Vaksin Fase Ketiga, Harga Swab Penyesuaian

- Selasa, 27 Oktober 2020 | 10:50 WIB
int
int

TARAKAN – Dunia berlomba-lomba menyelesaikan penelitian vaksin untuk Covid-19. Termasuk Indonesia, uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Bandung, Jawa Barat ini sudah memasuki fase ketiga. Namun baru-baru ini juga beredar kabar meninggalnya seorang relawan di luar negeri dalam uji coba vaksin AstraZeneca, yang menimbulkan kekhawatiran dalam pengembangan vaksin.

Menanggapi itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Utara (Kaltara), dr. Franky Sientoro, Sp.A, mengatakan seorang relawan yang meninggal dalam uji coba vaksin Covid-19 AstraZeneca, yang dilakukan di Brasil, merupakan dokter muda yang berusia 28 tahun.

Namun penyebab pasti kematiannya masih diselidiki. Lantaran dari buku status, dokter tersebut menerima plasebo, bukan vaksin Covid-19. “Kalau uji klinis itu setengah menerima vaksin, setengah menerima plasebo. Plasebo itu suntikan tapi tidak mengandung vaksin. Dia juga seorang dokter yang merawat pasien Covid-19, jadi ada kemungkinan tertular. Kalaupun satu meninggal dari sekian banyak sampel, itu masih belum memengaruhi,” terangnya kepada Radar Tarakan, Senin (26/10).

Lanjutnya, Indonesia juga tengah mengejar penelitian itu. Tahap uji coba vaksin Sinovac telah memasuki fase ketiga, yang langsung diuji kepada masyarakat di Bandung. Ditargetkan pada usia 18 tahun hingga 59 tahun. “Uji vaksin kita sejauh ini masih aman, kita sudah masuk fase ketiga. Targetnya di-launching akhir November atau awal Desember, karena pengujian vaksin bisa berlanjut sampai postmarketing surveillance  beredar 3 hingga 7 tahun,” bebernya.

Namun tetap membandingkan dengan vaksin buatan luar negeri, agar bisa menjadi pedoman untuk memulai vaksin di pertengahan Desember atau awal Januari 2021 mendatang. “Apakah usia di bawah 18 tahun atau lebih 59 tahun bisa vaksin, kita akan belajar dari hasil penelitian negara lain. Karena di luar ada menggunakan sampel bayi usia 4 bulan dan sampel usia 90 tahun. Kalau aman, kita sudah bisa menggunakan sebagai pedoman untuk vaksinasi,” katanya.

Dia mengatakan, penggunaan vaksin ini nantinya dengan jumlah yang terbatas. Setahunya ada sekitar 70 persen dari penduduk Indonesia yang divaksin.

“Karena RO-nya satu banding sepertiga, artinya sepertiga itu satu penderita bisa menularkan ke tiga orang. Kalau 70 persen yang divaksin, itu relatif aman. Sedangkan masyarakat yang tidak vaksin, terlindungi oleh orang yang divaksin. Tapi harapannya semua masyarakat bisa divaksin karena sangat penting,” jelasnya.

Sedangkan skema perolehan vaksin yang dikelola PT Bio Farma (Persero) ini, nantinya ada yang secara mandiri atau berbayar dan ditanggung pemerintah. Adapun yang ditanggung pemerintah bagi garda terdepan dan masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi alias penerima bantuan iuran (PBI). “Bagi mereka yang mampu, dapat melakukan secara mandiri. Tapi vaksinnya sama dengan yang dibayarkan oleh pemerintah, untuk orang yang tidak mampu,” katanya.

Sedangkan untuk harga, sejauh ini ia belum mengetahui secara pasti. Yakni masih perhitungan pengadaan bahan baku, harga produksi hingga distribusi. “Kalau yang (harga) beredar itu Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu, tapi itu belum, karena harga produksi, harga distribusi sampai ke konsumen bisa lebih dari angka itu. Jadi harganya belum pasti,” tutupnya.

 

HARGA SWAB

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah mengeluarkan surat edaran mengenai penetapan batas tertinggi harga tes swab Covid-19 secara merata di seluruh fasilitas kesehatan di Tanah Air.

Tentu instruksi tersebut menjadi sebuah keharusan untuk ditaati oleh setiap daerah, termasuk Kalimantan Utara (Kaltara). Dalam hal ini, Kemenkes RI mematok harga tertinggi tes swab Covid-19 itu sebesar Rp 900 ribu per orang.

Menyikpai hal itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara, Usman mengatakan, persoalan itu sudah dibahas oleh pihaknya. Di sini, pihaknya akan mencoba mengikuti surat edaran dari Kemenkes RI mengenai batas tertinggi biaya tes Swab Covid-19 itu. “Kami sudah mencoba untuk merinci komponen-komponen terkait dengan munculnya angka Rp 900 ribu itu, tapi hasilnya tetap di atas angka Rp 900 ribu itu,” ujarnya kepada Radar Tarakan saat ditemui di Tanjung Selor akhir pekan kemarin.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB

Ada Puluhan Koperasi di Bulungan Tak Sehat

Sabtu, 6 April 2024 | 12:00 WIB
X