Daya Beli Menaik, Tingkat Konsumsi Menurun

- Selasa, 24 November 2020 | 15:44 WIB

TARAKAN – Pandemi Covid-19 turut menyerang perekonomian secara global termasuk Indonesia. Sebagai provinsi baru di Indonesia, Kalimantan Utara masih mengalami pertumbuhan perekonomian yang cukup baik.

Deputi Kepala Perwakilan Tim Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah Bank Indonesia Kalimantan Utara, Bambang Iranto menjelaskan Kaltara pada triwulan III terus mengalami pertumbuhan yang membaik, sebesar 2,99 persen. Kondisi ini mengakibatkan Kaltara tumbuh kontraksi yang lebih kecil hal ini didukung dari perbaikan sisi konstruksi, investasi dan stimulus pemerintah memmberikan impact ekonomi Kaltara serta investasi swasta yang juga turut membaik.

“Jika dibandingkan Kalbar dan Kalsel, Kaltara mengalami pertumbuhan yang membaik. Karena Kalbar dan Kalsel mengalami kontraksi yang cukup dalam,” ujar Bambang.

Merujuk pada jenis lapangan usaha, hampir seluruhnya mengalami perbaikan sehingga pada akhirnya lapangan konstruksi Kaltara terus mengalami perbaikan dikisaran 15 persen pada tahun 2020.

Dari sisi ekonomi, untuk pertumbuhan ekonomi Kaltara pada oktober terbilang masih relatif terkendali meskipun Oktober sempat mengalami deflasi 2,8 persen namun Kaltara masih dinyatakan aman. Deflasi Oktober ini disebabkan oleh sektor makanan dan perumahan air istrik

Bambang menjelaskan, sejak tahun 2016 hingga semester I 2020, Kaltara persisten mengalami inflasi angkutan udara, ikan bandeng, bawang merah, bawang putih dan sewa rumah. Selain itu, sejalan dengan meningkatnya renovasi rumah di akhir tahun , seng juga menjadi komoditas penyumbang inflasi.

“Selain itu terdapat pengendalian inflasi melalui 4K yang disampaikan oleh Presiden RI yakni ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif,” tutur Bambang.

Kinerja kredit dan DPK Kaltara memperlihatkan tren perbaikan dibandingkan posisi triwulan III 2020. Tinginya DPK baik secara nasional maupun Kaltara mengindikasikan adanya peningkatan saving dari masyarakat ditengah pandemi covid-19. Penyaurn kredit Kaltara sebesar 6.30 persen (yoy) masih lebih baik dari nasional yang mengalami kontraksi sebesar 0.47 persen (yoy). Pangsa kredit dari tota kredit perbankan masih cukup baik 23.16 persen dengan growth yang membaik dari -6.34 persen menjadi 8.75 (yoy) di triwulan III.

Bambang juga menjelaskan, di masa kini kehidupan masyarakat sangat bergantung pada smartphone dan aplikasi sebagai pendukung aktivitas masyarakat. Dalam hal ini Bank Indonesia juga mengambil kesempatan untuk memperkenalkan aplikasi Qris kepada masyarakat Kaltara, sebagai bentuk transaksi non tunai yang dapat mempermudah proses transaksi masyarakat.

Berdasarkan data National Merchant Repository (NMR) di wilayah Kaltara per tanggal 27 Oktober 2020, terdapat 9.16 merchant qris, meningkat sejumlah 275 merchant atau 2,9 persen (mtm) dari tanggal 30 September 2020. Secara ytd, jumlah NMR di Kaltara meningkat 8.442 merchant atau 7.18 persen. Bila melihat potensinya, 23.264 NMR yang terdiri dari UMKM, rumah ibadah, dan jenis transaksi Pemda yang dapat disediakan qris, maka capaian Kaltara telah sebesar 40 persen.

Adapun rekapitulasi perkembangan aliran uang KPwBI Kaltara yakni sejak Mei 2017 mengalami inflow senilai 341, outflow 1.507 dan netflow 1.166. Pada tahun 2018 inflow Kaltara mencapai 917, outflow 2.628 dan netflow 1.711. Pada tahun 2019 capaian inflow menyentuh angka 1.480, outflow 3.321 dan netflow 1.832, hingga September 2020 inflow mencapai 1.124, outflow 1.785 dan netflow mencapai 662.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Dr. Mohammad Faisal mengatakan pemulihan ekonomi nasional akan didorong faktor domestik terutama konsumsi golongan menengah atas daripada faktor global. Pemulihan ekonomi 2021 akan didorong oleh peningkatan konsumsi golongan pendapatan menengah atas.

Berbicara masalah konsumsi yang dipengaruhi oeh masyarakat menengah ke atas. Di masa pandemi ini kalangan miskin daya beli turun, sedang kalangan menengah ke atas memiliki daya beli yang meningkat.

“Jadi perlu dibedakan antara daya beli dengan tingkat konsumsi. Yang terjadi saat ini daya beli yang meningkat, tapi realisasi tingkat konsumsi turun jadi ada hal-hal yang tidak dibelanjakan,” tuturnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X