Rumah Batik, Wadah Kreasi Difabel Membuat Produk UMKM

- Jumat, 23 Oktober 2020 | 23:35 WIB
MEMBATIK: Salah satu difabel sedang melakukan pewarnaan pada salah satu kain batik, Sabtu 17 Oktober 2020 lalu. FOTO: AGUNG/RADAR TARAKAN
MEMBATIK: Salah satu difabel sedang melakukan pewarnaan pada salah satu kain batik, Sabtu 17 Oktober 2020 lalu. FOTO: AGUNG/RADAR TARAKAN

TARAKAN - Setelah sempat mengalami pasang surut, bahkan sempat vakum selama 6 bulan, Rumah Batik Disabilitas bisa kembali bersaing secara nasional. Hal tersebut tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field selama ini.

Pembina Rumah Batik Disabilitas, Sony Lolong menceritakan, sejarah didirikannya Rumah Batik Disabilitas sebagai wadah Komunitas Difabel yang ada di Tarakan untuk belajar membatik dan membuat produk UMKM dari turunan batik.

"Ide membuat tempat ini (Rumah Batik Disabilitas) ada pada tahun 2018, ada 3 kelompok yang rencananya saya ingin gandeng yakni kelompok mantan pecandu narkoba, narapidana dan difabel," ungkapnya, Sabtu 17 Oktober 2020.

Dirinya lantas jatuh pilihan kepada kelompok difabel, yang mana dirinya menilai kelompok tersebut memerlukan wadah untuk belajar dan berkreasi meski memiliki keterbatasan dalam melakukannya.

"Saat itu saya coba melakukan sosialisasi terkait keinginan saya dengan mendatangi Sekolah Luar Biasa (SLB), memang pada saat itu antusiasnya cukup tinggi, namun setelah sosialisasi tidak ada satupun orang tua siswa yang menghubungi saya untuk mengajarkan anaknya membatik dan membuat produk UMKM turunan batik," ujarnya.

Awal tahun 2019, niat dirinya kembali merangkul kelompok difabel muncul kembali, dimana dirinya kembali mengajak anak-anak yang memiliki keterbatasan untuk belajar membatik dan membuat produk turunan batik, namun kali ini dirinya melakukan sosialisasi keinginan tersebut melalui media sosial (medsos) Facebook.

"Dari situ responnya cukup tinggi, sehingga saya harus door to door mendatangi rumah anak-anak ini untuk meminta izin kepada orang tuannya, memang beberapa ada yang mengizinkan namun ada juga orang tua yang tidak mengizinkan anaknya belajar membatik dan membuat produk UMKM turunan batik," bebernya.

Meski begitu, dirinya tidak patah semangat, berbekas data dari Dinas Sosial (Dinsos) Tarakan, dirinya bersama petugas Dinsos Tarakan dan Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field mendatangi rumah-rumah anak difabel secara door to door untuk mensosialisasikan rencana dan keinginannya mengajarkan membatik dan membuat produk UMKM turunan batik.

"Alhamdulillah kini sudah ada 22 anak difabel yang kita ajarkan membatik dan membuat produk UMKM turunan batik di sini," tuturnya.

Rumah Batik Disabilitas yang berada di Jalan Pulau Nias, RT 3, Kelurahan Kampung Satu/Skip berdiri setelah Pertamina EP Asset 5 Field Tarakan mendukung dan mensupport melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM) untuk mitra binaanya, dimana peresmiannya dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2020 lalu. "Kita sangat berterima kasih terhadap Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field yang mensuport dan mendukung berdirinya Rumah Batik Disabilitas ini, bisa dikatakan bahwa tanpa ada pihak Pertamina kerajinan membatik ini tidak akan bisa berjalan sampai dengan saat ini,” ujarnya.

Sebagai wujud rasa terima kasihnya, Sony Lolong memberikan 3 motif batik khusus untuk Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field, dimana motif batik bisa menjadi ciri khas Pertamina yang merupakan perusahaan minyak dan gas (migas). "Adapun jenis motif batik yang saya berikan bernama Pagun Patra, Pompa Angguk dan Menara Patra dimana ketiga motif ini sudah didaftarkan HAKI oleh Pertamina EP Asset 5 Field Tarakan," tuturnya.

Salah satu anak difabel yang belajar di Rumah Batik Disabilitas, Hadi mengungkapkan dirinya sangat senang berada di Rumah Batik Disabilitas karena bertemu dengan teman-teman yang memiliki kekurangan yang sama dengan dirinya yakni tunarunggu atau tuli. "Di sini saya juga bisa menyalurkan hobi saya yang senang menggambar dengan cara membuat batik, kebetulan disini banyak juga teman-teman tuli jadi saya tidak merasa sendirianseperti sebelumnya," ucapnya.

Sementara itu Erlina yang mengalami kekurangan pada fisik tubuh yakni tunadaksa mengaku sedang berada di Rumah Batik Disabilitas, dikarenakan dirinya bisa menyalurkan hobinya dirumah yakni menjahit. "Jadi kalau dirumah sering menjahit keset kaki, disini saya sudah bisa belajar menjahit dan membuat masker hingga baju hazmat," ujarnya.

Meski dirinya sering mendapatkan pembicaraan dari orang-orang terkait keterbatasannya, hal tersebut tidak membuatnya menjadi putus asa selama ini. "Pernah dengar, tapi saya tidak pernah tanggapin, intinya selama ini saya hanya ingin membuat hal-hal yang bermanfaat tanpa merugikan orang lain," ucapnya. (agg/lim)

Editor: kalpos123-Azward Kaltara

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X