya, keluar pas SAR-nya. Baru itu dibawa ke ranah instansi lain. Selanjutnya melewati banyak tahap lagi. Izin kami masih dalam proses,” jelasnya.

Ia membeberkan untuk pengurusan izin sedikitnya perusahaan menyiapkan minimal Rp 1 miliar untuk melewati banyak tahapan. “Semuanya mau, tapi kembali lagi pada biaya tadi. Bukan kami tidak mau, tapi biayanya minimal Rp 1 miliar loh itu. Bukan hanya untuk izin trayek, kapal dulu dikatrol, dirapikan. Kalau kapal besar, besar juga cost-nya,” tuturnya.

Selain mahalnya biaya perizinan, aturan yang diterapkan juga dinilai merugikan pelaku usaha kecil. “Solusinya, saya usahakan apa adanya saja. kalau kursinya begitu diubah menghadap ke depan, saya rugi. Kalau cuma 10 (penumpang). Lima dari kanan, lima di kiri saya rugi. Itu hanya modal beli bahan bakar. Belum gaji karyawan, belum lagi maintenance (perawatan), sparepart (suku cadang) saya, belum bayar tambat. Bagaimana,” terangnya.

“Kalau mau menutupi biaya minimal 10 dari sini, 10 dari sana. Tapi kalau tidak memenuhi itu otomatis rugi. Makanya pelaku usaha ada yang dari speed besar, lari ke speedboat kecil. Karena apa, karena dana operasional cukup besar,” sambungnya.

Menurutnya, potensi penumpang di Kaltara juga kecil. “Apalagi, Sembakung belum seperti sistemnya Nunukan. Potensi penumpangnya tidak memungkinkan. Itu-itu saja yang naik bolak-balik. Kalau Nunukan ada alur lain. Makanya berani pelaku usaha mengkatrol itu speedboat-nya,” jelasnya.

“Kalau asuransi insyaallah sudah terakumulasi. Kami sudah melaporkan. Kami tinggal menunggu data dari pihak korban. Siapa-siapa baru kami laporkan ke Jasa Raharja. Kalau dulu, saya langsung tindaklanjuti mendatangi keluarga korban, karena saya sudah tua, saya tidak sanggup mendatangi satu-satu,” lanjutnya.

Sementara itu, Aswan Syamsi selaku wakil Bidang Operasional PT Surya Sebatik Indonesia mengakui kelebihan penumpang SB Ryan saat kecelakaan terjadi. Namun atas dalih keinginan penumpang sendiri sehingga pihaknya mentolerir hal tersebut. Meski ia menyadari itu membahayakan keselamatan.

“Sebenarnya kondisi ini (kelebihan) bisa dikondisikan. Dengan dipangku kalau anak-anak. Sudah lama saya kasih tahu harus patuh, cuma memang mereka anggap remeh,” terangnya.

“Untuk mesinnya 200 PK 2 mesin. Untuk speedboat-nya produksi 2013. Kalau beroperasi sekitar 7 tahunan dengan rute Tarakan-Sembakung saja. Baru kali ini kejadian ini. Saya sudah berulang kali mengingatkan, tolong dianulir aturan pemerintah itu perizinan yang pernah kita pegang kita dapatkan kembali. Tapi alasan mereka, nanti pak karena biaya sangat besar,” lanjutnya.

“Izinnya tidak ada. Kalau penjualan tiketnya melalui SMS atau WA (calo). Jarang beli langsung,” pungkasnya.

PEMERIKSAAN OLEH UPP BUNYU

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X