2030, Targetkan 1 Juta BOPD dan 12 Ribu MMSCFD

- Rabu, 21 Oktober 2020 | 14:57 WIB
TARGETKAN 2030: Eksplorasi penemuan besar (road to giant discovery) pada 12 fokus area potensial eksplorasi wilayah Kalsul, menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan target produksi minyak 1 BOPD dan gas sebesar 12 ribu MMSCFD yang ditargetkan bisa dicapai tahun 2030./MEDCO UNTUK RADAR TARAKAN
TARGETKAN 2030: Eksplorasi penemuan besar (road to giant discovery) pada 12 fokus area potensial eksplorasi wilayah Kalsul, menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan target produksi minyak 1 BOPD dan gas sebesar 12 ribu MMSCFD yang ditargetkan bisa dicapai tahun 2030./MEDCO UNTUK RADAR TARAKAN

 TARAKAN - Eksplorasi penemuan besar (road to giant discovery) pada 12 fokus area potensial eksplorasi wilayah Kalimantan-Sulawesi (Kalsul), menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan target produksi minyak sebesar 1  juta barrel oil per day (BOPD) dan gas sebesar 12.000 million standard cubic feet per day (MMSCFD) yang ditargetkan bisa dicapai pada tahun 2030.

Manajer Senior Humas, SKK Migas Perwakilan Kalsul, Sebastian Julius mengatakan, adapun 12 fokus area potensial eksplorasi wilayah Kalsul ada di 4 area potensial eksplorasi, terdiri dari Tarakan Offshore, Kutai Offshore, Buton Offshore, Makassar Strait Area. “Di Indonesia sendiri ada 128 cekungan, 20 cekungan statusnya sudah produksi, 27 cekungan statusnya penemuan belum produksi, 13 cekungan statusnya belum ada penemuan dan 68 cekungan belum dibor,” ujarnya.

Berdasarkan status rekapitulasi semester I tahun 2020 terdapat 1.754 sumur aktif di area Kalsul (exclude sumur KSO/TAC yang ada di area Kalsul) dengan status produksi year to date /YTD (status rekonsiliasi Agustus 2020). “Untuk produksi dari 1.754 sumur aktif di area Kalsul terdiri dari minyak bumi sebanyak 84.844 BOPD dan gas bumi sebanyak 1.827 MMSCFD,” ungkapnya.

Adapun capaian lifting di Kalsul diinilai sangat baik yakni lifting minyak mentah dan kondensat (MMK) sebesar 104,8 persen dan lifting/salur gas sebesar 106,4 persen. “Kontribusi lifting di Kalsul terhadap lifting nasional juga masih cukup besar yaitu untuk lifting MMK berkontribusi sebesar 12 persen, sedangkan lifting /salur gas berkontribusi sebesar 31 persen,” tuturnya.

Khusus Tarakan, saat ini terdapat 3 (tiga) KKKS dengan status eksploitasi di wilayah Tarakan yaitu PT Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field, PT Medco E&P Tarakan dan Manhattan Kalimantan Investment Pte. Ltd (MKI). Untuk MKI sendiri saat ini statusnya non produksi karena kendala sub surface (bawah permukaan).

“Perlu diketahui migas merupakan sumber daya alam tidak terbaharui sehingga produksi migas di wilayah tersebut saat ini tentunya sudah tidak seperti dahulu. Namun demikian di sekitar wilayah Tarakan terdapat 1 area potensial eksplorasi untuk penemuan besar yaitu Tarakan Offshore yang diharapkan dapat mendukung untuk mewujudkan target produksi migas pada tahun 2030,” ujarnya.

