Psikolog: Bekerja Usia Dini Pengaruhi Mindset Anak

- Kamis, 4 Maret 2021 | 11:46 WIB

TARAKAN – Maraknya pedagang cilik akhir-akhir ini yang berseliweran di jalan raya umum, sekitaran lampu merah dan warung-warung makan dan tempat lainnya mendapat perhatian dari psikolog.  

Masih ditemukannya anak usia dini sudah mencari uang di jalan dengan cara berjualan, dinilai psikolog Fanny Sumajouw, S.Psi. Psi., kedepannya akan mempangaruhi mindset anak untuk lebih memetingkan mencari uang dibandingkan hal lainnnya seperti pendidikan untuk masa depannya.

“Mengapa saya mengatakan hal demikian, dikarenakan anak yang masih usia dini ketika sudah mendapatkan uang dengan hasil kerjanya, tentu memiliki kepuasan dan kebanggaan tersendiri, tentunya kedepan ada motivasi untuk mencari uang lebih banyak lagi dan mengabaikan hal lainnya seperti dunia bermain anak ataupun pendidikannya,” tuturnya.

Memang dirinya mengakui bahwa anak usia dini masih bisa diberikan arahan dan masukan untuk tetap mementingkan dunia anak dan pendidikannya, namun hal ini juga harus didukung orang tua.

“Masih bisa kok kalau anak usia dini kita arahkan dan kita bimbingan, dengan memberikan contoh anak-anak yang berhasil dan sukses meraih impiannya tanpa harus bekerja sejak usia dini, namun kembali lagi, tanpa dukungan orang tua hal itu juga kita rasa mustahil,” ujarnya.

Adanya fenomena anak usia dini berjualan di sejumlah jalan protokol di Bumi Paguntaka dirinya nilai terjadi, tidak lepas dari pembiaran yang dilakukan orang tua kepada anaknya. Dimana hal tersebut terjadi karena adanya ucapan orang tua untuk membantu ekonomi keluarga sejak dini.

“Jadi saya sempat menanyakan ke salah satu anak, mengapa mereka bekerja sejak usia dini, mereka menjawab bahwa hal tersebut dilakukan karena orang tua yang memintanya membantu karena kondisi saat ini ekonomi keluarga sedang kesulitan,” ujarnya.

Adapun permintaan orang tua kepada anak bekerja tersebut rata-rata diucapkan secara halus kepada anak, sehingga anak tersebut memiliki beban atau tanggung jawab untuk mencari uang membantu ekonomi keluarga.

“Rata-rata ucapannya secara halus, meskipun ada juga dengan paksaan, adapun ucapan secara halus itu seperti orang tua memberitahukan kondisi ekonomi keluarga sedang sulit, ditambah kondisi adik-adiknya yang membutuhkan susu, pampers dan lain-lain, sehingga muncul perasaan harus ikut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan,” ucapnya.

Bila hal ini terus-terusan dibiarkan, tentu kedepannya tidak baik untuk kondisi anak ketika dewasa, dimana kondisi ekonominya juga sama yakni mengalami kemiskinan, ketika menikah dan mempunyai anak, akan kembali lagi menyuruh anaknya mencari uang dengan berjualan di jalan.

“Jadi terus-terusan begitu, tidak ada perubahan yakni lepas dari kemiskinan, padahal kalau dipikir bila orang tua memprioritaskan anaknya menikmati dunianya dan pendidikannya, peluang anak tersebut mengangkat derajat orang tuannya lepas dari garis kemiskinan semakin besar,” ucapnya.

Dirinya mengaku sudah sempat mendatangi sejumlah orang tua dari anak yang kedapatan berjualan di jalanan, namun respons dari orang tua tidak peduli, karena mereka menganggap dengan cara itu mereka bisa bertahan.

“Saya sempat datang dan memberikan masukan, tapi apa jawabannya, mereka menolak dan menanyakan apakah ibu atau bunda yang mau membiayai kami,” ujarnya.

Adapun aktifitas anak berjualan di jalanan yang terjadi selama ini, dirinya nilai sudah ada oknum yang mengaturnya dan mengontrol anak tersebut, dimana modusnya orang tua bisa membeli dagangan orang ini, terus dijual lagi oleh anak dan oknum tersebut yang memberikan kepada anak langsung untuk dijual.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X