Kisah BBM Satu Harga di Wilayah 3T Kaltara

- Jumat, 23 Oktober 2020 | 14:12 WIB
PENGISIAN BBM: Proses pengisian BBM jenis premium dan biosolar ke pesawat Air Tractor AT-802 PK-PAY, sebelum didistribusikan ke Krayan, Rabu (21/10) siang./LISAWAN/RADAR TARAKAN
PENGISIAN BBM: Proses pengisian BBM jenis premium dan biosolar ke pesawat Air Tractor AT-802 PK-PAY, sebelum didistribusikan ke Krayan, Rabu (21/10) siang./LISAWAN/RADAR TARAKAN

Berbagai upaya dilakukan dalam memberikan energi handal untuk negeri. Khususnya ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal atau 3T. Namun hadir saja tidak cukup. Pemerataan harga alias ‘harga mati’ dalam progam BBM satu harga, juga berhak dirasakan masyarakat pelosok. Termasuk Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara).

LISAWAN YOSEPH LOBO

SEPERTI biasanya, sejumlah kru tengah disibukkan mengisi BBM jenis premium dan biosolar (B-30) ke pesawat Air Tractor AT-802 PK-PAY, di landasan pacu Bandar Udara Internasional Juwata Tarakan, Rabu (21/10) siang.

Lengkap dengan alat pelindung diri (APD) dan safety sesuai prosedur. Dari pantauan pewarta, hampir 30 menit lamanya kru mengisi BBM 4.000 liter alias 4 ton ke pesawat yang didominasi warna kuning itu.

Selain memuat BBM, pesawat ini juga hanya menampung satu orang atau pilot saja. Tepat pukul 12.30 WITA, pesawat Air Tractor AT-802 PK-PAY siap membawa 4 ton BBM, masing-masing jenis premium dan biosolar ke perbatasan Kaltara, di Krayan. Ini adalah penerbangan kedua, setelah penerbangan pertama di pukul 09.30 WITA. Setiap hari, rutinitas pengiriman BBM ini dilakukan, kecuali Minggu alias off day.

Setelah tiba di Bandar Udara Juvai Semaring atau Bandar Udara Long Bawan, BBM ini didistribusikan di dua stasiun pengisian bahan bakar (SPBU), yang masuk dalam program BBM satu harga. Yakni di Krayan Induk dan Krayan Selatan.

Rupanya BBM yang disuplai Pertamina Fuel Terminal Tarakan, yang didistribusikan ke Krayan sudah dimulai sejak 2016 lalu. Meski ‘diterbangkan’ dengan pesawat khusus, tidaklah memengaruhi harganya. Setetes demi setetes, harganya tetap sama dengan wilayah lainnya.

Sales Branch Manager (SBM) V Kaltimur Pertamina Fuel Terminal Tarakan, Abdillah Rorke, mengungkap untuk jenis premium seharga Rp 6.450 per liter. Sedangkan untuk biosolar dihargai Rp 5.150 per liter. Harganya ‘dipukul rata’, sesuai dengan program ini. “Jadi berapa pun ongkos angkutnya, itu tetap satu harga. Sebenarnya pengiriman pertama kali di Krayan Induk itu 2016. Kemudian 2018 disusul di Krayan Selatan,” jelasnya saat ditemui di kantornya, Sabtu (17/10) pekan lalu.

Lebih lanjut dijelaskannya, dalam sehari pesawat Air Tractor AT-802 PK-PAY dijadwalkan terbang dua kali dalam pendistribusian BBM ini. Dalam artian, total BBM yang dikirim ke Krayan sebanyak 8 ton per hari. “Dalam satu hari, bisa dua kali terbang. Itu kalau normal, karena tergantung cuaca dan kondisi pesawat,” lanjutnya.

Konon, di Indonesia hanya ada dua wilayah BBM didistribusikan menggunakan pesawat khusus ini. Letak geografis wilayah Kaltara, pulau yang dikelilingi air, menjadikannya lebih istimewa. Selain Kaltara, juga di Papua, yang menggunakan pesawat Air Tractor serupa dengan kapasitas yang sama. “Jadi itulah keistimewaan Kaltara. Karena hanya ada dua di Indonesia, salah satunya kita di Kaltara,” katanya.

Suplai 4 ton BBM sekali terbang, setidaknya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Untuk konsumtif, di masing-masing SPBU di Krayan, biasanya menghabiskan kisaran 1 ton hingga 2 ton dalam dua hari.

“Tapi kami kirim lebih banyak karena mengantisipasi kalau ada kendala dalam penerbangan. Karena ini pesawat kecil, tergantung banget sama cuaca dan mekanis pesawat. Terkadang rencana penerbangan dua kali, ternyata hanya sekali karena ada kendala,” bebernya.

Sementara itu, Formen APMS Tarakan PT Patra Logistik, Budi Sulistiono, mengatakan kru atau personel yang dilibatkan dalam pengisian BBM sebanyak 9 orang.

Adapun kendala yang kerap dialami di lapangan, saat cuaca hujan dan persoalan operasional pesawat. Pihaknya biasa mengantisipasi gangguan mesin, dengan menyiapkan pesawat pembantu atau pesawat Cassa 212 PK-PCT. “Kami antisipasi dengan pengangkutan pesawat lain. Karena di Pelita Air Service ada pesawat pembantu, yaitu pesawat Cassa 212 PK-PCT,” terangnya usai mengawasi proses pengisian BBM, Rabu (21/10) siang.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X