SIAP-SIAP AJA..!! La Nina Diprediksi Lebih Panjang

- Senin, 25 Januari 2021 | 10:52 WIB
WASPADA BANJIR: Curah hujan tinggi diperkirakan akan berlangung hingga Mei 2021. Tampak banjir yang merendam sebagian wilayah di Kecamatan Sekatak Kabupaten Bulungan beberapa hari lalu./IST
WASPADA BANJIR: Curah hujan tinggi diperkirakan akan berlangung hingga Mei 2021. Tampak banjir yang merendam sebagian wilayah di Kecamatan Sekatak Kabupaten Bulungan beberapa hari lalu./IST

TANJUNG SELOR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas III Tanjung Harapan memprediksi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan berlangsung hingga Mei 2021. Hal tersebut terjadi akibat dampak fenomena La Nina.

Kepala BMKG Kelas III Tanjung Harapan, Muhammad Sulam Khilmi menyampaikan, sebelumnya fenomena La Nina diperkirakan mulai melemah pada Februari 2021. Namun, berdasarkan analisis kondisi atmosfer, hingga saat ini belum menunjukkan tanda melemah. “Sampai saat ini masih moderat,” kata Sulam kepada

Artinya, La Nina ini masih cukup kuat memberikan dampak hujan di wilayah Indonesia. Khususnya di wilayah Kaltara. Diprediksi fenomena ini akan berlangsung hingga Mei 2021. “Kalau prediksi awal sampai Februari. Karena awal Maret fenomena La Nina sudah mulai melemah,” ujarnya.

Namun, dari hasil analisis terakhir, fenomena La Nina akan lebih panjang hingga Mei. “Kami akan terus mengikuti situasi dan akan terus di-update (perbarui),” bebernya.

Kondisi La Nina, kata Sulam, bisa saja berubah berubah sewaktu-waktu. Namun demikian, masyarakat diminta untuk selalu waspada dampak dari fenomena La Nina. Seperti, banjir dan tanah longsor. “Terkait antisipasi banjir, pada bulan November kami sudah bersurat kepada Gubernur (H. Irianto Lambrie),” bebernya.

Kemudian, tindak lanjut dari surat tersebut saat ini sudah dilakukan pengerukan di beberapa aliran drainase. Selama La Nina ini curah hujan meningkat hingga 40 persen.

“Banjir ini bukan hanya disebabkan dari tingginya intensitas hujan. Sebab, perubahan ekologi juga bisa menjadi faktor utama penyebab bencana banjir. Pengalihan fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan juga sagat berpengaruh. Ketika kawasan hutan kurang, maka tidak ada lagi penahan air,” bebernya.

Menyikapi hal itu, Plt Bupati Bulungan Ingkong Ala menginstruksikan kepada OPD teknis untuk segera melakukan upaya pencegahaan dan penanganan. “Curah hujan sesuai informasi BMKG masih cukup tinggi. Jadi, hal ini perlu diantisipasi,” ujarnya.

Melihat curat hujan yang tinggi, Ingkong Ala meyakini potensi untuk terjadi banjir itu selalu ada. Oleh karena itu perlu adanya langkah antisipasi. “Kalau sudah terjadi banjir tempat merelokasi warga juga harus dipikirkan,” bebernya.

Terpisah, Kepala BPBD, Ali Fatokah memastikan akan selalu siaga dalam menghadapi bencana. Apalagi sesuai informasi dari BMKG intensitas hujan dalam beberapa haru kedepan masih tinggi. “Kami akan terus berkoordinasi dengan BMKG dan terus memantau debit air,” ujarnya.

BMKG mencatat sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94 persen dari 342 zona musim, saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober 2020 lalu. Puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021, untuk itu perlu diwaspadai terjadinya cuaca ekstrem.

"Kami mengimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran pers yang diterima Radar Kaltara.

Sebagian besar wilayah yang berada pada puncak musim hujan tersebut terutama sebagian Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua. Puncak musim hujan di wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021. Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan ini juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi.

Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto mengatakan, peningkatan tren curah hujan ekstrem ini selain d picu oleh fenomena atau gangguan skala iklim, dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim. Hasil kajian untuk wilayah Jakarta, menunjukan bahwa frekuensi kejadian hujan tinggi yang semakin meningkat.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X