Kini dari Swaran ke Kota Hanya 15 Menit

- Senin, 19 Oktober 2020 | 14:04 WIB
BERHARAP CEPAT SELESAI: Teguh Kurnia saat melihat akses jalan yang dibuka lewat program TMMD, pekan lalu./YEDIDAH PAKONDO/RADAR TARAKAN
BERHARAP CEPAT SELESAI: Teguh Kurnia saat melihat akses jalan yang dibuka lewat program TMMD, pekan lalu./YEDIDAH PAKONDO/RADAR TARAKAN

Tentara manunggal membangun desa (TMMD) di Tarakan, dampaknya mulai dirasakan langsung masyarakat Tarakan Barat. Bagaimana tidak? Akses jalan yang jauh dipangkas melalui pembukaan jalan oleh para prajurit TNI serta Polri. Masyarakat pun dapat melakukan perjalanan dengan jarak tempuh yang singkat sampai ke kota. Inilah kisah masyarakat yang tinggal di lokasi TMMD.

YEDIDAH PAKONDO, Tarakan

PERJUANGAN Teguh Kurnia menempuh pendidikan di Universitas Borneo Tarakan (UBT) memang patut diancungi jempol. Bagaimana tidak, setiap hari perempuan yang akrab disapa Nia ini harus melakukan perjalanan selama 1,5 jam dari rumah menuju kampus. Tak hanya itu, akses jalan yang rusak dan jauh, menjadi beban tersendiri bagi Nia.

Kepada Radar Tarakan, Nia menceritakan keluh kesahnya. Kisah ini dimulai ketika Nia masih duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah pertama (SMP). Saat itu adalah awal mula Nia pindah dari kawasan perkotaan ke Swaran di Tarakan Barat. Hal ini terpaksa dilakukan lantaran sang ayah menderita sakit pernapasan, sehingga disarankan menghindari polusi perkotaan.

“Pindah dari kawasan perkotaan ke Swaran ini memang sedikit sulit bagi saya, karena sudah biasa ramai (kota), tapi malah pindah di tempat yang sepi,” kenang wanita berhijab ini, pada pekan ketiga Oktober 2020 ini.

Namun rasa sayang Nia kepada sang ayah, akhirnya membuat Nia menerima keputusan tersebut. Setibanya di Swaran, kaget bukan kepalang, Nia dan keluarganya harus bertempur dengan perjalanan yang sangat panjang, belum lagi akses jalan ke Swaran yang berlumpur.

“Di perjalanan saya terus bertanya, ini kapan sampainya ya? Kok jauh banget. Enggak nyangka aja, Tarakan yang kecil ini bisa menempuh perjalanan yang jauh. Apalagi akses jalan yang rusak membuat saya semakin dongkol, maklum saat itu saya masih SMP jadi masih egois,” tutur mahasiswa UBT angkatan 2016 ini.

Dari hari ke hari Nia tinggal di kawasan Swaran. Perlahan-lahan Nia sudah bisa menerima dirinya yang akhirnya harus menjadi bagian dari masyarakat Swaran. Mau bagaimana lagi? Begitulah jalannya, pikir Nia.

Saat duduk di bangku SMK, Nia memutuskan untuk menempuh pendidikan di SMKN 2 Tarakan. Layaknya pelajar yang selalu bangun pagi agar tidak terlambat ke sekolah, Nia selalu bangun lebih pagi dari teman-temannya karena Nia harus bertempur lagi dengan jalan rusak dan perjalanan yang panjang.

Jika jalan Swaran sangat berlumpur, Nia selalu meminta sang ayah untuk mengantarnya sampai ke jalan yang sudah ditingkatkan dengan pasir batu. Karena Nia takut jika dirinya harus terjatuh karena lumpur yang licin. Bersama ayah, Nia yakin lebih aman. Namun, jika curah hujan deras atau durasi hujan yang lama, membuat Nia enggan bersekolah karena medan yang ditempuh sangat berbahaya. “Saya tidak ingin ayah saya dan saya mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, jadi lebih baik saya libur sendiri di rumah. Kecuali akses jalannya sedikit baik, barulah kami bisa melalui jalan itu,” ujar Nia.

Lulus SMK tidak membuat Nia patah semangat meraih cita-cita. Nia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan strata satu di Universitas Borneo Tarakan, dengan menempuh program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD).

Dari Swaran sampai ke UBT bukanlah perjalanan yang singkat, karena Swaran merupakan daerah yang dekat dengan laut Tarakan Barat. sedang UBT juga merupakan daerah yang dekat dengan laut Tarakan Timur. Jika dikalkulasikan, dari Swaran ke UBT memiliki jarak tempuh 1,5 jam, sekira 23 kilometer. Belum lagi jika Nia mengejar kelas pagi, Nia harus berangkat subuh agar tidak terlambat ke kampus. Takut dengan suasana gelap yang ditambah dengan akses jalan yang kurang memadai, membuat Nia memutuskan untuk tinggal di rumah sepupunya yang berada di kawasan perkotaan. “Jadi misalnya besok ada kelas pagi, saya pasti sudah tinggal di rumah sepupu saya hari ini. Karena saya takut kalau kepagian berangkat ke kampus, itu kan gelap dan sepi,” ucap mahasiswa semester IX ini.

Awalnya pembangunan TMMD yang dilakukan TNI di Swaran disangka Nia merupakan sebuah program pemerintah untuk membangun kawasan perumahan. Namun setelah mengetahui dari sang ayah bahwa itu merupakan kegiatan pembukaan jalan baru, Nia menjadi semakin semangat. Akhirnya ia mampu melakukan perjalanan menuju kota dengan relatif singkat, misalnya saat hendak ke kampus, Nia bisa menempuh perjalanan selama 45 menit sampai ke UBT.

“Ini sangat membantu kami, apalagi dengan kondisi jalan lingkungan kami yang buruk. Kami bisa lebih cepat sampai ke kota,” kata gadis kelahiran Tarakan, 24 November 1998 tersebut.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X