Di Sabah Internet Tak Memadai, Anak Pekerja Migran Indonesia Dipulangkan ke Nunukan

- Kamis, 24 Desember 2020 | 16:51 WIB
LANJUT SEKOLAH : Puluhan anak-anak PMI yang menjadi pelajar CLC di Sabah Malaysia di sambut stakholder terkait di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Selasa (22/12) petang. NORASIMA/RADAR TARAKAN
LANJUT SEKOLAH : Puluhan anak-anak PMI yang menjadi pelajar CLC di Sabah Malaysia di sambut stakholder terkait di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Selasa (22/12) petang. NORASIMA/RADAR TARAKAN

NUNUKAN - Sebanyak 58 anak pekerja migran Indonesia (PMI) yang menjadi pelajar di Community Learning Center (CLC) Sabah, Malaysia akhirnya tiba di Tanah Air, Selasa (22/12) petang. Mereka yang berprestasi ini, kembali untuk menjalani pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) di Kabupaten Nunukan, khususnya Sebatik dan Nunukan.

Koordinator penjemputan pemulangan anak-anak PMI yang juga menjabat sebagai Kepala SMK Negeri 1 Sebatik Barat, Sujud, S.Pd, mengatakan, anak-anak PMI ini mengenyam pendidikan di Sabah hanya sampai pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Mereka bersekolah di CLC, sekolah khusus bagi anak-anak PMI di bawah pengawasan KJRI dan bekerja sama dengan Kemendikbud RI.

Kendati sulit melanjutkan pendidikan menengah di Malaysia, mereka kemudian difasilitasi pemerintah untuk melanjutkan pendidikan di Tanah Air. Dengan demikian, setelah bersekolah di Indonesia diharapkan mereka tidak lagi kembali ke Malaysia untuk bekerja sebagai PMI.

"Kegiatan ini bukan hanya di Kaltara, jadi ini ada tiga gelombang termasuk ke Jawa dan Sulawesi. Untuk sekolah mereka di sana (Sabah ada bermacam-macam. Ada yang di CLC Keningau, CLC Pamol dan CLC Batu Dua. Tergantung tempat tinggal mereka di Sabah," ungkap Sujud.

Sujud menjelaskan, ketibaan mereka seharusnya pada Juli lalu. Namun karena terhalang pandemi Covid-19, di semester ganjil tersebut mereka mengikuti mata pelajaran secara daring atau online. Sulitnya akses internet, mereka dipaksa ke Indonesia untuk segera kembali ke sekolah masing-masing.

Dari puluhan anak-anak PMI ini, nantinya akan ditempatkan di SMKS Mutiara Bangsa Sebatik, SMK Negeri 1 Sebatik Barat, SMK Negeri 1 Nunukan, dan SMA Santo Gabriel Nunukan. Baik yang mandiri ataupun yang mendapatkan beasiswa repatriasi afirmasi pendidikan menengah dari Kemendikbud yang bekerja sama dengan SIKK, Sabah Bridge tahun 2020. "Setiap tahun anak anak pelajar CLC yang lulus SMP akan melanjutkan ke SMA atau SMK. Namun yang ditanggung pemerintahhnya 38 siswa. Sisanya biaya mandiri," terangnya.

Ditambahkan Sujud, selama tiga tahun bersekolah, mereka akan tinggal di asrama sekolah masing-masing. Dari 58 orang terdiri dari 36 laki-laki dan  perempuan 22 orang, nantinya mereka bersekolah di SMKN 1 Nunukan 5 orang, SMKN 1 Sebatik Barat 29 orang, SMA Santo Gabriel Nunukan 10 orang dan SMKS Mutiara Bangsa Sebatik 14 orang.

 "Jadi mereka ini ada yang mendapat beasiswa Rp 2 juta lebih. Beasiswa itu untuk biaya makan dan mesnya. Apabila sekolah tidak ada asrama pihak sekolah wajib mengekoskan. Kalau yang mandiri itu tanggungjawab orang tua. Sementara yang menentukan mandiri dan beasiswa itu pemerintah pusat,"  jelasnya.

Salah seorang anak PMI yang mendapatkan beasiswa repatriasi afirmasi pendidikan menengah, Gidion Tse asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dari CLC Pamol mengaku bangga bisa dapat melanjutkan pendidikan menengah atas di SMK Negeri 1 Sebatik Barat. Menurutnya, selama proses belajar di Pamol, Sandakan, dia mengalami kesulitan lantaran jaringan internet tidak memadai. "Saya harapkan, dengan lanjutnya pendidikan saya bisa membanggakan kedua orangtua saya," ungkapnya yang sudah 12 tahun tinggal di Sabah.

Setibanya di Pelabuhan Tunon Taka siang kemarin, Petugas Kesehatan Pelabuhan Tarakan Wilker Nunukan langsung melakukan Swab Antigen kepada 58 anak-anak PMI ini.

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Tarakan Wilker Nunukan, dr. Baharullah mengatakan dari hasil swab yang dilakukan ke semua pelajar ini menunjukkan hasil negatif. Kemudian, mereka akan dilanjutkan karantina selama 14 hari di mes SMK Negeri 1 Sebatik Barat sebelum dikembalikan di sekolah masing masing.

"Di Malaysia juga mereka dilakukan swab dan tiba di Nunukan kami kembali lakukan swab lagi. Hanya butuh setengah jam untuk mengetahui hasilnya dan semua negatif," pungkas Baharullah. (chm/lim)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X