Harga Ayam Turun karena Over

- Rabu, 14 Oktober 2020 | 10:45 WIB
TURUN: Harga ayam dipasaran kembali mengalami penurunan, bukan hanya di Tarakan tetapi hampir disemua wilayah Kaltara, hal ini dibsebakan banyaknya produksi ayam dan kurangnya pembeli./AGUNG RADAR TARAKAN
TURUN: Harga ayam dipasaran kembali mengalami penurunan, bukan hanya di Tarakan tetapi hampir disemua wilayah Kaltara, hal ini dibsebakan banyaknya produksi ayam dan kurangnya pembeli./AGUNG RADAR TARAKAN

SETELAH sempat mengalami kelangkaan daging ayam pada Agustus 2020 lalu, Oktober ini, justru stok ayam lokal berlimpah. Hingga 332 ton ayam siap potong.

Kepala Disdagkop Tarakan, Untung menjelaskan bahwa harga ayam yang ada di pasar saat ini memang tidak merata, bahkan ada harga Rp 32 ribu dan juga ada harga Rp 35 ribu. “Kemarin saya juga sudah melakukan koordinasi dengan teman-teman di Nunukan, tetapi mereka juga mengalami over, bahkan harga ayam di sana sampai dengan Rp 26 ribu hingga Rp 28 ribu per kilonya,” ungkapnya, Selasa (13/10).

Disdagkop Tarakan sudah menyampaikan cara untuk melakukan antisipasi untuk harga yang turun yang hampir menyeluruh di wilayah Kaltara. Tetapi untuk daerah Nunukan walaupun harganya sampai dengan Rp 26 ribu per kilonya, hal itu bisa dijual ke daerah Lumbis, karena daerah tersebut untuk harganya masih stabil. Kemudian solusi lainnya dari para peternak melakukan pemeliharaan sampai dengan berat 5 kilogram.

“Sedangkan untuk harga normalnya di Tarakan bisa sampai Rp 38-40 ribu per kilonya, tetapi jika mulai turun dari harga Rp 40 ribu maka hal itu mulai mengalami over,” ungkapnya. 

Terpisah, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Tarakan, Elang Buana menjelaskan, kebutuhan bulan ini biasanya diprediksi dua bulan sebelumnya. Pihaknya memprediksi karena pada bulan Agustus 2020 kondisi pandemi Covid-19 sudah memasuki adaptasi kehidupan baru kemudian diprediksi kebutuhan pangan khususnya daging ayam akan meningkat.

“Sehingga pada waktu itu dimasukkan day old chicken (DOC) atau anak ayam kurang lebih 350 ribu, dengan harapan kondisi normal dua bulan kemudian, dan ternyata meleset artinya kondisi Covid-19 susah diprediksi,” bebernya.

Lanjutnya, pada minggu kedua bulan Oktober 2020, di Tarakan kelebihan stok ayam ras. Kebutuhan daging ayam ras di Tarakan baru 78 ton, sementara produksi 350 ton ditambah stok yang ada 60 ton atau total 410 ton artinya kelebihan sekitar 320 ton.

“Kita kelebihan segini (320 ton) mungkin ke depan kita akan kurangi jumlah produksi atau bahkan peternak jangan memelihara ayam dulu sampai kondisi stabil,” ungkapnya.

Kondisi ini bukan hanya terjadi di Tarakan, namun terjadi di beberapa daerah di Indonesia. “Kita ada beberapa langkah antisipasi, pertama kurangi produksi, tidak menambah stok dari luar, dan ketiga jika ada coldstorage dapat dibekukan (daging ayam) disitu,” tuturnya.

Tambahnya, Kondisi ini dikarenakan daya beli masyarakat menurun bukan karena bertambahnya peternak ayam di Tarakan. “Dampai saat ini jumlah peternak di Tarakan sebanyak 350 dan rata-rata peternak mampu memproduksi ayam ras sekitar 1.000-1.500 per kandang. Nantinya, Jika ada pasar tentu akan kami kirim, sementara untuk daging ayam beku sampai saat ini tidak yang masuk ke Tarakan dari luar daerah,” tutupnya. (agg/lim)

 

 

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X