Cerita Tim Relawan Pemakaman COVID-19 di Nunukan

- Selasa, 2 Maret 2021 | 14:06 WIB
MAKAMKAN JENAZAH COVID-19: Setidaknya sudah 17 pasien Covid-19 di Nunukan yang meninggal pernah dimakamkan Hasan di pemakaman terpadu Covid-19 Nunukan Selatan./DOKUMENTASI HASAN
MAKAMKAN JENAZAH COVID-19: Setidaknya sudah 17 pasien Covid-19 di Nunukan yang meninggal pernah dimakamkan Hasan di pemakaman terpadu Covid-19 Nunukan Selatan./DOKUMENTASI HASAN

Ternyata tak sedikit orang yang ditawarkan menjadi petugas pemakaman Covid-19 bersedia menerima tawaran itu, apalagi risiko terpapar kemungkinan terjadi. Untungnya masih ada relawan yang bersedia. Namun dalam pekerjaannya, banyak kendala bahkan hal tidak masuk akal pernah terjadi, apalagi yang melakukan pemakaman bukanlah orang dari yang ahli menguburkan orang yang telah tiada.

RIKO ADITYA

BERTEPATAN dengan 1 tahunnya Covid-19 menyerang Indonesia secara nasional, seorang  koordinator tim relawan pemakaman Covid-19, Hasan, berbagi ceritanya menjadi relawan pemakaman Covid-19 di Satgas Penanganan COVID-19 Nunukan.

Hasan mengaku setidaknya sudah 17 pasien Covid-19 yang pernah ia makamkan di pemakaman terpadu Covid-19 Nunukan Selatan. Tim relawan pemakaman Covid-19 ini terdiri dari 10 personel. Masing-masing punya tugas tertentu seperti pengangkat peti mayat enam orang dan petugas khusus penyemprotan disinfektan yang hanya bertugas menyemprotkan disinfektan mulai dari proses pemakaman hingga pulang.

Untuk proses pemakamannya sendiri, Hasan bersama timnya biasanya membutuhkan waktu satu hingga 1,5 jam, bahkan bisa sampai 7 jam lamanya, jika pemakaman dilakukan secara bersamaan atau ada lebih dari 1 jenazah.

Sementara dalam merekrut relawan, Hasan juga mengalami kesulitan, banyak juga yang ditawarkan namun tidak bersedia. “Tapi, sukurlah masih ada yang bersedia, karena kalau bukan dari kita sendiri relawan pekamanan ini, siapa lagi yang mau memakamkannya,” ujar Hasan.

“Padahal dipemakaman perdana, sudah ada sejumlah orang  yang memakamkan meski ditunjuk secara acak. Namun pada pemakaman kedua, yang telah ditunjuk sudah tidak bersedia ikut dalam pelaksanaan pemakaman itu lagi,” tambah Hasan.

Pemakaman perdana tim relawan dilakukan di tahun 2020 lalu, timnya memakamkan kasus meninggalnya pasien dari probable, namun dimakamkan secara Covid-19. Ternyata hasil swabnya negatif dan akhirnya dibongkar dan dibawa kembali oleh pihak keluarga.

Dalam prosedur pemakaman Covid-19, Dijelaskan Hasan, sudah sangat jelas prosedurnya. Termasuk bagaimana pemulasaraan dan prosesnya di RSUD hingga di kuburan, salah satunya proses sebelum dimasukan ke dalam peti harus melalui proses pemulasaraan dahulu oleh pihak RSUD Nunukan.

Setelah itu dilakukan pembungkusan oleh tim relawan petugas pemakaman Covid-19 hingga mensalatkan dipimpin langsung imam masjid di RSUD Nunukan, didampingi petugas pemakaman Covid-19. Setelah proses itu selesai barulah tugas tim relawan pemakaman dimulai. “Pertama kita menggunakan jaket hazmat. Digunakan dari ruang jenazah sampai kembali pulang, nanti dilepaskannya di tempat khusus. Kita masuk di ruangan perawatan Covid-19, ada tersendiri ruangan kecil dikhususkan tempat membuka jaket hazmat ini, setelah proses pemakaman selesai,” ungkap Hasan.

“Di dalam ruangan itu, kita buka jaketnya dan dilakukan sterialisasi badan dahulu baru boleh keluar dari ruangan tersebut. Bahkan sampai di rumah saya juga harus mandi lagi,” tambah Hasan lagi.

Menjalani proses ini, rasa takut itu diakui Hasan tetap menghantui, namun setelah terbiasa akhirnya dirinya bisa menjalaninya secara tenang. Salah satu beban yang dipikul menjadi relawan pemakaman Covid-19 adalah pernah tidak diizinkan anak dan istri tidur di kamar bersamaan, melainkan disuruh tidur di ruangan tersendiri. Tapi edukasi diberikan ke keluarga, akhirnya keluarga memahami keadaan ini.

Hasan mengedukasi keluarganya, bahwa dirinya melakukan pemakaman sesuai prosedur.  Bahkan setelah kembali ke rumah juga dipersiapkan ember berisikan air sabun di tempat khusus di luar rumah. Sehingga setelah sampai di rumah semua pakaiannya langsung dibuka dan direndam di ember tersebut lalu mandi membersihkan diri.

Salah satu pengalaman yang pernah dirinya rasakan adalah kesulitan dalam pemakaman jenazah, Peti jenazah susah masuk ke liang lahat kuburan. Hasan menceritakan, sebelum pemakaman dilakukan, tim penggali kuburan telah mengetahui ukuran panjang dan lebar peti yang digunakan jenazah. Bahkan penggali melebihkan ukuran. Ironisnya saat akan dimasukkan peti ke dalam liang lahat, ukuran liang lahat kekecilan, peti tidak muat masuk. Kejadian ini membuat tim relawan pemakaman terpaksa melakukan penggalian kembali.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB
X