Jangan Salah..!! Produk Ayam Beku Juga Terdampak

- Sabtu, 17 Oktober 2020 | 10:51 WIB
Pekerja memindahkan kotak yang berisi ayam beku di Tarakan.
Pekerja memindahkan kotak yang berisi ayam beku di Tarakan.

Manager Toko STB Tarakan, Iwan mengatakan, selama pandemi penjualan produk di STB juga mengalami penurunan termasuk ayam beku, yang mana untuk komoditas tersebut 85 persen banyak diambil dari luar Tarakan.

“Penurunan signifikan terjadi di awal-awal pandemi, ayam beku kami yang 85 persennya diambil dari luar Tarakan yakni untuk dibawa ke daerah pertambangan, perkebunan dan kapal tanker terjadi penurunan akibat dampak pandemi Covid-19,” bebernya, Kamis (15/10).

Dirinya mengungkapkan khusus produk ayam beku yang dijual, kebanyakan dibeli oleh orang-orang yang bekerja di area pertambangan, perkebunan dan kapal tanker, karena dinilai lebih awet dibawa ketika dalam perjalanan jauh.

“Jadi kalau untuk lokal Tarakan minim sekali yang beli ayam beku kami ini, memang ada, tapi tidak banyak, orang pasti lebih memilih ayam segar dibandingkan ayam beku bila memang untuk dikonsumsi langsung,” ungkapnya.

Terkait surplus produksi ayam lokasi di Bumi Paguntaka, dirinya menilai secara pribadi hal tersebut merupakan dampak dari menurunnya daya beli masyarakat akibat lesunya perekonomian dampak dari pandemi Covid-19. “Itu pendapat pribadi saya, kalau dinilai salah satu penyebabnya ayam beku, saya rasa tidak mungkin, karena bisa dilihat di sini sekarang, mana ada yang ngambil ayam beku, karena peminatnya memang dari luar Tarakan saja seperti orang dari pertambangan, perkebunan dan kapal, kalau untuk orang Tarakan ada saja yang ngambil tapi tidak banyak, hampir 85 persen orang dari luar Tarakan,” ujarnya.

Dirinya mengungkapkan, dalam setiap kedatangan ayam beku, biasanya ada sekita 10 hingga 15 ton yang didatangkan, jumlah tersebut baru bisa habis sekitar 2 bulan lebih. “Paling cepat 2 bulan sudah habis, kalau sudah habis baru kami pesan lagi,” tuturnya.

Sementara itu Direktur Utama PT Sri Kencana Lestari, Hj. Sri Sulartiningsih, M.Ikom, mengatakan, pihaknya selama ini mendatangkan ayam beku dari luar Tarakan tidak lain bertujuan untuk membantu menstabilkan harga ayam yang ada di Tarakan. “Kita tahu sendiri Tarakan pada tahun 2018 harga ayamnya tembus ke angkat Rp 65 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram, hal tersebut yang membuat saya yang diminta oleh Pemkot Tarakan melalui instansi terkait untuk membantu menstabilkan harga ayam dengan mendatangkan ayam beku dari luar Tarakan. Pada saat itu saya mendapatkan rekomendasi untuk memasukkan ayam dari instansi terkait,” bebernya.

Kehadiran ayam beku pada saat itu selain dirinya, ada juga Toko STB dan Pelni mendatangkan ayam beku, membuat harga ayam yang sebelumnya melonjak drastis bisa distabilkan.

“Dari situ sebenarnya saya memulai usaha ini, jangan sampai menganggap usaha yang dijalankan ini mengganggu pasar peternak ayam lokal, padahal kami sama sekali tidak mengganggu pasarnya karena kami juga memiliki pasar lain yang berada di luar Tarakan,” tuturnya.

Selama ini penjualan ayam beku hampir 70 persen diambil oleh perusahaan, penyuplai dan pedagang dari luar Tarakan, yakni Malinau, Nunukan, Bunyu, Sesayap hingga Krayan.

“Hanya sekitar 30 persen saja yang mengambil di sekitaran Tarakan yang merupakan penjualan makanan, dimana membutuhkan ukuran tertentu. Mengapa mereka tidak mengambil di peternak lokal, dikarenakan ukurannya terlalu besar, sehingga beralih ke ayam beku, penjualan ayam beku bisa meningkat hingga 60 persen bila terjadi kelangkaan seperti sebelum-sebelumnya,” ujarnya.

“Seperti yang mengambil ayam beku dari Krayan, merupakan para pedagang yang terpaksa membeli di Tarakan, dikarenakan karena jalur pendistribusian barang dari Malaysia di sana ditutup sementara akibat Covid-19,” ungkapnya.

Kepala Logistik Pelni Cabang Tarakan, Endang mengatakan, dalam satu kali kedatangan produk beku, biasanya ada 13 ton terdiri dari 10 ton ayam beku dan 3 ton bebek beku. Penjualannya tidak hanya di Tarakan saja, tapi ke sejumlah daerah di Kaltara.

“Jadi kebanyakan permintaan memang dari luar Tarakan seperti di pertambangan, perkebunan, ada juga permintaan dari beberapa daerah di Kaltara yakni Tanjung Selor, Tana Tidung dan beberapa daerah lainnya,” bebernya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Karhutla di Tarakan Jadi Kajian Pusat

Selasa, 30 April 2024 | 17:10 WIB

Setahun, Jumlah Penduduk Tarakan Bertambah 5.100

Minggu, 28 April 2024 | 13:15 WIB

Pertamina Buka Peluang Bangun SPBU Nelayan di KTT

Minggu, 28 April 2024 | 10:50 WIB

Tahun Ini, KTT Tak Dapat Alokasi PTSL

Minggu, 28 April 2024 | 09:40 WIB

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB
X