Tahun Depan Potensi Pemulihan Ekonomi

- Rabu, 25 November 2020 | 10:23 WIB
BERPOTENSI: Kegiatan ekspor palm kernel atau dikneal biji inti sawit bagian dari crude palm oil (CPO) turut menyumbang pemulihan ekonomi jika pandemi sudah berakhir di 2021./HUMAS KARANTINA UNTUK RADAR TARAKAN
BERPOTENSI: Kegiatan ekspor palm kernel atau dikneal biji inti sawit bagian dari crude palm oil (CPO) turut menyumbang pemulihan ekonomi jika pandemi sudah berakhir di 2021./HUMAS KARANTINA UNTUK RADAR TARAKAN

TARAKAN – Mohammad Faisal, Ph.D, Executive Director, Center, of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengemukakan perkembangan ekonomi Indonesia terkini. Dikatakan Mohammad Faisal, berbicara perkembangan ekonomi terkini, fokus pertama yang akan disoal yakni kondisi resesi yang dihadapi dan cara keluar dari kondisi tersebut.

Ia melanjutkan, resesi yang dihadapi saat ini lebih banyak disebabkan karena dari sisi permintaan dalam negeri mengalami kontraksi terutama dari sisi konsumsi karena pandemi Covid-19. Asal dari resesi lanjutnya, pandemi yang mengena pada sektor rill karena diberlakukan restriksi terhadap mobilitas dan juga transaksi ekonomi pada umumnya.

“Sehingga kalau melihat ke depan, apa yang menjadi kunci pemulihan ekonomi ke depan ketika sektor rill bisa berjalan kembali, khususnya didorong permintaan dari masyarakat. Tapi persisnya dari masyarakat, permintaan dari kalangan mana dulu?” urainya.

Ia melanjutkan, selama ini di masa pandemi diketahui terjadi penurunan daya beli. Namun lanjutnya, itu berlaku bagi kalangan 40 persen yang masuk kategori miskin berdasarkan pendapatannya. Yang menurun pendapatannya yang kategori miskin. Untuk itu perlu program dalam pemulihan ekonomi nasional, seperti bansos. “Ini jika tidak dibantu, maka angka kemiskinan meningkat. Dan antara kaya dan miskin semakin lebar,” ujarnya.

Berbicara konsumsi yang paling berpengaruh bukan dari kalangan miskin. Tapi yang berada di kategori 40 persen menengah  dan 20 persen terkaya. Kontribusinya terhadap Indonesia 83 persen berdasarkan data BPS. “Kita lihat sekali bagaimana jomplang sumbangannya. Pandemi ini mengena karena kontraksi pada menengah dan ke atas,” ulasnya.

Ia melanjutkan, pendapatan kalangan miskin dan UMKM bergantung pada belanja atau spending dari kalangan menengah ke atas. Sehingga pemulihan ekonomi ke depan bergantung kepada kepercayaan masyarakat menengah ke atas untuk kembali berbelanja. Kondisi saat ini dengan daya beli kategori miskin menurun, sebenarnya kalangan menengah ke atas daya belinya justru kuat dan meningkat. Bisa dilihat dari tabungan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan selama pandemi indikasi delayed purchase behavior kalangan menengah-atas. “Istilahnya ini simpanan orang-orang atas yang ada di perbankan. Di 2020 mulai Juni sampai Agustus naik,” ungkap Muhammad.

Ia menegaskan daya beli dan tingkat konsumsi harus dibedakan. Daya beli adalah seberapa besar kemampuan masyarakat untuk membeli berkaitan dengan pendapatannya. Sementara untuk tingkat konsumsi, realisasi yang dibelanjakan. Yang terjadi pada saat ini, menengah ke atas daya belinya meningkat, kemampuan mereka berbelanja namun realisasi  tingkat konsumsi menurun.

“Sebab utamanya pandemi, ada hal-hal komponen belanja yang  tidak mereka belanjakan. Baik faktor kekhawatiran kondisi ekonomi, ada juga yang tidak khawatir, pengen belanja tapi dibatasi,”urainya.

Sehingga tabungan mereka lanjutnya mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya tabungan, ada potensi pemulihan ekonomi ketika pandemi sudah bisa diatasi. Dan dalam hal ini kepercayaan masyarakat secara normal kembali. Ia mengistilahkan delayed purchase behavior atau belanja yang ditahan dan tertunda.

“Jika ini suatu saat kembali pulih, diperkirakan di 2021 potensi kembali pulih kepercayaan ini, potensi akan kembali untuk berbelanja. Misalnya jalan-jalan, berlibur itu yang akan pulih di 2021,”urainya.

Ia melanjutkan, jika melihat kasus harian secara nasional Covid-19 sejak awal November menunjukkan kecenderungan kasus untuk turun. Ini menjadi progres baru. Dibanding Oktober naik terus. Ia memperkirakan jika ini konsisten kasusnya turun di 2021, maka bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penanggulangan covid. “Asal jangan sampai terjadi gelombang kedua,” paparnya.

Ia kembali menambahkan, persoalan vaksin penemuannya secara global saat ini sudah memasuki tahapan yang lebih maju. Dari beberapa jenis yang dites keefektifannya,  ternyata hasil tesnya di atas 90 persen. Kemungkinan bisa meredam pandemi itu besar. Begitu juga vaksin di dalam negeri. “Masalahnya bagaimana diakses masyarakat, harus membutuhkan distribusi yang lancar dan cepat. Ini yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat dalam berbelanja,” jelasnya.

Ia kembali melanjutkan selain konsumsi, investasi juga turut berpengaruh. Pandemi juga menekan investasi yang masuk ke sektor primer dan jasa tetapi investasi industri manufaktur rebound. Jika memilih pertumbuhan penanaman bruto (PMTB) pada kuartal 2 masih negatif namun di kuartal ketiga mulai membaik. 

Namun yang ingin ditekankannya yakni, tren yang menarik selama masa pandemi. Ketika investasi secara umum mengalami penurunan, investasi  di sektor manufaktur mengalami peningkatan. “Investasi tersebut yakni PMA industri logam, penjualan neto perusahaan farmasi dan investasi industri dan farmasi,”jelasnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X