Ajak Anak Kaltara Berkontribusi Jaga Laut Indonesia

- Rabu, 25 November 2020 | 10:22 WIB
MAIN KE GEDUNG SILVER: Taruna dan taruni Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 67 yang sedang melaksanakan Kartika Jala Krida di Tarakan, berkesempatan berkunjung ke Gedung Silver Radar Tarakan./IFRANSYAH/RADAR TARAKAN
MAIN KE GEDUNG SILVER: Taruna dan taruni Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 67 yang sedang melaksanakan Kartika Jala Krida di Tarakan, berkesempatan berkunjung ke Gedung Silver Radar Tarakan./IFRANSYAH/RADAR TARAKAN

TARAKAN – Taruna-taruni Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 67 yang melaksanakan Kartika Jala Krida di Tarakan, menyempatkan berkunjung ke Gedung Silver Radar Tarakan melihat dan juga mendengar secara langsung proses dan produksi koran.

Kunjungan tersebut tetap mengutamakan protokol kesehatan di tengah masa pandemi. Selain silaturahmi saat berada di Bumi Paguntaka, rombongan bertujuan untuk mengetahui langsung proses dari berita hingga terbitnya koran. Di sela-sela itu, para taruna dan taruni juga turut bercerita awal mula mereka masuk dalam AAL. Bahkan di antara mereka awalnya sudah bercita-cita menjadi seorang taruna.

Salah seorang taruni AAL angkatan 67, Sersan Mayor II Taruna Elektronika (Sermadatar E), Annisa Riski Adiahningrum  menceritakan kisah perjuangannya saat akan mendaftar AAL. Dimulai sejak 2016, ia bertemu dengan seniornya yang dulu berjuang bersama-sama menjadi paskibraka di Balikpapan.  Singkat cerita, dalam pertemuan tersebut, Annisa mendapat informasi dari seniornya tentang AAL, sehingga dari pertemuan itu, ia tertarik semakin dan ingin mendaftarkan diri.

Setelah lulus dari SMAN 1 Balikpapan, Annisa sapaan akrabnya, mempersiapkan diri untuk mendaftar ke AAL melalui Lanal Balikpapan. Namun, Lanal Balikpapa belum menyediakan pendaftaran untuk taruni. Karena keinginan yang kuat dan didukung oleh orang tua, Annisa  memutuskan untuk mendaftar melalui kota lain, yaitu Kota Apel. Setelah melalui tahapan pendaftaran akhirnya Annisa dinyatakan lulus.

“Dari dulu saya memang mau jadi taruna. Karena keluarga saya, tidak ada yang angkatan. Ayah saya pegawai BUMN sedangkan ibu saya seorang guru. Jadi itu memang kemauan saya, Alhamdulillah keluarga menerima dan mendukung keputusan saya untuk menjadi taruna,” tutur anak kedua dari lima bersaudara ini.

Annisa mengakui, bahwa taruna sempat menjadi salah satu pilihan dari beberapa universitas yang sempat dirinya daftar setelah lulus SMA. Karena keinginan yang kuat menjadi taruna, maka Annisa memutuskan untuk mengikuti tes taruna.

Sejak dinyatakan lulus, pada 26 September 2016, Annisa bersama angkatannya berangkat dari Surabaya menuju Lampung, lanjut ke Padang, Sabang, Belawan, Tanjung Uban, Ranai kemudian berlabuh di Tarakan. Dari sekian perjalannya, Annisa menceritakan tentang pengalaman berkesan saat perjalanan kali ini, yang diwarnai mabuk laut karena tingginya gelombang laut.

“Dari daerah-daerah yang sudah kami lalui, pelayaran ke Tarakan yang cukup lama selama 8 hari di lautan dan setelah itu menuju ke Sorong dengan estimasi 12 hari ,” ujar gadis kelahiran Balikpapan, 19 Mei 2000 ini.

Ditambahkan, salah seorang taruna AAL Angkatan 67, Sersan Mayor II Taruna Elektronika (Sermadatar E), Dzikri Nurfatih Santika mengatakan bahwa dalam perjalanan yang telah ia tempuh selama pendidikan, dirinya banyak mendapatkan ilmu tentang banyaknya pulau-pulau indah yang belum ia ketahui selama ini.

“Dari pelayaran ini saya mengerti bahwa Indonesia ternyata memiliki sumber daya alam melimpah, tapi sumber daya manusianya masih kurang untuk memaksimalkan ini. Saya melihat banyak fauna maupun flora yang indah sepanjang jalan yang jarang kita temui selama ini,” beber Pria asal Bandung ini.

Sebelum bergabung menjadi taruna AL, Dzikri belum pernah memiliki bayangan untuk menjadi tentara. Tak hanya itu, pengetahuan dirinya tentang tentara juga sebatas TNI AD. Saat dinyatakan lulus dari SMA Krida Nusantara Bandung, ia bertemu dengan rekannya untuk melakukan proses pendaftaran menjadi taruna.

“Saya hanya bermodal ikut teman bawa berkas, akhirnya saya diterima. Padahal waktu itu saya juga diterima disalah satu universitas negeri. Tapi saya bukan dari keluarga yang mampu, jadi saya berpikir kalau saya di universitas, keluarga akan kewalahan. Saya putuskan untuk menjadi taruna karena dari awal daftar sampai sekarang tidak ada biaya yang keluar,” ujar Dzikri.

“Saya bukti nyata bahwa orang yang tidak mampu bisa menjadi seorang taruna,” sambungnya.

Dzikri dan Annisa mengajak pemuda-pemudi Kaltara untuk turut bergabung menjadi taruna AL dan berani keluar dari zona nyaman. Sebab pada dasarnya masyarakat Kalimantan Utara juga mampu bersaing dengan pemuda dari provinsi lainnya. Sebagai pemuda-pemudi Indonesia, saat menjadi taruna bisa berkontribusi menjaga laut Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat banyaknya potensi di laut yang bisa dijaga.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X