Daya Tarik dan Tantangan Pengamanan

- Rabu, 23 Desember 2020 | 11:40 WIB
RAMAH: Ketua FoMMA Kayan Mentarang, Dolvina Damus (kiri) bersama Agus Dian Zakaria, salah satu penulis, Juli 2020 lalu. FOTO: FOMMA KAYAN MENTARANG
RAMAH: Ketua FoMMA Kayan Mentarang, Dolvina Damus (kiri) bersama Agus Dian Zakaria, salah satu penulis, Juli 2020 lalu. FOTO: FOMMA KAYAN MENTARANG

TAMAN Nasional Kayan Mentarang (TNKM) menjadi surga bagi ratusan flora dan fauna hidup bebas di dalamnya. Sehingga tidak heran jika TNKM patut menjadi ikon Indonesia dan menjadi ikon paru-paru dunia.

 

Andris Salo, anggota pada Bidang Pemetaan FoMMA Kayan Mentarang menuturkan, sedikitnya 11 adat suku Dayak hidup di sekitar TNKM sejak dulu. “Taman Kayan Mentarang meliputi 2 kabupaten dan 11 kecamatan yaitu Kayan Hulu, Kayan Hilir, Pujungan, Bahau Hulu, Sungai Tubu, Krayan Hulu, Krayan Tengah, Krayan Darat, Krayan Hilir, Mentarang Hulu, Lumbis Hulu,” ujar Andris saat mengajak Radar Tarakan mengunjungi salah satu kawasan TNKM, Juli 2020 lalu.

 

TNKM memiliki luas lahan sekitar 1,35 juta hektare tapi kemudian ada dikeluarkan pembebasan lahan untuk ladang menjadi 1.271.696,56 hektare berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tahun 2014.

 

Bentang TNKM tersebut menjulang hingga ke perbatasan negara tetangga tepat pada Sabah dan Serawak, Malaysia. Dengan wilayah cukup luas, tentunya TNKM juga memerlukan bantuan prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjaga wilayah negara di perbatasan.

 

TNKM terdiri dari wilayah pegunungan dan bukit-bukit batu yang menjulang pada sebagian wilayah TNKM. Sehingga hal itulah yang menjadi surga bagi flora jenis tertentu tumbuh subur.

 

“Banyak sekali pegunungan di kawasan TNKM karena sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Ketinggian gunung dan bukit di antara 200 meter sampai sekitar 2.500 meter di atas permukaan laut,” jelasnya.

 

Besarnya ancaman perusakan hutan di Kalimantan serta banyaknya bagian hutan yang beralih fungsi, menyebabkan kawasan TNKM butuh penjagaan khusus. Sehingga karena kondisi tersebut, membuat FoMMA bersama pemerintah terus meningkatkan pengawasan agar kelestarian hutan tetap terjaga. “Sampai saat ini belum ada kasus pembalakan yang terjadi di TNKM dan kami berharap selamanya akan terus seperti itu. Ini semua berkat kerja sama kolaboratif antar masyarakat adat, FoMMA dan pemerintah. Dan kami berharap TNKM akan terus terjaga sampai perjuangan kami diteruskan anak cucu kami,” pungkasnya.

 

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Lagi, 7,68 Hektare Lahan di Binusan Diduga Dibakar

Minggu, 17 Maret 2024 | 14:50 WIB

Jelang Pilkada, Polres KTT Sebut 21 TPS Rawan

Rabu, 13 Maret 2024 | 13:55 WIB
X