NESTAPA BANGET..!! Susah Jaringan Internet, Siswa Belajar Daring di Pos Polisi

- Senin, 1 Maret 2021 | 09:46 WIB
KESULITAN INTERNET: Riski bersama teman sekolah harus bolak-balik belajar daring di pos polisi di Tanjung Palas./Belajar Daring di Pos Polisi
KESULITAN INTERNET: Riski bersama teman sekolah harus bolak-balik belajar daring di pos polisi di Tanjung Palas./Belajar Daring di Pos Polisi

BELAJAR daring yang diterapkan pemerintah bikin kuwalahan sebagian siswa dan orang tua, terutama bagi mereka yang sulit mendapatkan akses internet dan memiliki smartphone.

Seperti yang dialami seorang siswa SMAN I Tanjung Palas, Riski. Ia mengaku terpaksa harus menempuh jarak 2 kilometer (km) untuk bisa mengakses jaringan internet demi membuat tugas dari guru.

“Saya tinggal di Kerubung (Tanjung Palas). Di sana jaringan internet tidak kuat. Makanya saya ke sini (pos polisi Tanjung Palas) membuat tugas,” sebutnya. Sebenarnya untuk abses jaringan internet di Kerubung masih bisa digunakan. Namun, untuk membuat tugas sekolah, jaringan internet lelet.

“Di kantor desa itu ada jaringan internet (program BAKTI). Tetapi lemot,” bebernya. Akhirnya, dirinya memutuskan untuk menempuh jarak 2 km menuju pos polisi yang posisinya lebih tinggimembuat dan mengirimkan tugas.  “Kalau di sini (pos polisi) enggak tentu juga. Biasanya 2 jam sampai 3 jam. Tergantung tugasnya, banyak atau tidak,” ungkapnya.

Bulan lalu, Riski mengaku, sempat mendapatkan kuota internet sebesar 20 GB. Namun, Februari lalu belum menerima bantuan kuota internet. “Kalau bulan lalu saya sempat dapat 20 GB. Kalau sekarang ini sudah tidak ada. Jadi, untuk mengerjakan tugas saya beli kuota internet lagi,” akunya.

Meski dapat kuota gratis dari pemerintah, untuk menggunakan, Riski bersama beberapa temannya harus bolak-balik ke pos polisi. Riski pun berharap belajar tatap muka diterapkan kembali. “Bisa kumpul dengan teman-teman,” singkatnya.

Sementara, Firman warga Kelurahan Karang Rejo, Kota Tarakan, tetap mengupayakan anaknya untuk tetap mengikut pelajaran daring selama pandemi Covid-19.

“Kalau smartphone, hanya saya dan istri saya saja yang punya, sementara dari kelima anak saya, sekolah ada tiga orang, jadi otomatis kurang untuk anak ketika ada pelajaran daring,” ujarnya.

Dirinya mengungkapkan sering kali harus meninggalkan smartphone-nya ketika akan bekerja, hal tersebut dilakukan agar ketiga anaknya dapat menggunakannya untuk kelas daring.

“Hampir tiap hari kalau pagi saya tinggalkan smartphone saya ketika akan bekerja, karena ketiga anak saya rata-rata menggunakannya pagi hari untuk belajar secara daring dengan gurunya,” ungkapnya. Dirinya saat ini masih mengupayakan dapat membeli smartphone lagi, mengingat ada tiga anaknya yang bersekolah.

“Untungnya kalau belajar daring ini tidak sampai tabrakan tiga-tiganya langsung belajar daring, makanya saya bersama istri saya masih menabung untuk beli smartphone lagi, supaya tidak ada yang tabrakan jadwal ketika akan ada pelajaran daring,” ungkapnya.

Sementara terkait paket data yang digunakan untuk belajar daring, dirinya mengaku sempat kesulitan, memang sebelumnya ada bantuan paket data untuk pelajar yang melakukan pembelajaran secara daring, namun hal tersebut hanya beberapa kali saja.

“Karena ada pengeluaran lebih, tentu membebani saya dan istri, tapi untungnya ada tetangga saya yang mau membagikan wifi yang dipergunakan untuk belajar daring,” ujarnya.

Sementara itu, Astuti, warga Kelurahan Selumit Pantai, harus menggunakan merelakan smartphone untuk memfasilitasi anaknya  belajar daring. “Anak saya ada tiga, yang sekolah ada dua, jadi kita ganti-gantian kalau ada belajar daring, kalau tidak meminjam laptop bapaknya untuk belajar daring,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X