Ekspor Langsung, Hemat Biaya 40 Persen

- Kamis, 25 Februari 2021 | 10:45 WIB

TARAKAN – Dengan jarak yang lebih dekat dari negara tujuan, ekspor komoditi perikanan dari Tarakan dinilai akan lebih menghemat biaya 40 persen dibandingkan ekspor yang selama ini dilakukan melalui Jakarta atau Surabaya.

Hal tersebut diungkapkan Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltara, Peter Setiawan usai bertemu Wakil Ketua Komite II DPD RI, Hasan Basri di Jakarta beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan tersebut dirinya ingin meminta dukungan terkait rencana ekspor langsung dari Tarakan.

Menurutnya, dengan mengekspor langsung dari Tarakan akan lebih menghemat biaya hingga ke negara tujuan, sehingga berdampak pada harga komoditi perikanan terutama udang menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. “Pasti harga komoditi perikanan, khususnya udang yang menjadi komoditi unggulan di Kaltara, harganya akan menjadi lebih baik lagi, hal tersebut tentunya dapat memberikan efek bagi petambak dan nelayan,” ucapnya.

Selain lebih menghemat biaya, ekspor langsung dari Tarakan juga memberikan dampak positif bagi pelaku usaha, perputaran uang akan menjadi lebih cepat. “Namanya pelaku usaha, lebih cepat perputaran uangnya akan menjadi lebih baik lagi untuk kemajuan usahanya,” ujarnya.

Dari sisi pendapatan asli daerah (PAD), ekspor langsung dari Tarakan juga memberikan dampak positif bagi pemerintah daerah (pemda). Bila sebelumnya PAD untuk ekspor langsung didapatkan dari daerah yang melakukan ekspor selama ini yakni Surabaya dan Jakarta, dengan adanya ekspor langsung dari Tarakan tentunya akan memberikan tambahan PAD bagi Kota Tarakan. “Selama ini yang mendapatkan PAD hanya daerah yang mengekspornya, kita tahu sendiri ekspor selama ini dilakukan via Surabaya dan Jakarta saja, otomatis PAD ekspor tersebut masuk di dua daerah tersebut saja, tidak masuk ke PAD Tarakan,” bebernya.

Selain itu, dengan adanya ekspor langsung dari Tarakan, dirinya berharap pengiriman komoditi perikanan lewat kontainer bisa lebih murah lagi, dikarenakan harga pengiriman menggunakan kontainer saat ini sangat mahal dibandingkan sebelumnya. “Kalau dulu kita mengirim dari Tarakan ke Rotterdam, Belanda biasanya hanya sekitar 6.700 USD atau sekitar Rp 80 juta, saat ini untuk satu kontainer yang dikirim ke sana bisa mencapai 15.000 USD atau sekitar Rp 200 juta. Tentu kita harapkan dengan adanya ekspor langsung dari Tarakan biaya ini juga ikut lebih murah,” ujarnya.

Adapun untuk ekspor komoditi perikanan, khususnya udang, paling banyak dikirim ke negara Jepang, sisanya dikirim ke Amerika, Eropa dan sejumlah negara lainnya di Asia. “Untuk udang hampir 60 persen ke Jepang, sisanya ke Amerika, Eropa dan beberapa negara Asia. Sementara untuk ikan kebanyakan kita kirim ke Belanda dan Arab,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komite II DPD RI Hasan Basri mengatakan, dalam diskusi singkat dengan Ketua DPP Apindo Kaltara, Peter Setiawan, pihaknya sebagai Wakil Ketua Komite II DPD RI yang bermitra dengan 11 kementerian di antaranya Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan serta Kememterian Perikanan dan Keluatan, akan menyampaikan dukungan dan harapan kelancaran ekspor dan impor berbagai produk melalui Pelabuhan Malundung Tarakan. “Saya menyampaikan dukungan dan harapan terhadap kelancaran ekspor dan impor berbagai produk melalui Pelabuhan Malundung Tarakan, terlebih produk perikanan yang menjadi andalan di wilayah Kaltara,” ucapnya.

Dirinya meminta agar bergandengan tangan, bahu-membahu meniti jalan pengabdian demi tercapainya pembangunan Kaltara yang berkesinambungan, maju dan sejahtera.

Terpisah, Wali Kota Tarakan H. Khairul mengatakan, Pelabuhan Malundung sebagai pelabuhan ekspor impor di Kaltara sudah lebih dahulu didilakukan, walaupun terbatas sejak era kepemimpinan H.Udin Hianggio sebagai Wali Kota Tarakan (2009-2014). “Jadi yang harus dilakukan saat ini, bagaimana agar para pengusaha bisa mengoptimalkan atau memanfaatkan pelabuhan tersebut. Karena selama ini secara izin memungkinkan, tetapi masih banyak yang melakukan pengiriman ke Surabaya,” jelasnya.

Menurutnya, untuk mengatasi hal ini perlu peran dari Kadin, HIPMI dan beberapa organisasi pengusaha lainnya dalam hal mengonsolidasi para pengusaha ekspor agar ke depannya bisa melakukan ekspor langsung ke negara lain seperti ke Cina, Jepang dan beberapa negara tujuan ekspor hasil perikanan lainnya. Untuk kontainer ekspor pun harus ada berat minimal pada saat dilakukan pengiriman. “Jadi bukan hanya satu atau dua kontainer harus berangkat, tidak bisa seperti itu. Makanya  saat ini untuk pengirimannya dilakukan di Surabaya, karena untuk target di Tarakan belum bisa tercapai, akhirnya di Surabaya baru bisa dikoletifkan dan dilakukan pengiriman,” jelasnya.

“Jika kita bisa memenuhi misalkan 100 kontainer dalam sekali ekspor, tentunya ekspor bisa dilakukan langsung lewat Tarakan, karena untuk izinnya sejak dari dulu sudah ada untuk ekspor-impor. Artinya ekspor langsung tergantung volume yang akan dikirim,” tuturnya. (jnr/agg/ana/ash)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X