PROKAL.CO,
KEANEKARAGAMAN hayati yang terdapat pada Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) menjadi nilai lebih objek wisata perbatasan. Namun pengelolaan wisata tetap memerlukan konsep yang matang agar tidak merusak ekosistem di dalam TNKM.
Johnny Lagawurin menuturkan jika TNKM menyimpan berbagai satwa langka yang mungkin tidak ada di belahan bumi lainnya. Sehingga TNKM merupakan aset negara yang harus terus dijaga.
“Kalau kita bicara satwa ini kan ada yang nanya banteng kalimantan, burung enggang, primata sejenis kera, macan dahan, beruang madu, dan lain-lain. Ada ratusan satwa di dalam TNKM yang hidup liar,” ujarnya ketika masih menjabat kepala Balai TNKM, Selasa 28 Agustus 2020 lalu.
Selain menyimpan kekayaan alam melimpah, TNKM juga memiliki banyak destinasi dan sumber udara yang sehat bagi kehidupan di sekitarnya. Sehingga menurutnya, selama TNKM tetap terjaga, maka sumber udara sehat masih dapat dirasakan sampai kapan pun.
“Selain itu, ekosistemnya juga dilindungi seperti sungai atau pun goa-goa yang ada di dalam TNKM. Karena di alam ini secara alami proses fotosintensis tumbuhan itu adalah ketika manusia mengeluarkan CO2 (karbondioksida) ke udara maka tumbuhan akan menyerapnya dan ia melepaskan oksigen untuk dihirup manusia. Jadi kita bisa bayangkan begitu luasnya hutan itu begitu besarnya penyerapan karbon. Kalau hutannya gundul maka dampaknya akan kembali ke manusia,” tukasnya.
“Bagi kami sejauh ini hutan ini bukan hanya paru-paru dunia, namun nyawa kehidupan manusia. Kalau nyawanya tidak ada, maka manusia akan mati. Kalau bicara berapa persen sumbangsih TNKM bagi oksigen Indonesia tentu harus ada penelitian,” sambungnya.
Lanjutnya, menurutnya sejauh ini masyarakat dan pemerintah cukup solid dalam bersinergi menjaga kelestarian TNKM. Hal itu dibuktikan dengan komitmen masyarakat yang tetap memanfaatkan hasil alam seperlunya.
“Selain itu, masyarakat tidak memanfaatkan kayu dari TNKM ini, karena hutan di sekitar TNKM cukup banyak. Saya pernah bertanya kepada masyarakat sekitar TNKM, kalau renovasi rumah ambil kayunya di mana, mereka bilang mereka punya lahan khusus untuk mengambil kayu. Karena kalau dari TNKM cukup jauh dan sulit membawanya ke rumah membutuhkan biaya besar. Jadi sebagian masyarakat hanya memanfaatkan TNKM untuk berladang, mencari rotan dan berburu saja. Tapi tidak memanfaatkannya untuk mengambil kayu,” tuturnya. Meski demikian, keasrian TNKM sebagai tempat berjuta flora dan fauna, memberikan potensi destinasi wisata untuk memperkenalkan budaya Indonesia. Meski demikian, pengelolaan tetap harus menjaga keasrian TNKM.