Memasuki era Industri 4.0 SKK Migas pada tahun 2019 melakukan transformasi. Diterjemahkan dalam 5 pilar yakni, pilar pertama clear vision yakni menetapkan pada tahun 2030 dapat mencapai produksi minyak sebesar 1 juta BOPD dan gas 12.000 MMSCFD, pilar kedua organization as center of ecellent yakni melakukan penataan organisasi dan mengisi satuan kerja dengan SDM unggul dan kompeten untuk menciptakan pelayanan yang lebih baik, pilar ketiga one door service policy (ODSP) yakni migas berperan aktif membantu dalam setiap pengurusan perizinan dengan pihak-pihak terkait melalui layanan ODSP, pilar keempat comercialization yakni aktif membantu KKKS untuk memastikan komersialisasi proyek lebih cepat agar menjadi jaminan penerimaan negara, dan pilar terakhir digitalization yakni berupaya mendigitalisasi semua proses agar lebih cepat dan akurat. SKK Migas telah memonitor aktivitas operasi hulu migas di Indonesia secara online melalui integrated operation center (IOC) sebagai platform digital cerdas berbasis data.

“Dari transformasi SKK Migas tersebut, diikuti dengan lahirnya rencana strategis indonesia oil and gas 4.0 (Renstra IOG 4.0),” ucapnya.

Adapun untuk menjamin pencapaian target produksi sesuai yang telah direncanakan yaitu produksi minyak sebesar 1 (satu) juta BOPD dan gas sebesar 12.000 MMSCFD dapat dicapai pada tahun 2030, SKK Migas menetapkan 4 strategi pencapaian yakni mempertahankan tingkat produksi existing yang tinggi, transformasi sumberdaya ke produksi, mempercepat chemical enhanced oil recovery (CEOR) dan melakukan eksplorasi untuk penemuan besar.

“Usaha mencapai target yang ditetapkan membutuhkan kerjasama dan dukungan dari seluruh stakeholders mengingat banyak kegiatan yang harus dilakukan bukan berada pada ranah kewenangan SKK Migas. Kerjasama yang dibutuhkan antara lain untuk menambah Wilayah Kerja migas baru dan menciptakan iklim investasi hulu migas yang lebih kondusif sehingga mampu menarik minat investor untuk menjadikan Indonesia negara tujuan investasi atau mendorong minat investor untuk merealisasikan kegiatannya,” ungkapnya.

Field Manager Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field, Agung Wibowo mengatakan, Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field mulai mengelola lapangan Tarakan pada tanggal 15 Oktober 2008, pihaknya melihat potensi migas Tarakan yang cukup besar. “Saat pertama kali masuk ke Tarakan, produksi sekitar 350 BOPD. Pada saat itu baru 36 sumur yang dieksploitasi, berdasarkan data akhir tahun lalu dari 46 sumur yang sudah dilakukan eksploitasi bisa menghasilkan produksi mencapai 550 BOPD,” ucapnya.

Dirinya menjelaskan berdasarkan data pada 30 September tahun ini, ada 59 sumur aktif yang ada di area Tarakan dengan produksi 710 BOPD, adapun potensi porelahan saat ini bisa mencapai 350 ribu barrel hingga 400 ribu barrel dalam setahun untuk sumur aktif.

“Memasuki era revolusi industri 4.0 kami melakukan pengembangan menggunakan teknologi monitoring data secara online dalam memantau produksi sumur,” ujarnya.

Lead of Pasec & GS PT Medco E & P Tarakan Zaid Talib mengatakan, ketika masih PT Exspan Kalimantan, rata-rata produksi mencapai 500 BOPD, sementara untuk saat ini PT Medco E&P mengelola sekitar 30 sumur. Sekira 20 sumur status produksi aktif bisa ditingkatkan dan bertahan menjadi 1.400 BOPD, sementara untuk sekitar 6 sumur difungsikan sebagai water injection well, sisanya statusnya temporary shut in.“Sementara untuk rata-rata produksi gas saat ini mencapai 1,2 MMCFD, Medco tetap melanjutkan komitmen mendukung suplai gas untuk program pemerintah (city gas) sebanyak 0,2 MMCFD dan selebihnya disuplai dikirim ke PT PLN,” ujarnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X