Melihat Aktivitas Warga Binaan Lapas Kelas II-A Tarakan (Bagian-2)

- Sabtu, 26 September 2020 | 09:29 WIB
BERKARYA: Islamiah bersama dua rekannya tengah asyik merajut. Ada yang membuat tas, dompet dan peci, Kamis (25/9)./LISAWAN/RADAR TARAKAN
BERKARYA: Islamiah bersama dua rekannya tengah asyik merajut. Ada yang membuat tas, dompet dan peci, Kamis (25/9)./LISAWAN/RADAR TARAKAN

Berada di balik jeruji besi, tidak berarti mematahkan produktivitas dan kreativitas seseorang. Hal tersebut dibuktikan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Tarakan, dengan memberdayakan warga binaannya. Setelah budi daya sayuran hidroponik, ada juga seni merajut.

LISAWAN YOSEPH LOBO.

ADA beragam rutinitas yang ada di Blok Wanita ‘Charlie’ Lapas Kelas II-A Tarakan. Ada yang asyik bercanda gurau dengan sesama. Ada yang bersolek, adapula yang lebih memilih tidur, atau sekadar merapikan jemuran.

Jika diamati lebih dekat, ada sebuah aula, yang luasnya kisaran 5 x 7 meter persegi. Disebut Aula Blok Wanita. Tempat ini bak tempat menimba ilmu. Saling berbagi keterampilan.

Seperti seni merajut, yang ditekuni Islamiah (54) bersama rekan-rekannya. Dia bercerita, rutinitas rajutan ini bermula dari seorang warga binaan muda, yang memang memiliki keterampilan merajut. Mungkin sekitar tahun lalu.

Sejak itu, seni merajut ini dikenal dan digeluti warga binaan di blok wanita. Disebut generasi pertama. Kemudian diturunkan lagi ke generasi kedua, dan sekarang ini generasi ketiga.

Tak perlu waktu lama. Berkat keuletan dan ketelitian tangan para warga binaan ini, dua hari mengenal rajutan Islamiah sudah bisa membuat pola dan mengembangkan menjadi bentuk yang diinginkan.

“Sebelumnya tidak ada pelatihan merajut. Tapi dulu ada teman yang pintar merajut. Sebelum bebas, diajarin lagi ke teman. Dan kami juga diajarin (generasi ketiga), jadi turun-temurun,” kata wanita yang disapa mami di dalam blok wanita ini.

Tangan Islamiah terus merajut benang berwarna kuning, yang membentuk sebuah pola. Sesekali berhenti untuk memandangi bentuk rajutannya, yang belum seberapa jadi itu. Tak sendiri, dia juga ditemani rekan-rekan lainnya yang tengah fokus merajut.

Ada yang sudah berhasil membuat topi pantai, peci, tas, dompet, gantungan kunci, dan lainnya dengan beragam ukuran. Biasanya dibanjiri pesanan, di kala hasil kerajinan tangan Islamiah dan rekan-rekannya diminati pasar. Apalagi sebelum pandemi Covid-19, hasil rajutan Islamiah dan rekan-rekannya ikut dipasarkan dalam pameran yang digelar.

“Kalau tas biasanya dua minggu. Tapi kalau ada permintaan mau cepat, biasa satu minggu. Kopiah yang cepat, satu hari selesai. Harganya juga tergantung ukurannya. Mulai dari Rp 50 ribu, ada yang 500 ribu seperti tas besar untuk simpan baju,” tutupnya. (*/bersambung/lim)

 

 

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X