PROKAL.CO,
TARAKAN – Mohammad Faisal, Ph.D, Executive Director, Center, of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengemukakan perkembangan ekonomi Indonesia terkini. Dikatakan Mohammad Faisal, berbicara perkembangan ekonomi terkini, fokus pertama yang akan disoal yakni kondisi resesi yang dihadapi dan cara keluar dari kondisi tersebut.
Ia melanjutkan, resesi yang dihadapi saat ini lebih banyak disebabkan karena dari sisi permintaan dalam negeri mengalami kontraksi terutama dari sisi konsumsi karena pandemi Covid-19. Asal dari resesi lanjutnya, pandemi yang mengena pada sektor rill karena diberlakukan restriksi terhadap mobilitas dan juga transaksi ekonomi pada umumnya.
“Sehingga kalau melihat ke depan, apa yang menjadi kunci pemulihan ekonomi ke depan ketika sektor rill bisa berjalan kembali, khususnya didorong permintaan dari masyarakat. Tapi persisnya dari masyarakat, permintaan dari kalangan mana dulu?” urainya.
Ia melanjutkan, selama ini di masa pandemi diketahui terjadi penurunan daya beli. Namun lanjutnya, itu berlaku bagi kalangan 40 persen yang masuk kategori miskin berdasarkan pendapatannya. Yang menurun pendapatannya yang kategori miskin. Untuk itu perlu program dalam pemulihan ekonomi nasional, seperti bansos. “Ini jika tidak dibantu, maka angka kemiskinan meningkat. Dan antara kaya dan miskin semakin lebar,” ujarnya.
Berbicara konsumsi yang paling berpengaruh bukan dari kalangan miskin. Tapi yang berada di kategori 40 persen menengah dan 20 persen terkaya. Kontribusinya terhadap Indonesia 83 persen berdasarkan data BPS. “Kita lihat sekali bagaimana jomplang sumbangannya. Pandemi ini mengena karena kontraksi pada menengah dan ke atas,” ulasnya.
Ia melanjutkan, pendapatan kalangan miskin dan UMKM bergantung pada belanja atau spending dari kalangan menengah ke atas. Sehingga pemulihan ekonomi ke depan bergantung kepada kepercayaan masyarakat menengah ke atas untuk kembali berbelanja. Kondisi saat ini dengan daya beli kategori miskin menurun, sebenarnya kalangan menengah ke atas daya belinya justru kuat dan meningkat. Bisa dilihat dari tabungan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan selama pandemi indikasi delayed purchase behavior kalangan menengah-atas. “Istilahnya ini simpanan orang-orang atas yang ada di perbankan. Di 2020 mulai Juni sampai Agustus naik,” ungkap Muhammad.