Dikreasikan dari Masker Bekas Hasil Mulung di Jalanan

- Senin, 8 Maret 2021 | 14:54 WIB
DIAPRESIASI: Pohon Covid-19 menjadi simbol bahwa daerah ini pernah ‘dijajah’ oleh virus. Tampak, saat proses penyerahan Pohon Covid di Kantor Dinkes Bulungan./RACHMAD RHOMAHANI/RADAR KALTARA
DIAPRESIASI: Pohon Covid-19 menjadi simbol bahwa daerah ini pernah ‘dijajah’ oleh virus. Tampak, saat proses penyerahan Pohon Covid di Kantor Dinkes Bulungan./RACHMAD RHOMAHANI/RADAR KALTARA

Sampai saat ini situasi dan kondisi wilayah masih terdampak pandemi Covid-19. Namun, ke depan diyakini hal itu tak selamanya berlangsung demikian. Alhasil, sebagai simbol nantinya bahwa wilayah ini pernah ‘dijajah’ virus yang bermula dari Wuhan, Cina. Salah seorang pegiat lingkungan pun memprakarsainya melalui Pohon Covid. Lalu apa maksud dari Pohon Covid? Berikut ulasannya. 

RACHMAD RHOMADHANI

POHON Covid-19 ini memiliki ukuran tinggi sekitar 1 meter. Terbungkus rapi di dalam lemari kaca. Bagi sebagian orang pohon itu tak ubahnya seperti hasil kreativitas lain pada umumnya. Tetapi, siapa menyangka bahwa dari kreativitas tersebut sejatinya memiliki sebuah syarat makna yang dalam. “Pohon Covid ini memang benar saya buat sebagai salah satu simbol bahwa daerah ini juga pernah ‘dijajah’ virus corona ini,’’ kata Agus Tryanti, pembuat Pohon Covid kepada pewarta di sela-sela pihaknya menyelesaikan hasil kreativitasnya saat itu.

Lalu akan dibawa ke mana Pohon Covid itu ? wanita berhijab yang aktif sebagai pegiat lingkungan ini menjelaskan, Pohon Covid itu secara langsung dibawa ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bulungan. Dengan harapan nantinya akan dipajang di sekitar kantor tersebut. Sehingga sewaktu-waktu ada pejabat atau masyarakat berkunjung, mereka dapat mengingat kembali bagaimana kelamnya selama masa pandemi itu.  

“Meski, memang kita tahu bersama bahwa pandemi Covid-19 ini sampai sekarang masih ada. Tapi, mudahan ke depan dapat benar-benar ditanggulangi hingga tuntas. Hingga akhirnya Pohon Covid itu sebagai simbolnya,’’ ujarnya.

Dijelaskannya juga, dalam membuat satu Pohon Covid ini sendiri. Bunda Yanti sapaan akrabnya menyebutkan bahwa setidaknya membutuhkan estimasi  waktu selama satu bulan lamanya. Ini bukan karena sulitnya dalam membuat segala kerajinan tangan itu sendiri. Tetapi, proses di dalamnya cukup memakan waktu yang berkepanjangan.

“Ini (Pohon Covid) seperti terlihat bahwa semuanya dari barang bekas. Termasuk, ikon utamanya yaitu bunga itu dari masker bekas hasil mulung di jalanan,’’ jelasnya.

Maka, tambahnya, dari mulung itu selain memakan waktu karena tak dapat dipastikan dalam sehari mendapatkan barang yang dikreasikan. Proses pembuatannya pun harus ekstra hati-hati. Dikarenakan barang bekas, seperti masker butuh proses sterilisasi terlebih dahulu sebelum benar-benar dibuat kerajinan tangan.

“Masker yang saya dapat dari jalan itu saya harus cuci dan rendam hingga direbus. Tak sampai di situ, pascadirebus dan dikeringkan pun harus disetrika lagi. Sangat panjang kan waktunya,’’ ucapnya seraya mengingat bagaimana perjuangannya agar setiap barang bekas yang diperolehnya itu dapat terus dikreasikannya.

Ditanya mengapa tidak mengambil alternatif masker baru untuk menutupi kekurangan bahannya? Ia mengatakan bahwa sangat ‘haram’ baginya jika harus mengkreasikan barang baru. Dikarenakan tujuan utamanya sejak ia berkecimpung di dunia lingkungan adalah bagaimana kehadirannya dapat meminimalisir volume sampah yang terbuang.  “Selain itu, jika harus mengambil barang baru. Maka, di sini tidak ada suatu nilai history di dalamnya. Jadi, saya lebih baik lama dalam mengumpulkan bahan, ketimbang harus buru-buru menyelesaikan hasil kerajinan ini,’’ katanya mengakhiri.

Benar saja, pasca Pohon Covid tersebut benar terselesaikan dengan sempurna, ia pun segera menyerahkannya ke Dinkes Bulungan. Kepala Dinkes Bulungan, Imam Sujono dibuat cukup takjub akan kreativitas tersebut. Dengan tangan terbuka pun pihaknya bersama para jajaran di Dinkes Bulungan menerima dan memajangnya secara langsung di halaman kantornya. “Terima kasih kasih kepada Bu Yanti. Ini langsung saya pajang di sini,’’ ungkapnya saat itu seraya memberikan sambutan hangat.

Dikatakannya juga, di momen ini memang diakuinya bahwa sampah yang acap kali timbul dan dikeluhkan oleh masyarakat sendiri adalah masker. Dikarenakan sebagian orang yang biasa mengenakan masker sekali pakai dan membuangnya sembarangan. Sehingga adanya kreativitas ini selain memberikan sebuah makna tersendiri. Yang mana, sekaligus mengajarkan masyarakat bahwa masker bekas itu dapat memiliki manfaat atau nilai lainnya jika dikreasikan.

“Momen ini mungkin yang tengah tersirat. Tapi, kami tentu sangat mengapresiasi atas kreativitas dari pegiat lingkungan. Yaitu Bu Yanti ini,’’ ujarnya.

Namun, lanjutnya, tak lupa pihaknya berpesan agar selama masa pandemi Covid-19 ini. Utamakan dalam setiap pekerjaan tetap memperhatikan segala protokol kesehatan (prokes). Sehingga tidak sampai virus ini pun menular pada diri sendiri. “Apalagi masker itu didapat dari hasil mulung. Tapi, dari penjelasan bahwa sudah disterilisasi dengan cara sederhana. Yaitu direbus itu sudah menjadi langkah baik,’’ tuturnya mengakhiri. (***/har)

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X