NUNUKAN - Persoalan tabung LPG masih terus berpolemik di Nunukan. Dari kelangkaan hingga dugaan LPG juga digunakan kalangan warga mampu terus diperbincangkan. Penggunaan surat keterangan tidak mampu (SKTM) untuk pengambilan LPG pun, diklaim belum mampu memecahkan permasalahan.
Akibat kelangkaan LPG, antrian panjang terjadi di Sebatik. Ironisnya saat pengambilan LPG, tidak ada penerapan prokes seperti jaga jarak meski sejatinya masyarakat masih menggunakan masker. Berdesakan demi mendapatkan LPG pun tak terhindarkan.
Sofi, seorang warga mempertanyakan kondisi itu. Sofi sendiri mengaku menggunakan tabung gas 16 kilogram (kg) bukan tabung gas LPG 3 kg. Namun, dirinya prihatin melihat ibu-ibu yang sudah rela datang dari jauh membawa dokumen lengkap, kemudian lama mengantri, ujung-ujungnya enggak kebagian.
“Kasihan ibu-ibu sudah datang lama menunggu, ternyata LPG-nya tidak ada, mereka pun pulang dengan tangan kosong. Mereka mengatakan, bagaimana aku mau masakkan anak-anak dan suamiku ini kalau tidak ada isi tong gas,” kata Sofi kepada Radar Tarakan ketika diwawancarai, Minggu (9/5).
Sofi pun mempertanyakan, jika stok LPG di agen habis, namun bisa terdistribusi kepada pengecer dengan harga lebih mahal. Padahal pengecer tak diatur dalam rantai distribusi yang sah. Dirinya juga menyesalkan warga mampu ikut mengantri.
“Saya kenal, orang-orang mampu yang saya lihat mengantri. Kasi peluang lah yang benar-benar tidak mampu, yang memang sangat membutuhkan, jangan mampu tapi ikut mengantri juga,” tambah Sofi.
Menurut Sofi, sudah sangat jelas pada tabung gas LPG bertuliskan hanya untuk warga miskin. Tidak heran jika masyarakat tidak mampu, rela antri demi mendapatkan LPG yang memang diperuntukkan bagi mereka.
Sementara itu, kelangkaan LPG yang berdampak terjadinya antrian berdesak-desakan di Tembaring Sebatik Barat, disesalkan anggota DPRD Dapil Sebatik, Andre Pratama. Diakui Andre, penggunaan SKTM, merupakan solusi bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan dalam menangani kelangkaan LPG. Namun, di sisi lain pengawasan tidak berjalan efektif.
Dilanjutkan Andre, Sebatik dengan kuota tabung gas sebanyak 36.690 terealisasi dalam sebulan dari jatah 45.360 tabung gas. Dalam hal ini, pengawasan yang penting dilakukan. Misalnya, kapal pengangkut LPG milik agen yang sampai di Sebatik dan merapat di dermaga, harus ada tim dari Pemkab bersama Satpol PP yang mengawasi.
“Jadi agen itu harus memperlihatkan surat jalan dari Pertamina berapa tabung yang mereka bawa di atas kapal. Tabung dari atas kapal berapa hingga turun di atas mobil truk berapa, itu harus dihitung. Nanti truk dikawal menuju pangkalan lagi, supaya pastinya jumlah turun di pangkalan benar sekian kuota. Yang sekarang sering terjadi itu, di pangkalan yang biasanya harusnya mendapatkan kuota 100, malah hanya dapat 70. Itulah penyebabnya warga itu berdesak-desakan,” ungkap Andre saat dikonfirmasi, Minggu (9/5)
Pengawasan memang harus dilakukan untuk antisipasi penyelewengan, kenapa sampai bisa terjadi kuota yang sampai di pangkalan tidak sesuai kuota sebenarnya. “Kami tidak tahu, apakah ada yang bocor, cara menelusurinya ya itu tadi, setiap tabung yang turun dari kapal menuju truk, misal kalau datang 6.000. Pastikan truk menurunkan kuota yang sama di pangkalan,” tambah Andre.
Jika pengawasan ini dilakukan, tidak menutup kemungkinan masyarakat tak mampu, tidak akan berdesak-desakan lagi, sebab kuota sudah akan mencukupi. Meski tanpa berdesak-desakan, masyarakat yang punya hak, dipastikan akan dapat, karena kuotanya memang diperuntukkan untuk mereka.
Terpisah, Kabag Ekonomi Setkab Nunukan, Muktar yang dikonfirmasi persoalan menjawab, distribusi tabung gas LPG 3 kg tersebut, dari Balikpapan ke Tarakan ada kendala pengangkutan, sehingga menyebabkan keterlambatan kedatangan hingga sampai ke Nunukan. “Kami sendiri belum tahu apa masalahnya, namun informasinya karena besar ombak, antara Balikpapan ke Tarakan, jadi kapal tidak bisa muat banyak juga,” jawab Muktar saat dikonfirmasi, Minggu (9/5).
Muktar tak menampik keterlambatan, sudah 2 pekan LPG sempat tidak masuk. Hal itu, juga menjadi pemicu terjadinya antrian panjang tabung gas LPG 3 kg. “Ya, jadi keterlambatan suplai saja, kemudian yang datang belum sepenuhnya kuota kita, kalau jatah kita banyak, melebihi kuota sebenarnya,” tambah Muktar.