“Kalau Memang Sekarang Takdirnya, Ya Allah Saya Ikhlas”

- Rabu, 13 Januari 2021 | 11:29 WIB

Pernah dinyatakan terkonfirmasi positif pada 3 September 2020 lalu lalu, dr. Mukti Fahimi, Sp.PD, FINASIM, kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (Rumkital) Ilyas Tarakan kembali terpapar Covid-19 untuk kedua kalinya. Ujian Tuhan kali ini jauh lebih berat dibanding saat terpapar kali pertama. Ia harus berjuang melewati masa kritis selama 12 hari di RSP TNI AL Ramelan Surabaya.

ANDI PAUSIAH 

PERNAH terpapar dan terkonfirmasi Covid-19 ternyata tak menjadi jaminan tak akan terpapar lagi. Kisah ini nyata, dialami dr. Mukti Fahimi, Sp.PD, FINASIM, kepala Rumkital Ilyas Tarakan. Rabu (13/1) ini sudah tujuh hari dirinya dirawat di RSP TNI AL Ramelan Surabaya. Ia tak pernah membayangkan akan kembali terpapar Covid-19 untuk kedua kalinya.

Kepada Radar Tarakan, ia berbagi kisah perjuangannya melawan Covid-19 kali kedua dan berharap bisa mengubah takdir.

Jumat 1 Januari 2021, pukul 04.30 WITA, dr. Mukti dengan rutinitasnya, salat berjemaah di Masjid Alhijrah Rumkital Ilyas Tarakan. Momen Jumat subuh adalah waktu yang selalu ditunggu.

“Saat imam masjid membacakan Surah Assajadah 32 dan sujud tilawah, itu surah yang paling menyentuh kalbu kita,” urai dr. Mukti, sapaan akrabnya.

Masjid Alhijrah Rumkital Ilyas Tarakan juga baru beberapa bulan resmi dibuka dan digunakan. Sehingga, jemaah tak seramai masjid besar pada umumnya. Hanya ada tiga jemaah termasuk dirinya bersama seorang imam masjid. Di saat itulah, ia sempat melihat salah satu keluarga pasien terkonfirmasi Covid-19 duduk berdampingan dengannya di dalam masjid.

“Firasat saya, hati saya sudah tidak tenang dan kekhusyukan salat saya terganggu. Tapi saya coba pasrah, karena saya pikir saya pakai masker KN-95 saat itu,” kenang dr. Mukti mengenai dugaan penyebab dirinya kembali terpapar Covid-19.

Usai salat subuh, ia bergegas pulang, bahkan meniadakan berzikir seperti biasanya ia lakukan. Pemandangan jemaah yang mengabaikan penggunaan masker ke masjid itu sungguh tak mengenakkan.

Memasuki waktu zuhur, ia kembali hadir ke masjid yang sama untuk salat Jumat. Orang yang sama juga hadir dan bergabung dengan jemaah lainnya di masjid dan masih tanpa mengenakan masker. “Saya posisinya agak jauh dengan dia. Setelah salam, saya tidak berzikir lama dan  langsung ke kantor, meskipun hari libur,” ujarnya.

Di kantor ia masih harus menyelesaikan pekerjaan dan mengawasi tukang bangunan yang ada di Rumkital Ilyas Tarakan. Rumkital sedang mengebut pengerjaan bangunan radiologi dan harus segera bisa segera dioperasionalkan.

Malamnya, sekira pukul 19.00 WITA, ia  kedatangan 8 pasien yang diduga dicurigai terpapar Covid-19 dan akan menjalani tes swab PCR di Rumkital Ilyas Tarakan. Seperti biasa, lanjut dr. Mukti, Tim Gerak Cepat Covid-19 Lantamal XIII Tarakan langsung melakukan tindakan dan penanganan medis sesuai standar operasional prosedur (SOP) malam itu.

“Saya hanya membantu memberikan saran. Saat itu sekira pukul 21.00 WITA, bersamaan kondisi saat merasakan flu ringan,” cetusnya.

Sabtu 2 Januari atau keesokan harinya, ada kegiatan pengecoran masjid dari pukul  09.00 WITA hingga pukul 15.00 WITA. Ia tetap ke kantor dan mengawasi kegiatan sampai selesai. Di saat itulah, ia merasakan kondisi tubuhnya mulai tak bersahabat. Ia mulai merasakan demam dan batuk. Selepas salat magrib, akhirnya memutuskan memanggil petugas untuk melakukan swab test antigen. Hasilnya terasa sungguh mengejutkan. “Hasilnya positif dengan COI 76. Dan dengan hasil seperti ini pasti dengan cross check metode PCR pasti positif,” bayangnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X